PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI SUMBER ENERGI LISTRIK MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA ELITEKELAS IXG SMP NEGERI 4 SUNGGUMINASA (Karya Inovasi Juara 1 FKI P4TK IPA Tahun 2012)

0
2008

Oleh : Arfiani Babay, M.Pd

Naskah Best Practice yang disajikan saat Simposium Nasional

Kongres II Ikatan Guru Indonesia di Makassar 30 Januari 2016

Latar Belakang

Pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini harus mampu membentuk manusia Indonesia menjadi manusia yang kreatif, berdisiplin bermotivasi, mandiri dan tegar menghadapi tantangan. Pendidikan berkualitas yang diharapkan adalah pendidikan yang dapat menghasilkan manusia yang berkemampuan tinggi dalam belajar dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Sejalan dengan harapan tersebut, guru sebagai pendidik harus mampu meningkatkan profesionalismenya, khususnya penyusunan program, penyajian program, penilaian proses dan hasil belajar. Guru hendaknya senantiasa mengembangkan kemampuan untuk mengelola kegiatan pembelajaran di kelas sehingga terjadi kualitas pembelajaran dan peningkatan hasil belajar. Disini masih banyak kendala menghadang guru-guru IPA dalam menjalankan teknik pembelajaran, baik penguasaan materi, model pembelajaran maupun media/alat pembelajaran yang tepat guna dalam menyajikan materi-materi pembelajaran IPA yang cukup kompleks.

Fenomena yang terjadi di lapangan adalah beban belajar dalam menyelesaikan kompetensi-kompetensi dasar dari konsep sumber energi listrik ini semakin berat bagi peserta didik, sehingga pada akhirnya berpengaruh kepada hasil belajarnya. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik kelas IX G pada prates (ulangan harian I materi listrik statis), terlihat bahwa nilai hasil belajar IPA sangat rendah.

Perolehan nilai rata-rata peserta didik kelas IX G adalah 67,54  dengan 16 orang peserta didik yang mendapat nilai di bawah KKM  yang berarti ada 45,72% peserta didik yang tidak tuntas atau  tidak mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal untuk konsep sumber energi listrik di SMP Negeri 4 Sungguminasa. Sedangkan peserta didik yang tuntas hanya sebanyak 54,28% berdasarkan  hasil belajar pada materi listrik statis.

Disinilah pentingnya seorang guru memikirkan langkah yang bijaksana dan inovatif dalam menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan melalui model pembelajaran yang kreatif dan memancing minat peserta didik untuk belajar IPA sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar pada konsep sumber energi listrik.

Guru sebagai pelaksana pendidikan yang sangat dekat dengan peserta didik harus mampu memikirkan dan menciptakan inovasi pembelajaran guna melaksanakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik sekaligus menjawab tantangan menjadi guru profesional, sebagaimana yang telah ditetapkan syarat guru profesional adalah mempunyai empat  kompetensi  yang harus dimiliki yaitu  meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Kemampuan guru menciptakan suatu model ataupun teknik pembelajaran yang kontekstual guna peningkatan hasil belajar peserta didik termasuk dalam kategori potensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dalam menciptakan inovasi tersebut, guru senantiasa memperhatikan kondisi peserta didik dan mampu mengaitkannya dengan dunia nyata peserta didik agar dalam penerapan model atau teknik pembelajaran tersebut senantiasa mendapat respon positif dari peserta didik. Dalam hal ini juga dituntut penggunaan media yang tepat guna mendukung keterlaksanaan proses pembelajaran untuk  pencapaian kompetensi belajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Bertolak dari hal tersebut di atas peneliti mencoba menciptakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang memungkinkan bisa menarik minat belajar peserta didik, dalam hal ini yang berhubungan dengan lingkungan. Peneliti berusaha membuat suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menyentuh dunia nyata peserta didik dengan berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan sebelumnya. Pendekatan pembelajaran yang dianggap cocok oleh guru ini diberi nama kontekstual (jelajah lingkungan). Disini peserta didik diajak mencari bahan-bahan bekas (limbah) dari lingkungan belajarnya baik di rumah, di sekolah mapun tempat-tempat yang mudah dijangkau peserta didik.  Tujuannya mengajak peserta didik untuk selalu peduli dan mencintai  lingkungan dengan memanfaatkan limbah sebagai bahan percobaan dalam proses pembelajaran. Disamping itu pendekatan pembelajaran ini dibantu oleh media pembelajaran yang diberi nama elite, yang diambil dari singkatan dua kata yaitu elektrolit tester. Alat ini digunakan untuk menguji larutan elektrolit sumber energi listrik.

Dari penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul dalam Karya Tulis ini adalah, “Peningkatan Pemahaman Konsep pada Materi Sumber Energi Listrik melalui Pendekatan Kontekstual dengan Media Elite Kelas IXG  SMP Negeri 4 Sungguminasa”.

Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana meningkatkan pemahamankonsep pada materi sumber energi listrik di kelas IX G SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa, melalui pendekatan Kontekstual dengan media Elite.
  2. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar peserta didik selama pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dengan media elite.

Cara Penyelesaian Masalah

Masalah yang saya hadapi selama menjadi guru mungkin hampir sama dengan teman-teman guru lainnya. Dimana kurangnya minat belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika. Bahkan mata pelajaran ini menjadi momok bagi peserta didik dikarenakan oleh image bahwa pelajaran IPA khususnya fisika itu sulit, didalamnya menumpuk berbagai rumus yang kompleks. Image yang tertanam pada peserta didik ini meyebabkan kurangnya pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh buruk pada hasil belajarnya seperti yang diuraikan dalam latar belakang. Untuk menghilangkan image yang tertanam pada peserta didik ini, berbagai cara yang penulis lakukan salah satunya dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran baik itu pengembangan model, pendekatan ataupun penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Salah satunya penerapan pendekatan kontekstual dengan media elite dalam pembelajaran.

Alasan pemilihan pendekatan keterampilan proses dengan media elite dalam pembelajaran untuk memecahkan masalah peningkatan hasil belajar peserta didik dilandasi pemikiran bahwa keberhasilan terletak pada beberapa faktor yaitu peserta didik, guru, lingkungan, fasilitas dan pendukung yang lain. Oleh karena itu, peserta didik perlu diberdayakan melalui proses yang direnungkan dengan matang melalui pendekatan kontekstual dengan media elite.

Pendekatan kontekstual diangkat oleh penulis karena sistem pembelajaran kontekstual adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan budaya.

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar peserta didik untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas peserta didik dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.

Selain itu, Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. Artinya, pembelajaran kontekstual bukan hanya mengharapkan peserta didik dapat memahami materi ayang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks pembelajaran kontekstual bukan untuk ditumpuk di otak kemudian dilupakan, melainkan sebagaia bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Pendekatan kontekstual ini juga diangkat oleh penulis dengan tujuan mengajak peserta didik belajar dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas (limbah) dari lingkungan sebagai bahan percobaan dalam proses pembelajaran. Selain itu pendekatan ini mengajarkan pada peserta didik bahwa tidak semua bahan bekas itu menjadi sampah dan dapat merusak lingkungan. Tapi banyak limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga kita turut melestarikan lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas menjadi bahan percobaan dalam pembelajaran.

Teknik pelaksanaannya dilakukan dengan mengamati dan menganalisis beberapa bahan bekas yang dapat dijadikan bahan percobaan sesuai materi yang akan dipelajari. Guru membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar, kemudian menyampaikan bahan-bahan bekas yang harus mereka kumpulkan dari lingkungan untuk dijadikan bahan percobaan dalam proses pembelajaran. Sebagai alat bantu pembelajaran guru sebagai penulis menggunakan media elite. Media elite ini merupakan alat peraga yang dimodifikasi oleh penulis dan dapat dibuat juga oleh peserta didik, sehingga untuk mendapatkannya tidak sulit. Bahan-bahan yang digunakan juga banyak tersedia dilingkungan peserta didik.

Media Elite adalah media pembelajaran yang digunakan untuk menguji daya hantar larutan elektrolit dari limbah yang ada disekitar tempat belajar peserta didik sebagai pengganti Asam Sulfat (H2SO4) pengisi aki atau elemen volta. Elite dalam bahasa Inggris artinya golongan atas. Elite dalam pembelajaran ini adalah singkatan dari elektrolit tester.

Dalam proses pembelajaran peserta didik belajar memahami konsep dasar melalui pendekatan kontekstual dengan bantuan media elite yang disiapkan guru, kemudian berkelompok mengerjakan LKPD yang tersedia dengan menemukan konsep berdasarkan hasil kerja maupun pengamatan. Semua pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui penemuannya dari lingkungan dikomunikasikan dengan konsep dasar yang diperoleh sebelumnya dari materi yang dipelajarinya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka. Kemampuan peserta didik menghubungkan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan dapat dilihat dari hasil belajar selama proses pembelajaran maupun setelah proses pembelajaran baik individu maupun kelompok.

Adapun langkah-langkah pembelajaran secara garis besar dengan pendekatan kontekstual dan media elite adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran

Kinerja Guru

Aktivitas Peserta Didik

Kegiatan Awal
1.        Guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik

2.        Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.

3.        Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan sisiwa untuk mencapai tujuan.

4.        Guru memberikan rangsangan pada peserta didik agar resposip terhadap pelajaran.

1.        Siwa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.

2.        Peserta didik menyimak penjelasan guru.

Kegiatan Inti
1.        Guru menjelaskan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan media elite.

2.        Guru membimbing peserta didik merancang alat peraga kemudian menggunakanya dalam pengujian larutan elektrolit.

3.        Guru mengamati aktivitas peserta didik sekaligus melakukan penilaian proses.

4.        Guru membimbing peserta didik menyusun laopran hasil kegiatan

1.        Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan media elite.

2.        Peserta didik merancang alat peraga sesuai petunjuk guru.

3.        Peserta didik melakukan percobaan pengujian larutan elektrolit sesuai petunjuk dalam LKPD.

4.        Peserta didik menyusun laporan hasil kegiatan.

 

Kegiatan Akhir
1.        Guru membimbing peserta didik dalam menyimpulkan materi pelajaran.

2.        Guru mengadakan evaluasi

1.        Peserta didik dengan bimbingan dari guru menyimpulkan materi.

2.        Peserta didik menjawab soal-soal evaluasi tes hasil belajar

 

Dari analisis hasil pembelajaran diperoleh data awal rata-rata nilai peserta didik 67,54 dengan tingkat ketuntasannya 54,28%. Setelah dilaksanakan pembelajaran kontekstual dengan bantuan media elite maka rata-rata nilai peserta didik meningkat menjadi 80,23 dengan tingkat ketuntasan sebanyak 91,42% dari 35 orang peserta didik.

Peningkatan ini terjadi karena semakin mengertinya peserta didik dengan konsep yang dipelajari serta perbaikan kualitas pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual dan media elite yang memudahkan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Selain itu yang tidak kalah pentingnya dalam peningkatan hasil belajar peserta didik peningkatan minat dan motivasi belajar peserta didik itu sendiri dengan senantiasa memberikan reinforsment dan reward kepada peserta didik yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Reward yang diberikan tidak mesti mahal. Untuk reward ini biasanya yang disiapkan penulis adalah buku tulis, polpen, pensil, atau permen. Yang terpenting adalah manfaat dari pemberian rewardnya, meskipun sederhana tetapi manfaatnya jumbo. Dan itu berdampak positif dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Intinya bagaimana seorang guru mampu menciptakan situasi pembelajaran yang selalu dirindukan peserta didiknya. Yang tidak kalah penting untuk perbaikan kualitas pembelajaran, jangan pernah lupa untuk merefleksi pembelajaran dengan meminta peserta didik memberikan penilaian terhadap penampilan guru selama pembelajaran berlangsung. Dengan begitu kita akan selalu mengetahui apakah kita termasuk guru yang dirindukan peserta didik atau bukan.

Simpulan dan Rekomendasi

  1. Penerapan pendekatan kontekstual dengan media elite telah berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik dan memperbaiki kinerja guru. Dalam hal ini adanya perubahan positif yang dapat dilihat dari semua indikator pada perencanaan dan pelaksanaan kinerja guru serta pada aktivitas dan hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.
  2. Dengan adanya peningkatan yang nyata pada proses pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan kontekstual dengan bantuan media elite, maka penulis merekomendasikan kepada rekan guru pada umumnya dan guru IPA khususnya untuk mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran dan media ini dalam proses pembelajaran di kelas guna meningkatkan hasil belajar peserta didik.
  3. Kreativitas, semangat dan karya nyata dalam menciptakan inovasi dalam proses pembelajaran hendaknya senantiasa kita pupuk dan jaga untuk meningkatkan profesionalisme kita sebagai guru yang berkualitas untuk menghasilkan anak didik yang berpotensi dan mampu bersaing di era global.
  4. Mengerti tentang keinginan, kondisi dan keadaan peserta didik kita adalah modal yang terbaik untuk membelajarkan mereka guna mencapai hasil yang maksimal.

 

Pelajaran yang Diperoleh

  1. Penerapan pendekatan kontekstual dengan media elite sangat menarik dan memotivasi peserta didik dalam pembelajaran, serta mampu memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami konsep-konsep yang dipelajari.
  2. Pendekatan pembelajaran kontekstual mengajarkan peserta didik belajar dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas (limbah) dari lingkungan sebagai bahan percobaan dalam proses pembelajaran. Selain itu pendekatan ini mengajarkan pada peserta didik bahwa tidak semua bahan bekas itu menjadi sampah dan dapat merusak lingkungan. Tapi banyak limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga kita turut melestarikan lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas menjadi bahan percobaan dalam pembelajaran.
  3. Penggunaan media elite dalam pembelajaran dapat dijadikan media untuk memaksimalkan pemenuhan kriteria guru kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga menjadikan dia sebagai guru yang dirindukan peserta didik.
  4. Pemberian reward meskipun sederhana hadiah yang diberikan tetapi mempunyai manfaat jumbo.

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini