Tag Archives: Menemu Baling

PIAGAM REKOR MURI UNTUK IGI

Hari ini, 15 April 2018, Museum Rekor Indonesia (MURI) menggelar acara penyerahan piagam pecahan rekor kepada 10 rekoris yang berasal dari seluruh Indonesia.

Ikatan Guru Indonesia (IGI) diundang sebagai salah satu penerima piagam MURI tersebut. Ini karena IGI berhasil memecahkan rekor menulis buku tercepat dan terbanyak dengan menggunakan metode Menemu Baling atau metode menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga.

Kegiatan pemecahan rekor MURI oleh organisasi profesi guru yang dipimpin oleh Muhammad Ramli Rahim itu dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2018 pukul 09.50-11.50 WIB di Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Senayan Jakarta. Kegiatan tersebut diikuti oleh 524 peserta dari seluruh Indonesia. Sebanyak 170 orang mengikuti secara offline di Senayan dan sisanya mengikuti secara online dengan video conference dari 8 tempat di seluruh Indonesia. Tempat-tempat tersebut adalah Surabaya, Gresik, Karanganyar, Tanah Bumbu, Padang, Aceh Timur, Kalimantan Barat, dan Jogjakarta.

Metode Menemu Baling ditemukan oleh Mampuono, sekretaris jenderal IGI periode 2016-2021. Melalui metode ini guru dan siapa pun yang berminat untuk meningkatkan literasi dimudahkan dalam menulis dan membaca. Metode ini sekaligus juga merubah secara revolusioner budaya tutur menjadi budaya tulis dan budaya simak menjadi budaya baca.

Pada kesempatan pemberian penghargaan tersebut Jaya Suprana meminta Mampuono untuk mendemonstrasikan cara menggunakan metode tersebut. Melalui aplikasi yang sudah terpasang, Mampuono melakukan aktivitas Menemu Baling di hadapan para rekoris lain dan undangan yang ada di ruang sekolah musik Jaya Suprana.

Jaya Suprana selaku direktur dari Museum Rekor Indonesia mengucapkan selamat kepada IGI yang sudah menemukan cara untuk berliterasi baca tulis secara sangat mudah dengan menggunakan teknologi informasi. Metode tersebut layak untuk diberi penghargaan sebagai metode menulis tercepat dan terbanyak tingkat dunia Indonesia.

Banyak dari para peserta yang kemudian mencoba untuk menginstal aplikasi yang sudah berada di Google Play Store tersebut dan mencobanya. Mereka rata-rata memberikan apresiasi positif terhadap hadirnya metode tersebut.

Metode Menemu Baling selama ini sudah banyak digunakan oleh para guru yang tergabung dalam IGI untuk menulis buku-buku mereka. Sudah ada ratusan judul buku baru yang ditulis dengan metode ini. Mampuono bahkan sudah menulis buku setebal 320 halaman Dalam waktu 5 hari. Buku itu berjudul “Sembilan Rahasia Menulis Buku dalam 5 Hari dengan Menggunakan Metode Menemu Baling.”

Selain Menemu Baling IGI, ada sembilan rekoris lain yang mendapatkan piagam penghargaan pada sore hari ini. Mereka di antaranya adalah pemegang rekor penari Pendet tunarungu terbanyak, doktor kimia termuda, mengunggah musik terbanyak di grup WhatsApp, penakluk gunung-gunung tertinggi di Indonesia dalam waktu 100 hari, dan lain-lain.

Kegiatan penyerahan piagam pemecahan rekor MURI tersebut diakhiri dengan penampilan seorang pianis muda pemecah rekor MURI.

__________
Jakarta, Minggu 15 04 2018 31.30.WIB. Ditulis dengan metode Menemu Baling, menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga pada kecepatan 80 km per jam di jalan tol menuju bandara internasional Soekarno Hatta.

Mampuono
Sekjen Pengurus Pusat
Ikatan Guru Indonesia

MENEMU BALING DI NEGERI PENGHASIL SUSU KUDA LIAR

Oleh: Mampuono
# orang literat menemu baling

Ikatan guru Indonesia Nusa Tenggara Barat menyelenggarakan sebuah kegiatan untuk peningkatan literasi para guru dan masyarakat umum di wilayah tersebut pada hari Sabtu, 24 Februari 2018. Acara tersebut bertajuk workshop Menemu Baling dan diikuti oleh 60 peserta dari berbagai kalangan. Sebagian besar adalah para guru dan sisanya adalah mahasiswa, dosen, pejabat, dan wartawan.

Acara diselenggarakan di ruang pertemuan Hotel Fizz lantai 3 yang berada di Kota Mataram. Di dalam ruang pertemuan berukuran 10 x 12 meter yang didalamnya berisi tempat duduk yang didominasi cover warna hijau tersebut kegiatan workshop berlangsung penuh gairah. Kegiatan sedianya akan berlangsung dari pukul 14.30 sampai 16.30. Namun, besarnya antusiasme peserta dari negeri penghasil susu kuda liar itu membuat sesi tanya jawab berlangsung lebih panjang, sehingga akhirnya kegiatan ditutup oleh ketua IGI NTB, Ermawati, pada pukul 17.30.

Peserta berasal dari kabupaten-kabupaten di NTB, terutama yang berada di kota Mataram dan sekitarnya. Beberapa di antaranya berasal dari Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Sumbawa dan yang terjauh berasal dari kota Bima yang menyeberang selat dan perjalanannya harus menggunakan feri, kapal cepat, atau penerbangan udara.

Seperti telur yang pecah cangkangnya dari dalam, karena janin burung di dalamnya sudah tumbuh menjadi lebih kuat, guru-guru ini datang mengikuti workshop karena semangat dari dalam yang mereka miliki untuk menjadi lebih baik dan semakin maju di dalam berliterasi.

Narasumber tunggal kegiatan tersebut adalah Mampuono yang juga merupakan founder metode Menemu Baling. Menurut Mampuono, metode tersebut sangat efektif untuk mengubah budaya tutur dan simak menjadi budaya tulis dan baca. Semuanya dibuktikan ketika para peserta berhasil melakukan instalasi software Menemu Baling yang sudah di-share free di Google Play Store yang diikuti dengan setting tertentu agar kegiatan menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga tersebut berlangsung dengan sukses.

Mampuono sedang in action

Banyak peserta yang merespon positif kegiatan tersebut dan mereka tertarik untuk menulis buku mereka sendiri dengan lebih mudah sekaligus juga membaca sebanyak mungkin untuk memperbaiki tingkat literasi serta menambah khasanah pengetahuan dengan menggunakan metode tersebut.

Pada kegiatan tersebut sebagian peserta menghendaki untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Menemu Baling dengan mengakses buku tentang metode tersebut yang sudah ditulis oleh Mampuono. Buku tersebut berjudul Metode Menemu Baling: Merevolusi Budaya Tutur dan Simak Menjadi Budaya Tulis dan Baca. Sebagian juga menghendaki untuk memiliki buku yang berjudul Sembilan Rahasia Guru Menulis Buku dalam 5 Hari dengan Metode Menemu Baling. Buku yang diselesaikan dalam 5 hari tersebut menjadi bukti nyata keefektifan metode tersebut.

Buku wajib mahir Menemu Baling

Harapannya dengan berlangsungnya workshop tersebut kompetensi para guru di NTB dan masyarakat pada umumnya didalam berliterasi semakin meningkat pesat. Dengan demikian pada gilirannya nanti seluruh komponen bangsa akan turut terangkat kemampuannya dalam berinteraksi.
______________________________________________
Semarang 26 Februari 2018, ditulis dengan metode Menemu Baling, menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga pada kecepatan 60 km per jam dalam perjalanan dari Sampangan menuju Banyumanik.

DARI BUMIJAWA: GENERASI EMAS SEINDAH MAWAR MEREKAH, MUNGKINKAH?

Oleh: Mampuono
#menemubaling

Perjalanan sejak subuh tadi dari Semarang hingga ke lembah yang indah ini membutuhkan waktu 4 jam setengah. Aku hanya sempat beristirahat sebentar untuk mencari sarapan di Bumijawa. Sebuah kota kecamatan yang berada di ujung baratdaya kabupaten Tegal. Seperti seorang tamu agung, kepala sekolah, kepala UPTD, para pengawas, dan para guru dengan khidmat menyambutku. Secepatnya aku selesaikan tugasku di SD kedua di Desa Cempaka itu. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Bantah ( bantuan pemerintah) Kurikulum 2013.

Kebetulan, pada saat yang sama sedang ada pelatihan penilaian Kurikulum 2013. Pesertanya adalah guru-guru di kecamatan itu. Rupanya kedatanganku dianggap tidak boleh disia-siakan. Seperti biasa, sebagaimana di tempat-tempat yang lain, mereka meminta waktuku untuk berbagi dan memotivasi.

Kuajak guru-guru untuk lebih bersemangat lagi, terus belajar hal-hal yang baru agar tercipta generasi emas negeri ini. Generasi yang jika diibaratkan sebagai bunga mawar adalah bunga mawar yang sedang sempurna merah merekah. Yang keindahannya akan mengagumkan siapa saja yang melihatnya. Yang harumnya membuat siapa saja yang menghirup aromanya terpana selamanya. Tetapi tajam durinya akan menghunjam siapa saja yang mencoba mengganggunya.

Bagaimana kita akan bisa menciptakan generasi emas? Untuk itu setiap guru harus memiliki bekal untuk menguasai 4 sehat 5 sempurna dalam implementasi Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik, literasi, pembelajaran abad 21, dan pengembangan pendidikan karakter yang disempurnakan dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Guru harus menjadi model. Maka gurulah yang harus mempraktekkan 4 sehat 5 sempurna tersebut, sebelum menginginkan muridnya bisa mempraktekkannya

Tidak lupa Menemu Baling pun harus mereka kuasai. Aplikasi yang diciptakan oleh Ikatan Guru Indonesia tersebut akan sangat membantu mereka dalam berliterasi. Menemu baling adalah menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga. Aneh tapi nyata, tetapi mereka setuju untuk mencarinya di Google Playstore dan mengimplementasikannya.

Sungguh aku senantiasa merasa khawatir. Waktuku sangat terbatas. Ketika memberikan mereka motivasi, berkali-kali aku harus menengok ke arah alroji. Meskipun mereka berharap, bahkan setengah merengek, meminta tambahan waktu lagi, namun sejujurnya aku katakan bahwa keberadaanku di situ akan segera berakhir sesaat lagi. Mungkin akan ada kesempatan berjumpa lagi, tetapi bukan hari ini, barangkali esok hari.

Tepat pukul 10.30 secepatnya aku mengajak Pak Sumbadani, pengawas baik hati yang tadi pagi menjemputku, untuk beranjak pergi. Aku khawatir, waktu satu setengah jam bisa saja tidak cukup untuk sampai kembali ke stasiun Slawi. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana jika ketinggalan kereta api dan menunggu waktu sampai habis maghrib nanti. aku yakin akan bisa memanfaatkannya dengan menemu baling. Tetapi, ah betapa menjemukannya.

Hujan mulai turun ketika kami menaiki bukit, meninggalkan lembah desa Cempaka itu. Pegunungan di sisi kiri kanan bukit dan lembah berlatar depan petak terasering sawah yang hijau kekuningan. Pemandangannya memberikan nuansa tersendiri. Halimun yang mulai turun dan hawa dingin yang mulai menyelimuti menambah harunya suasana hati. Jauh di lubuk hati aku bersyukur telah dilahirkan di negeri ini. Negeri yang sempurna yang digambarkan sebagai surga di dalam kitab suci.

Dingin masih menyerangku ketika aku tiba kembali di Bumijawa. Kumasukkan jari-jemari ke dalam jasku. Rinai yang terus tercurah dari langit seakan tiada pernah berhenti, menambah himpitan gundah di hati. Sesaat dalam perjalanan Pak Sumbadani berterus terang bahwa ternyata dia tidak kuasa jika harus mengantarku lagi. Beliau merasa sudah tua sementara kecepatan kendaraan yang dia kemudikan harus berkejaran dengan waktu. Sebagai solusinya, dia mengandalkan putranya untuk mengantarkan sahabat yang baru saja dikenalnya. Aku hanya mengangguk menyetujui usulnya.

Segera dihentikannya mobil Toyota itu. Di depan Sebuah rumah yang cukup megah dia turun. Rumah bercat putih di pinggir jalan di kota kecamatan Bumijawa itu bukanlah rumah siapa siapa. Penghuninya Adalah putra Pak Sumbadani yang nomor satu. Maka begitu melihat pintu rumah terbuka dia langsung memasukinya.

Sesaat aku menunggu. Sambil melihat suasana, kuperhatikan sekeliling. Rumah megah itu berdiri menghadap lembah. Di sekelilingnya terdapat pohon pohon tua milik perhutani. Ada pinus cengkeh dan tanaman keras lainnya. Karena letaknya yang berada di ketinggian, kabut dan hawa dingin setiap saat menyelimuti rumah itu. Tiba-tiba pandanganku terpaku. Kuperhatikan ada sesuatu yang sangat menarik di beranda rumah itu. Sambil menanti keluarnya yang empunya rumah bersama ayahnya, aku pun turun dari mobil itu. Aku mendekat ingin tahu.

Ah, ini sungguh sangat luar biasa. pemandangan yang jarang sekali ada. Pertama kali melihatnya, pandanganku terpesona, hatiku tertawan, jiwaku terpana, sukmaku bergelora. Serasa seribu ulat bulu merambat di sekujur tubuhku. Merinding aku menyaksikan keajaiban itu. Sungguh Maha Suci Allah, Tuhan Yang Maha Besar.

Betapa indahnya! Sungguh menawan hati. Tiga jumlahnya, semuanya merah darah merekah, menawarkan sumringah, meski rinai dan halimun tipis menyelimuti. Hmm, bukankah ini seperti yang aku ceritakan ketika menggambarkan generasi emas negeri ini tadi. Betapa luar biasanya.

Perlahan-lahan aku dekati kuntum mawar itu. Kupandangi indahnya. Aku hirup aroma wanginya. Kurasakan semangat kemudaan dan kecemerlangan dalam merahnya. Kuresapi kejelitaan dalam rekahan setiap kelopaknya. Aku kagumi titik-titik air rinai yang kini telah berhenti, sebagai mutiara yang menyelimuti bunga, daun, dan tiga cabangnya yang berduri. Tiada puas puasnya aku mengagumi ciptaan Tuhan, Sang Maha Indah, yang terpampang di depan mata ini.

Tidak terasa diri ini membayangkan betapa suatu ketika generasi emas yang bagaikan mawar merah merekah dari Bumijawa ini akan kita miliki. Generasi yang akan mempesonakan siapapun warga dunia karena kecemerlangannya. Generasi yang pintar, berbudi, bermartabat, dan sejahtera bahkan memimpin dunia. Generasi yang dihormati yang duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan generasi dari negara manapun di dunia ini. Generasi yang memiliki tingkat literasi bukan 10 besar dari belakang tetapi 10 besar dari depan.

Kita tentu menginginkan generasi seperti itu. Generasi yang tumbuh menjadi hebat karena peran besar dari kehebatan para gurunya. Semuanya bukanlah isapan jempol asalkan semua komponen bangsa ini rela berkorban. Syaratnya sederhana, setiap anak bangsa, ini tidak peduli guru atau profesi lainnya, harus merubah mindsetnya. Kembali kepada semangat mementingkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Dari semangat meminta minta atau tangan di bawah menjadi semangat memberi atau tangan di atas. Dari meminta dilayani menjadi pelayan setia negeri ini. Dari meminta diajari menjadi pembelajar mandiri yang justru mengajari, lalu berbagi untuk tumbuh bersama.

Terakhir mari kita senantiasa menanamkan quotes yang dipopulerkan oleh John F. Kennedy ini, “Jangan tanya apa yang kau dapat dari negerimu, tetapi tanyakan apa yang bisa kau berikan untuk negerimu.” Selamat merubah mindset dan semoga impian besar untuk menghasilkan generasi emas negeri ini suatu ketika benar-benar terjadi. Bahkan tidak lama lagi!

 

09112017 – 15.10 WIB. Stasiun Poncol Semarang. Ditulis dengan metode menemu baling, menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga.

SAGUSAKU DAN MENEMU BALING MEMICU GERAKAN LITERASI ACEH  MEMBARA

#menemubaling

Hari Sabtu dan Minggu, 21 dan 22 Oktober 2017, di Aula Dinas Pendidikan Aceh berlangsung pelatihan satu guru satu buku  (Sasusaku). Rupanya bersama IGI para guru Aceh telah bangkit semangatnya untuk lebih meramaikan gerakan literasi sekolah di tanah air dengan menciptakan buku sebagai karya monumental mereka.

Acara dibuka oleh kepala dinas Pendidikan Aceh. Dalam pidato sambutannya kepala dinas mengingatkan akan peran penting  guru sebagai  ujung tombak  bangsa di dalam menghasilkan generasi yang berkualitas  di masa datang. Oleh karenanya peningkatan literasi  para guru    diharapkan bisa memberikan pengaruh signifikan terhadap semakin tingginya tingkat literasi para siswa.

Selama dua  hari kegiatan tersebut dipimpin oleh Master Coach Nurbadriah dari Cilegon dan Nurul Aini dari Aceh. Materi pelatihan  meliputi Metode Menemu Baling , Praktek mengunggah tulisan  ke web,  Menulis itu mudah, Membangun ide, inspirasi, dan imajinasi, Membuat outline, Praktek mengembangkan outline, dan pembimbingan secara online selama dua  bulan hingga bukunya diterbitkan.

Setiap kegiatan IGI   peserta diminta untuk memakai baju putih celana gelap bagi para  guru laki-laki. Sedangkan untuk  para guru perempuan   mereka wajib memakai jilbab warna biru dan rok bebas  disesuaikan. Ini agar memberi semangat satu hati dan satu tujuan untuk menyelesaikan buku yang ditargetkan.

Peserta pelatihan adalah  Guru SMA, SMP, SD, dan para kepala sekolah. Mereka mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir dengan penuh semangat. Penggunaan metode menemu baling yang mempercepat dan memperingan tugas mereka dalam menulis dan membaca membuat mereka merasa tidak terlalu dibebani untuk menyelesaikan tugas-tugas penulisan yang sebelumnya sangat melelahkan jika dilakukan dengan cara konvensional.

Setelah workshop offline tersebut selesai, kegiatan dilanjutkan dengan pembimbingan secara online melalui grup jejaring sosial WhatsApp. Semua  permasalahan penulisan sampai penerbitan diselesaikan di grup tersebut. Program Sagusaku IGI akan membantu para penulis yang serius untuk menerbitkan buku-buku hasil pelatihan itu.

Sumber : Imran
Dikembangkan: Mampuono
Ditulis pengembangannya dengan metode menemu baling, menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga.