Tag Archives: Sekjen IGI

IGI PEMALANG, KEAJAIBAN  YANG TERULANG

Oleh: Mampuono
#menemubaling

Hari ini keajaiban itu kembali terjadi. Sejarah sebagaimana yang  terjadi di Cilacap hampir satu bulan lalu dan di Grobogan dua Minggu lalu terulang lagi. Sebagaimana di kedua kabupaten tersebut, niat awal saya sebelum bertugas di daerah Pemalang adalah bisa turun tangan dan membantu pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI) Jawa Tengah untuk bisa membentuk kepengurusan baru di daerah tersebut. Alhamdulillah akhirnya keinginan saya yang sudah lama terpendam untuk bisa  mewujudkan   IGI di Pemalang  benar-benar menjadi kenyataan.

Hari ini, Minggu,  30 juli 2017, di salah satu ruang kelas di SMK 1 Pemalang, berkumpul para tokoh pergerakan. Mereka adalah guru-guru muda dari berbagai penjuru Pemalang yang siap untuk  melakukan perubahan. Mereka sudah lama sekali ingin mengadakan berbagai kegiatan peningkatan kompetensi di Kabupaten Pemalang  tetapi kesempatan itu tidak juga datang. Maka begitu ada rencana untuk mendirikan   IGI, bergegas mereka menyatakan diri bergabung.  Nantinya melalui organisasi profesi ini diharapkan mereka bisa membawa pendidikan di kabupaten Pemalang menjadi lebih bergairah untuk bergerak menuju kemajuan.

Semua itu tentu tidak lepas dari usaha keras sang inisiator. Adalah Jumiko, M.Pd.,  seorang guru akuntansi dari SMK 1 Randu Dongkal. Guru ini kebetulan menjadi salah satu anggota tim dari sekolah model yang mendapatkan bimbingan teknis tentang sistem penjaminan mutu internal yang saya menjadi narasumbernya. Pertemuan tidak terduga dengan saya sebagai sekjen IGI membuat Jumiko merasa memiliki cukup energi untuk bergerak lebih cepat lagi.

Mantan guru SMK 1 Pemalang ini memiliki keinginan tinggi untuk mengembalikan marwah guru di wilayahnya. Maka saat bertemu dengan saya, bak gayung bersambut, begitu saya ajak mendirikan IGI Pemalang, semangatnya langsung berkobar bak pejuang menuju medan perang. Apalagi statusnya sebagai mantan guru SMK 1 Pemalang membuat dia lebih mudah untuk mengumpulkan para guru  di salah satu ruangan di sekolah tersebut yang saat ini menjadi tempat pelatihan.

Berkat kegigihan dan luasnya jejaring yang dia miliki, pada pukul 14.00 siang ini kepengurusan IGI kabupaten Pemalang akhirnya berhasil dibentuk.  Waktu yang sangat mendadak tampaknya tidak menjadi masalah bagi seorang Jumiko untuk bergerak. Dalam sehari, terhitung sejak kemarin siang, undangan yang di sebar melalui jejaring sosial berhasil mendatangkan 22 “daging segar”. Ada 22 orang yang hadir memenuhi undangan Pak Koko, demikian Jumiko, M.Pd. biasa dipanggil. Mereka itu siap berproses menjadi para guru hebat Pemalang yang akan berjuang meningkatkan kompetensi sesama  guru  dengan semangat sharing and growing together bersama IGI.

Hasil rapat pembentukan IGI tersebut menghasilkan susunan pengurus yang diketuai oleh Tri Bangun Fajar, M.Pd. Pak Fajar ini adalah seorang IGI-er dari Pemalang yang sudah lama merindukan saat-saat seperti tadi siang.  Dia sudah berjuang lama agar IGI Pemalang terwujud.  Yang menjadi sekretaris adalah  Arif Wahyudi,  S.Si. Bendaharanya  adalah Sri Tilarsih, S.Pd. Sementara Jumiko, M.Pd. lebih memilih untuk menjadi  ketua bidang penelitian dan pengembangan.

Kepengurusan  dilengkapi dengan bidang-bidang yang nantinya akan disempurnakan dengan mengacu kepada AD-ART dan referensi kepengurusan dari daerah-daerah lain yang sudah  lebih dahulu terbentuk dengan menyesuaikan kebutuhan daerah setempat. Kepengurusan akan dilantik  dalam sebuah kegiatan seminar dan pelatihan yang  mendatangkan dirjen, pengurus pusat, maupun wilayah sebagai narasumbernya.

Salam pergerakan pendidikan!

Mampuono
Sekjen IGI

30072017 19.00 WIB Regina Hotel Pemalang
Ditulis dengan metode Menemu   Baling  (menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga) www.igi.or.id/download

MENULISLAH AGAR MENJADI KREATIF

Oleh: Mampuono
#menemubaling

Salah satu pesan di dalam implementasi kurikulum 2013 adalah menjadikan para siswa memiliki keterampilan berpikir tinggi pada level mencipta atau creating (C6) dalam taksonomi Bloom-Anderson. Harapannya jika siswa terbiasa untuk mencipta, maka dengan sendirinya daya kreasi mereka akan terus-menerus tumbuh. Keadaan ini pada akhirnya akan membawa mereka menjadi siswa-siswa yang berbudaya kreatif. Namun, untuk melakukan semua itu bukanlah sebuah perkara yang mudah. Rahasianya, bahwa kreativitas adalah sesuatu yang menular. Jika di dalam sebuah komunitas ada bibit kreativitas yang muncul, maka dengan pengkondisian yang baik, bibit itu akan tumbuh subur dan menulari seluruh anggota komunitas. Sebaliknya jika tidak pandai merawatnya, bibit itu justeru akan pupus, gugur sejak dini.

Cara yang paling efektif untuk membangun budaya kreatif pada siswa adalah melalui pemberian contoh. Sebaik-baik contoh adalah yang muncul dari gurunya. Sebab hubungan guru siswa dalam budaya Indonesia itu unik. Bagi para siswa, guru adalah sosok yang digugu dan ditiru, sosok yang bisa mereka percaya (reliabel) dan dijadikan panutan. Seorang siswa bisa jadi tidak patuh ketika sebuah nasehat yang memberikan adalah orang tua mereka, sebaliknya mereka akan cepat-cepat mematuhinya ketika nasehat yang sama yang memberikan adalah gurunya. Jadi, sebelum menjadikan seorang siswa kreatif, guru terlebih dahulu haruslah menjadi kreatif. Salah satu cara bagi guru untuk menjadi kreatif adalah dengan menulis. Karena menulis adalah proses menciptakan (creating) gagasan-gagasan baru. Semakin banyak menulis berarti guru semakin banyak mencipta gagasan-gagasan baru. Semakin banyak mencipta gagasan-gagasan baru, semakin seorang guru menjadi kreatif. Demikian salah satu topik yang penulis singgung dalam sesi motivasi terhadap peserta program SAGUSAKU (Satu Guru Satu Buku) IGI ( Ikatan Guru Indonesia ) Wonogiri pada hari ini, Minggu, 17 juli 2017 di kabupaten Wonogiri.

Penulis khusus diundang oleh pengurus IGI Wonogiri untuk mengisi materi “Integrasi Pembelajaran Abad 21 dalam Implementasi Kurikulum 2013” untuk kawan-kawan guru di sana. Mereka mendapatkan pelatihan menulis dalam program SAGUSAKU di sebuah rumah makan di salah satu kecamatan di Wonogiri. Pelatihan ini berlangsung selama 3 hari, mulai dari hari Jumat pagi sampai hari Minggu sore tanggal 15-17 Juli 2017. Jumlah peserta ada 140 orang yang berasal dari berbagai kecamatan yang menentang dari ujung barat laut sampai tenggara kabupaten Wonogiri.

Peserta terdiri dari para guru SD dan guru TK. Mayoritas mereka adalah kaum hawa. Mereka mengikuti kegiatan ini karena ingin mendapatkan ilmu-ilmu baru tentang bagaimana menulis sehingga menghasilkan buku baru. Narasumber yang melatih mereka adalah Iqbal dari Pati dan Nurbadria dari Bogor serta penulis sendiri dari Semarang. Meskipun dalam dua minggu ini penulis harus bergerak di wilayah yang rentangannya lumayan jauh, mulai dari Gandrung Mangu sampai Majenang Cilacap (9 jam dari Semarang), Gabus dan Winong jauh di Selatan Pati, lalu di Bandungan kabupaten Semarang dan juga di Kudus, bahkan kemarin malam penulis juga barusan landing dari Jakarta dan pagi-pagi sekali harus berangkat menuju Wonogiri (5 jam dari Semarang), tetapi bagi penulis, berhadapan dengan mobilitas yang luar biasa seperti itu justeru memberi semangat tersendiri, karena ruhnya adalah berbagi. Sementara menulis sendiri adalah seseorang yang sangat mengimani bahwa kebahagiaan itu adalah berbagi. Selain itu penulis juga menganut sebuah paham bahwa apabila seseorang melakukan pekerjaan yang merupakan kegemaran atau hobinya, maka baginya bekerja itu tidak seperti bekerja, tetapi lebih seperti menjadi hiburan semata.

Bagi penulis bisa pergi ke Wonogiri dan bersalam-salaman dalam suasana yang masih dekat dengan hari lebaran dengan kawan-kawan yang sudah berbulan-bulan tidak berjumpa, ini adalah karunia. Saya tidak mungkin sampai ke Wonogiri dan berhalal-bihalal dengan teman-teman IGI disini apabila tidak ada acara ini. Jadi walaupun jauh dan kesibukan penulis sangat tinggi, peristiwa ini justeru memberi rasa bahagia tersendiri.

Apalagi di dalam kegiatan ini penulis melihat, sampai sore hari tidak ada satupun peserta yang meninggalkan tempat. Mereka juga dengan suka hati mengikuti sesi baikan atau sumpah janji sambil mengangkat tangan kanan untuk menyisakan waktu minimal satu jam setiap malam untuk belajar lagi hal-hal yang baru, agar minimal bisa mencapai level guru yang unggul menurut Arthur Ward. Superior teachers tell, explain, and demonstrate (Guru yang unggul menyampaikan, menjelaskan, dan mencontohkan). Dengan usaha yang sungguh-sungguh pada akhirnya mereka harus mencapai level guru yang agung (Great Teachers), yaitu guru yang setiap pikiran, perkataan, dan tindakan yang selalu menjadi inspirasi. Baik bagi siswanya, rekan sejawat nya, bahkan bangsanya.

Pelatihan seharusnya ditutup pada jam 15.00 WIB, tetapi sampai jam 16.00 WIB lebih mereka masih tetap bergeming di tempat duduknya masing-masing. Mereka dengan tekun mengikuti sesi penulis dan menunggu instruksi selanjutnya dari panitia.

Pelatihan SAGUSAKU ini berlangsung berjalan lancar dan semua peserta akan mendapat pembimbing sampai produk akhir mereka berupa buku bisa dicetak dan dipublikasikan. Salah seorang peserta, Maria, salah satu guru SD bahkan mengatakan dalam sesi refleksi bahwa pelatihan ini 200% lebih hebat dari yang dia duga. Peserta berharap teman-teman mereka yang lain bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk masuk program SAGUSAKU sebagaimana yang mereka dapatkan.

Selamat untuk IGI Wonogiri. Tetaplah sharing and growing together bersama para IGI-ers di seluruhn Indonesia. Agar kembali marwah guru bangsa ini. Agar siapapun yang menekuni profesi guru adalah guru yang pintar, berbudi, bermartabat, dan sejahtera. Para guru yang kelak akan membawa generasi bangsa ini, minimal duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan generasi bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Salam Pergerakan Pendidikan!

Sekjen IGI

Boyolali, 17072017.
Ditulis sambil berdiri di Bis Safari jurusan Solo Semarang, diedit di Sampangan.

GELIAT IGI SOLO YANG MENGGEBRAK

Setelah kurang dari dua bulan lalu Ikatan Guru Indonesia (IGI) se-Solo Raya yang bekerjasama dengan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) menyelenggarakan sebuah workshop literasi produktif berbasis IT dan pengenalan metode Menemu Baling _menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga_ di auditorium FKIP UNS, kegiatan IGI di wilayah yang berpusat di kota keraton itu menjadi semakin marak. Tercatat ada tiga kegiatan besar yang diikuti oleh ratusan peserta diselenggarakan berturut-turut mengiringi kegiatan yang dihadiri 500 peserta yang sudah diselenggarakan di UNS tersebut.

IGI Karanganyar dengan kegiatan pelatihan pembuatan komik pembelajaran dan literasi dengan Metode Menemu Baling menyusul satu minggu kemudian. Setelah itu giliran IGI Sukoharjo dengan gebrakan kegiatan pelatihan pembuatan media interaktif dengan Articulate Storyline dan penulisan dengan Metode Menemu Baling di Solobaru. Dan tidak Berapa lama kemudian giliran IGI Surakarta yang menghelat acara pelatihannya.

Pada hari Kamis, tanggal 25 Mei 2017, IGI kota Surakarta (baca: Solo) memulai geliatnya yang menggebrak penyelenggarakan pelatihan literasi yang bertahun sebelumnya hampir beku. Sebuah ‘Pelatihan Penulisan Ilmiah Populer” dihelat serius. Sasaran tembaknya adalah para guru dari berbagai jenjang yang bermindset pembelajar sejati. Kegiatan tersebut dilaksanakan di aula SMP Negeri 24 Surakarta. Lokasi SMP yang dipimpin oleh Siti Latifah, salah satu pengurus IGI Jawa Tengah tersebut berada di jalan Dr. Moewardi No. 36 Surakarta. Kegiatan organisasi profesi guru yang dipimpin oleh Muhammad Nur Alim ini diikuti sedikitnya oleh 160 peserta yang sebagian besar berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Peserta yang paling jauh tercatat berasal dari kabupaten paling barat Jawa Tengah, Cilacap. Selain itu terdapat beberapa peserta yang ternyata usianya masih sangat muda. Mereka adalah para fresh graduate yang bekerja sebagai guru di SMK dan sebagian lagi sebagai pustakawan dari Undip dan UNS yang ingin sekali meningkatkan keterampilan literasi produktif mereka.

Pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru di dalam menulis artikel ilmiah populer yang biasanya dimuat di media massa tersebut berbiaya sangat sangat terjangkau. Jika peserta adalah anggota IGI, maka mereka hanya dikenakan 100.000 perak dan yang non IGI, mereka harus menambah lagi 50.000 perak.

Dengan narasumber Johan Wahyudi, pengurus IGI Jawa Tengah yang tulisannya seringkali dimuat di berbagai harian lokal maupun nasional, Suhamdani yang merupakan pemimpin redaksi harian Joglosemar, dan Dr. M. Rohmadi, Ka. UPT Perpustakaan UNS, kegiatan tersebut berjalan dengan menarik. Peserta tampak antusias mengikuti kegiatan tersebut dari awal di akhir. Hal ini terlihat dari animo mereka yang tinggi untuk terlibat aktif di dalam mengikuti setiap sesi yang ditunjukkan dengan banyaknya jumlah pertanyaan yang mereka lontarkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkisar tentang cara menulis agar bisa tembus media massa, bagaimana proses menulis yang cepat dan bernas, bagaimana menghilangkan kendala kehabisan ide dan kata-kata ketika sedang menulis, dan lain-lain.

Acara dimoderatori oleh Mulyati Rahman dan Siti Latifah. Mereka adalah para pengurus IGI yang pernah menjadi para juara kepala sekolah berprestasi nasional. Acara ini berlangsung dari pukul 08.00 pagi sampai 16.00 sore. Di akhir sesi panitia juga mengedarkan lembar evaluasi dan angket untuk mengetahui sejauh mana kekurangan dan kelebihan pelaksanaan pelatihan sekaligus juga menjaring kebutuhan pelatihan yang diminati oleh para guru. Dari data yang masuk ke panitia diperoleh informasi bahwa para peserta ingin sekali mendapat pelatihan lanjutan tentang tulis-menulis, pembuatan media pembelajaran interaktif, PTK, model-model pembelajaran, dan lain-lain.

Masing-masing peserta akan mendapat sertifikatnya setelah mereka melaksanakan pembimbingan secara daring dan mengumpulkan tagihan yang harus mereka penuhi kepada panitia. Banyak peserta yang berharap agar kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat bagi guru tersebut bisa ditindaklanjuti dan dilakukan sesering mungkin oleh IGI Surakarta.
Mampuono
Sekjen IGI
(Ditulis dengan metode Menemu Baling-menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga. 28052017)

MENEMU BALING DI KOTABANGUN, KUTAI KERTANEGARA

Pada hari Minggu tanggal 9 April 2017 dilaksanakan Workshop Nasional Literasi Pemanfaatan IT dengan Menggunakan Metode Menemu Baling (Menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga) di Kecamatan Kota Kotabangun, Kutai Kertanegara. Workshop ini menghadirkan dua orang pengurus pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI). Mereka adalah Sekjen IGI, Mampuono yang merupakan faunder Metode Menemu Baling, bersama bendahara umum IGI, Gusti Surian. Keduanya baru pertama kali menapakkan kaki di kecamatan Kotabangun, salah satu Kecamatan yang jarak tempuhnya dua jam perjalanan dari Tengarong, Pusat Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kegiatan dilaksanakan di aula kantor UPTD Kecamatan Kotabangun dan dihadiri oleh kurang lebih 200 orang peserta. Turut hadir dalam acara tersebut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Kartanegara, Hifsi Farhannas ST,.MSi. Pejabat yang semestinya membuka acara adalah Wakil Bupati Kutai Kartanegara, berhubung yang bersangkutan ada halangan maka Wakil Bupati diwakili oleh Kadinas Pendidikan.

Kedatangan para tamu disambut oleh para murid SD dengan berpakaian adat tradisional di depan gerbang UPTD. Sebagai ungkapan selamat datang, untaian bunga berwarna kuning dan putih dikalungkan kepada Sekjen IGI, bendahara umum IGI, dan Kepala Dinas Pendidikan Kukar.

Sebelum acara di mulai, panitia meminta para tamu undangan penting untuk rehat sebentar di ruang kantor UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Kota Bangun. Acara itu sebagai bentuk silaturahmi antara Pengurus Pusat IGI dengan Camat dan unsur muspika setempat, seperti Koramil dan Kapolsek. Silaturahim bahkan juga dihadiri oleh pengurus PGRI setempat.

Setelah usai rehat Sekjen dan rombongan, termasuk Kepala Dinas Pendidikan beserta unsur Muspika setempat langsung hadir di ruang aula UPTD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kota Bangun untuk memulai acara. Acara juga dimeriahkan dengan tarian tradisional yang dibawakan anak-anak SD 01 Kotabangun.

Dalam sambutannya Kadinas sempat bergurau bahwa beliau salut dengan gebrakan IGI. Biasanya setiap organisasi yang mengadakan kegiatan meminta sumbangan, ternyata Kadinas hanya menandatangani sertifikat. Statemen Kadinaspun disambut tawa para peserta. Kadinas sangat mendukung kegiatan IGI dalam rangka meningkatkan kompetensi para guru dan penguasaan teknologi berbasis android dlm rangka pembelajaran di kelas.

Lebih-lebih sudah ada pemasangan jaringan tower internet di seluruh kecamatan, dan ini bisa dimanfaatkan oleh guru. Namun sangat disayangkan sampai sekarang jaringan tersebut belum termanfaatkan secara maksimal. Kadinas berencana menggandeng IGI dalam membantu pelaksanaan program pembelajaran kepada guru-guru di Kukar dengan memanfaatkan tower yang ada.

Workshop nasional ini di dihadiri para guru peserta dari TK, SD, SMP maupun SMK dan SMA. Bahkan di luar dugaan, kehadiran peserta bukan saja berasal dari Kecamatan Kota Bangun, tetapi ada yang berasal dari Kecamatan Muara Muntai, Kahala, Kembang Janggut dan Muara Wis yang merupakan kecamatan kecamatan yang ada di sekitar wilayah kecamatan Kota Bangun. Yang lebih mengejutkan, ada beberapa peserta yang berasal dari kecamatan yang terjauh, yaitu Kecamatan Tabang. Untuk sampai di Kotabangun waktu perjalanan dari Tabang kurang lebih 8 jam. Itu kalau naik kendaraan motor maupun mobil. Kalau naik kapal melalui sungai Mahakam, waktu yang di tempuh bisa satu hari satu malam.

Pelaksanaan kegiatan workshop ini dimulai pukul 08.00 sampai pukul 15.00 WITA sore hari. Sekjen Mampuono sebagai narasumber utama dibantu oleh tim khusus yang terdiri dari para pengurus IGI Kabupaten Kukar yang pada malam sebelumnya sudah di training. Mereka dibekali ketrampilan khusus untuk membantu dowbload, melakukan share software dengan Share It, sampai dengan instalasi aplikasi Menemu Baling. Dengan bantuan tim ini para peserta dibimbing mulai dari mendownload, menginstal, sampai praktek menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga. Peserta bekerja di dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari lima orang. Pada akhir kegiatan setiap kelompok harus menghasilkan tulisan sebanyak lima paragraf untuk dipresentasikan.

Para peserta juga harus mengerjakan tugas mandiri dan mendapatkan pembimbingan menulis secara daring. Mereka tergabung di dalam satu grup WhatsApp dan akan saling share hasil pekerjaan mereka di grup tersebut untuk mendapatkan masukan dan pendampingan. Untuk mendapatkan sertifikat pelatihan mereka harus sudah mengumpulkan tulisan minimal 500 kata kepada panitia maksimal 2 minggu setelah pelaksanaan workshop.

Seluruh peserta tampak sangat bersemangat mengikuti kegiatan. Saking bersemangat dan antusiasnya, para peserta bahkan enggan beranjak dari aula UPTD dinas pendidikan Kotabangun walaupun waktu pelatihan sudah usai. Mereka masih berkutat dengan Androidnya dan terus mencoba coba untuk bisa mempraktekkan aktivitas Menemu Baling.

Ini menunjukkan bahwa workshop literasi ini sangat bermanfaat bagi para guru dalam mengembangkan kompetensinya. Pendeknya, secara keseluruhan kegiatan workshop nasional tersebut berjalan dengan baik dan lancar dari awal sampai akhir.

Salam #menemubaling!

Sutopo Gasif
Ketua IGI Kutai Kertanegara