Workshop Gratis di Bali Semakin Membuktikan Siapa IGI

Menemu Baling, menulis dengan mulut, Membaca dengan telinga sambil menuju flight dari Denpasar ke Jakarta

0
2250

Ini adalah ketiga kalinya saya kembali ke “mBali” karena berurusan dengan inisiasi IGI provinsi Bali. Tidak seperti kunjungan-kunjungan sebelumnya, hari ini saya merasa  lebih berenergi dan lebih termotivasi. Bali is  something really very special to me.  Pulau indah yang selalu taat dan bersepakat dengan  konservasi-konservasi alam, lingkungan hidup, margasatwa,  dan kebudayaannya tersebut selalu membuat seseorang yang sudah ke sana ingin kembali ke sana lagi. Dengan satu-satunya flight dari Semarang bersama udara yang bersayap (Wings Air) saya take off pada jam 06.00 pagi. Meski harus bersiap-siap sejak subuh tetapi hal itu tidak membuat saya jera, walaupun pada malam harinya saya hanya bisa memincingkan mata kurang dari 2 jam. Di samping itu kondisi badan juga masih sedang tidak enak karena batuk dan sisa flu berat masih bergelayut  di body yang  mulai tumbuh ke samping ini. Ini semua karena ada sesuatu yang enigmatik atau membuat rasa penasaran saya muncul. Itu semua setelah berbagai kehebohan khalayak guru yang terjadi di Bali  terkait akan lahirnya jabang bayi  IGI. Akankah semuanya baik-baik saja?

Bali dari atas bandara Ngurah Rai
Bali dari atas bandara Ngurah Rai

Berbeda dengan yang sudah-sudah, kedatangan saya kali ini adalah untuk melantik kepengurusan IGI   provinsi Bali yang sudah cukup lama terbentuk. Pelantikan pernah  akan dihelat bersama dengan pelatihan literasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) September lalu, tetapi tampaknya Tuhan belum menghendaki terlaksana. Pihak OJK tidak mau dititipi kegiatan selain kegiatan resmi mereka yang sudah ditentukan oleh Jakarta sesuai dengan SOP. Beruntung saat itu IGI Bali yang mengundang Pak Satria Dharma untuk mengisi materi seminar literasi umum  masih diperbolehkan oleh pihak OJK. Selain melantik, bekerjasama dengan Stabilo, saya mempunyai kewajiban untuk berbagi ilmu tentang metode Menemu Baling atau menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga untuk mendukung penerapan active learning dalam pelatihan menulis kreatif berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills). Sebuah workshop nasional diadakan untuk  menyertai pelantikan tersebut. Workshop tersebut gratis dan mengundang 200 orang guru di Bali   sebagai peserta.

Kerja kelompok mendeskripsikan objek nyata
Kerja kelompok mendeskripsikan objek nyata

Bagi saya kunjungan ketiga ini seolah seperti sedang memanen benih hasil tanaman yang pertama. Betapa tidak, dalam kunjungan pertama di bulan Agustus lalu saya masih mencari-cari dan merancang sebuah pertemuan dengan siapapun yang mau dan berani menginisiasi pembentukan IGI  Bali.  Konon kabarnya IGI Bali sudah berkali-kali diinisiasi tetapi selalu gagal. Ada sebuah kekuatan besar yang sangat diperhitungkan yang membuat hampir tidak ada guru berani untuk bertindak “macam-macam”, tetmasuk mendirikan IGI misalnya. Alhamdulillah akhirnya saya  bertemu dengan seorang tokoh pergerakan pendidikan Bali yang pemberani dan tulus berjuang untuk kemaslahatan guru dari jejaring di media sosial IGI.  Beliau adalah Pak Wayan Sukandia, seorang guru sekaligus anggota dewan pendidikan provinsi Bali yang vokal dan berani menyuarakan kebenaran demi kebaikan pendidikan. Beliau bahkan berani menantang para pimpinan organisasi guru terbesar setempat yang dinilai bertindak tidak adil. Mereka diharapkan  untuk bisa menolong kepala sekolah beliau yang saat itu tidak bersalah tetapi akan dimasukkan penjara tetapi mereka diam saja.  Pak wayan Sukanda bahkan sampai mendatangi rumah hakim yang akan mengadili kepala sekolahnya dan menunggu di depan pintu dari jam 08.00 malam sampai jam 03.00 pagi untuk mendapatkan keadilan. Mungkin karena melihat kegigihan Pak Wayan akhirnya hakim itupun membukakan pintu dan mempersilahkan Pak Wayan untuk mengutarakan keinginannya. Pak Wayan hanya menyatakan bahwa dia datang bukan untuk membela kepala sekolahnya tetapi hanya ingin menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi dan apa yang sepatutnya diberlakukan untuk kepala sekolahnya tersebut. Berkat kegigihan perjuangannya akhirnya kepala sekolah Pak wayan bisa terbebas dari jeratan hukum. Sementara itu apa  yang Pak Wayan terus merasa kecewa kepada para pembesar organisasi tempat beliau bernaung. Menurut beliau,  para pengurus organisasi guru terbesar yang senantiasa meminta para guru memenuhi kewajibannya dalam membayar  iuran itu ternyata tidak mau menunaikan kewajibannya ketika harus berhadapan dengan hukum.

Sekjen IGI, Mampuono sedang memaparkan materi Menemu Baling.
Sekjen IGI, Mampuono sedang memaparkan materi Menemu Baling.

Kamipun membuat perjanjian melalui WhatsApp dan akhirnya benar-benar bertemu di LPMP Bali. Ketika itu saya sedang mengikuti continued programme for training of trainer bahasa Inggris SMA batch II bersama para master trainer jebolan RELC (Regional English Language Center) SEAMEO Singapura di LPMP provinsi Bali. Selain Pak Wayan sebenarnya ada Pak Lewa Karma dan beberapa teman lain, tetapi waktu tampaknya menjadi penghalang sementara perjumpaan kami.

Namun, ternyata dibalik niat yang baik dan perbuatan yang baik akan mendatangkan kebaikan-kebaikan dan kemurahan-kemurahan yang tidak terduga dari Tuhan.  Tanpa sengaja saya ketemu dengan seseorang yang ternyata sangat antusias untuk mendukung inisiasi IGI Bali.   Suatu siang  datang seorang guru sebuah SMK favorite di Bali.  Dia sedang  menyambangi temannya yang sama-sama mendapat pelatihan trainer dengan saya. Lalu kami pun saling berkenalan dan ketika saya ceritakan  tentang IGI dia sangat antusias untuk bergabung. Tampaknya energi kebaikan IGI telah menyentuh hati nurani Ibu Ketut Mertasih ini. Maka jadilah sore itu, saya, Pak Wayan, Bu Ketut dan Pak Wasis bertemu di sebuah rumah makan. Kita berdiskusi berempat untuk memulai inisiasi  IGI provinsi Bali.

Kunjungan saya yang kedua adalah dalam rangka memperkuat konsolidasi calon pengurus yang sudah terbentuk. Para calon pengurus ternyata sudah memiliki ketua yang dipilih dari seseorang yang dianggap disegani dan sudah melarang buana di kancah nasional. Dia adalah doktor Ni Made Suciani. Pada kesempatan itu saya diminta untuk memberikan pendampingan kepada para calon pengurus itu untuk beraudiensi dengan kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Ibu Tia. Dari kunjungan audiensi tersebut kesimpulannya adalah bahwa kepala dinas provinsi sangat menyambut positif kehadiran Ikatan Guru Indonesia di provinsi Bali. Bahkan dari program-program IGI  yang saya terangkan kepada beliau, beliau sangat tertarik untuk mengadopsinya, terutama tentang program satu guru satu tablet (SAGUSATAB) untuk mendukung pembelajaran yang paperles.  Beliau meminta agar salah satu sekolah unggulan yang ada di provinsi Bali disentuh oleh program-program IGI, terutama yang yang berhubungan dengan IT dan pendaftaran siswa baru dengan menggunakan jaringan komputer dan internet.

Ada harapan besar dengan terbentuknya IGI provinsi bali. Hal itu diungkapkan oleh kabid Dikdasmen Dinas Pendidikan Provinsi Bali yang mewakili Ibu Kepala Dinas. Dalam sambutan pembukaan beliau memaknai kelahiran IGI sebagai simbol modernisasi profesi guru. Sudah selayaknya guru menjadi lebih berkualitas dengan terus-menerus belajar untuk meningkatkan kompetensi bersama-sama dengan organisasi organisasi profesi yang peduli terhadap nasib mereka.  Saya pun menyempatkan diri untuk menerangkan program-program unggulan di IGI mulai dari SAGUSATAB sampai Menemu Baling.  Pak Kabid pun mangut-mangut tanda sangat respect dengan semangat teman-teman tinggi dalam memajukan pendidikan di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Workshop berjalan dengan lancar dan diikuti dengan penuh antusias oleh para peserta yang belajar dari awal sampai akhir dalam kondisi fun atau bersenang-senang. Mereka mempelajari bagaimana mempergunakan metode Menemu Baling untuk merancang sebuah tulisan deskriptif berbasis hot secara berkelompok. Kelompok-kelompok   tersebut  dibentuk sangat heterogen  yang masing-masing anggotanya berjumlah  10 orang.  Mereka berdiskusi dari mulai membuat kerangka pikiran,  membuat jaringan topik dan sup topik sampai penulisan paragraf dalam graphic organizer.   Mereka  mempunyai kewajiban untuk mengumpulkan tugas kelompok berupa tulisan deskriptif disertai dengan foto masing-masing lembar tagihan  yang dikerjakan secara berkelompok. Mereka juga harus mengumpulkan tulisan bergenre naratif sepanjang 500 kata yang menuturkan perjalanan mereka hari itu dari rumah ke tempat workshop sampai ke rumah lagi.  Semua kegiatan yang terjadi di dalam workshop sebisa mungkin dituturkan dengan detail.   Tulisan harus dikirim ke panitia paling lambat 2 minggu setelah pertemuan agar peserta bisa mendapatkan sertifikat pelatihan yang menggunakan model  blended learning atau daring kombinasi sejumlah 32 jam.

img20161126144543
Hasil kerja kelompok

Setelah  “Menemu Baling”, sesi dilanjutkan dengan pelatihan pengelolaan kelas yang berbasis  Active Learning. Ibu Marete,  narasumber yang juga salah satu Pengurus Pusat IGI membawakan dengan sangat menarik pelatihan tersebut. Peserta dibuat lupa waktu sehingga seharusnya mereka selesai jam setengah tiga akhirnya tanpa terasa mereka masih beraktivitas sampai jam 15.00 lebih. Setiap kegiatan yang menarik bagi mereka langsung mereka upload foto dan videonya ke jejaring sosial sehingga itu membuat teman-teman guru yang lain menjadi penasaran apa yang sungguh nya mereka lakukan di dalam kegiatan pelatihan tersebut. Dengan demikian ini membuktikan bahwa IGI memang berbeda, kualitas adalah yang utama. Oleh organisasi guru lain kita yang selama ini dituduh telah melakukan kegiatan pelatihan  yang komersil, berbayar mahal, dan dianggap sebagai kedok bisnis, ternyata semua termentahkan. Hari ini, dalam ulang tahunnya yang ketujuh, banyak sekali IGI di berbagai daerah yang menyelenggarakan kegiatan dengan biaya sangat murah, bahkan gratis tanpa dipungut bayaran sepeserpun! Dan peserta mendapat pelatihan yang bermutu,  bertambah kolega,  menikmati makan siang dan  kudapan yang selayaknya untuk sebuah pelatihan, serta mereka bisa membawa pulang sertifikat setelah memenuhi semua tagihan.

Foto bersama selepas seksi berakhir.
Foto bersama selepas seksi berakhir.

Selamat ulang tahun ke-7 IGI ku per sayang semoga panjang umur dan bahagia selalu. Semoga engkau  bisa mengawal negeri ini mencapai jaman keemasannya  kelak. Bravo IGI, tetaplah sharing and growing together.

Salam Pergerakan Pendidikan!

Sekjen IGI

Mampuono

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini