MENGGALI DAN MEMBERDAYAKAN KECERDASAN BERBAHASA DALAM TOC IGI BERSAMA SAMSUNG

0
1448

 

Widadi – IGI DKI Jakarta

DKI Jakarta-IGI. Saya awali artikel kali ini dengan sebuah kisah singkat berikut ini: “Winston Churchill pada awalnya sangat lemah dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Ketika berbicara agak gagap dan cadel. Namun, dia akhirnya menjadi salah satu pemimpin dan orator terbesar di abad ke-20.”

Winston Churchill memiliki gaya belajar yang khas dan tidak sesui dengan gaya mengajar gurunya. Barangali ketidaksesuaian inilah yang terus berlanjut hingga sekarang terutama di sekolah-sekolah Indonesia, sehingga puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan anak mengalami hal yang sama dengan  Winston Churchill.

Sekali lagi barangkali inilah yang menjadi penyebab terbesar banyaknya peserta didik yang gagal ketika belajar di sekolah. Tegasnya, peserta didik mengalami kegagalan dalam belajar di sekolah karena gaya belajar peserta didik tidak nyambung dengan gaya mengajar guru. Atau kalau dibalik menjadi kegagalan belajar sebagian besar peserta didik di sekolah karena gaya mengajar guru tidak sesuai dengan gaya belajar peserta didik.

Berbicara tentang gaya belajar, setidaknya kita mengenal gaya belajar visual, auditif dan kinestetik. Anak dengan dominan gaya belajar visual akan merasa lebih cepat menerima informasi dalam bentuk gambar, simbol-simbol, visual. Anak dengan dominan gaya belajar auditif akan lebih mudah menerima informai dalam bentuk suara, audio. Anak dengan dominan gaya belajar kinestetik paling senang apabila teknik mengajar guru banyak bergerak, melakukan, mempraktekkan (demonstrasi).

Hal mendasar yang sebaiknya kita ketahui tentang gaya belajar ini adalah bahwa setiap manusia memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada satu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk dari gaya belajar yang lainnya. Bisa jadi di antara anak didik kita ada yang memiliki lebih dari satu gaya belajar yang dominan.Tugas kita sebagai guru adalah menemukan gaya belajar setiap individu yang unik itu kemudian berupaya melayani semua gaya belajar anak dalam satu kelas.

Nah sahabatku, dewasa ini sebagian besar guru telah mengenal istilah multiple intelligence. Bahkan sekolah-sekolah swasta yang sedang berdiri dan langsung diburu para orangtua karena berusaha menawarkan dan mengembangkan teori multiple intelligence ini.

Sahabat guru Indonesia, adalah Prof. Howard Gardner yang mula-mula mengenalkan teori multiple intelligence ini kepada kita. Gardner adalah seorang profesor dari Universitas Harvard. Selama lebih dari 15 tahun Gardner telah melakukan berbagai penelitian untuk membuktikan bahwa setiap orang memiliki lebih dari satu jenis kecerdasan. Bahkan setidaknya terdapat delapan atau justru sembilan jenis kecerdasan. Multiple intelligence ini kemudian di Indonesia lebih akrab dikenal dengan istilah kecerdasan kecerdasan berganda atau kecerdasan majemuk.

Apa sajakah kecerdasan majemuk tersebut? Kecerdasan majemuk antara lain adalah: 1. Kecerdasan berbahasa, 2. Kecerdasan matematika, 3. Kecerdasan menggambar, 4. Kecerdasan musik, 5. Kecerdasan alam, 6. Kecerdasan bergaul, 7. Kecerdasan diri, 8. Kecerdasan gerak.

Nah sekarang marilah kita fokus membahas kecerdasan berbahasa sesuai dengan judul artikel ini. Apakah kecerdasan berbahasa itu? Kecerdasan berbahasa (linguistik) adalah kemampuan berbicara atau menulis dengan baik. Kecerdasan berbahasa ini pada umumnya dimiliki oleh para penulis artikel, penulis buku, penulis syair, penulis novel, penulis iklan, penulis pidato, editor, jurnalis, penerbit, orator dan pemimpin politik. Dan ternyata salah satu pemimpin politik tersebut adalah Winston Churchill. Seorang jurnalis Inggris yang juga penulis, dan orator.

Bagaimana cara menggali dan memberdayakannya? Ternyata ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menggali dan memberdayakan kecerdasan berbahasa ini. Misalnya dengan cara memperdengarkan cerita, membaca cerita, menulis cerita, melatih debat, melatih pidato, melatih wawancara, mengedit judul atau tulisan di koran, permainan huruf, permainan  kata, membuat dan mengisi kuis, melakukan diskusi, membuat artikel, membuat jurnal dan masih banyak lagi.

Bagaimana kiat ToC IGI bersama Samsung dalam menggali dan memberdayakan kecerdasan berbahasa ini? Terdapat berbagai materi yang telah dilakukan dalam ToC IGI bersama Samsung, misalnya sagusabu (satu guru satu buku). Dalam pelatihan ini semua peserta dilatih agar mampu menulis dan menghasilkan buku. Arah ke depannya cukup jelas yaitu agar para peserta mampu membuat buku, menghasilkan karya. Orang boleh pintar setinggi langit namun apabila kepintarannya tidak dituangkan dalam bentuk tulisan (buku) maka seiring perjalanan waktu kepintarannya itu kurang/tidak bermanfaat untuk orang lain. Ibarat pohon banyak daunnya tapi tidak ada buahnya. Sayang sekali bukan?

Kemudian dalam materi sagusakti (satu guru satu karya tulis ilmiah). Dalam pelatihan ini semua peserta dibimbing agar dapat membuat karya tulis ilmiah. Lebih jauh lagi karya tulis tersebut bisa dibuat dalam bentuk e-book sehingga dapat dibaca dan dipelajari orang lain dengan lebih mudah dan lebih luas jangkauannya. Bahkan bisa menjadi referensi dan memperbanyak khasanah ilmu pengetahuan dan mungkin juga teknologi.

Dalam materi menemubaling (menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga) para peserta pelatihan dibimbing dan dilatih agar dapat menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga, tentu saja dengan menggunakan Samsung Tab A 8 Sagusatab IGI.

Dalam materi sagusamik (satu guru satu komik) semua peserta pelatihan dibimbing agar dapat membuat komik, sehingga pembelajaran di kelas nantinya lebih bermakna. Hal ini sejalan dengan cara kerja otak manusia yang menyebar. Dengan komik pembelajaran akan lebih menarik, kreatif dan inovatif.

Dalam materi sagusablog (satu guru satu blog), semua peserta dilatih dan dibimbing agar dapat membuat blog, memposting tulisan dan bahkan video-video pembelajaran dan yang lainnya. Dan masih banyak lagi materi ToC yang mampu menggali dan memberdayaan kecerdasan berbahasa peserta pelatihan.

Nah sahabatku, semua itu upaya IGI bersama Samsung dalam menggali dan memberdayakan kecerdasan berbahasa. Apakah masih ada yang ragu?

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini