SERI MANFAAT SAGUSATAB: BEGINI CARANYA MEMBUAT BERITA IGI YANG MANTAB

(Sesi "menulis ceker ayam jadi beneran" dengan Styluspen Sagusatab IGI)

0
2213
Sagusatab IGI membuat guru IGI betbeda.

Akhir-akhir ini banyak sekali kegiatan IGI yang dihelat di daerah-daerah, baik kegiatan besar maupun kecil. Baik yang hingar-bingar dan spektakuler serta melibatkan ratusan orang maupun yang kecil mungil dan melibatkan hanya beberapa orang saja. Semuanya bukan tanpa arti. Semuanya bukan tanpa guna. Bahkan semuanya bisa lebih berarti dan lebih berguna ketika berita tentang kegiatan-kegiatan itu bisa tersebar lebih luas dan bisa lebih dinikmati oleh khalayak.

Sudah banyak pengurus IGI, baik mereka yang sudah menyandang predikat sebagai trainer dan coach maupun yang belum, yang sudah “dipersenjatai” dengan tablet Sagusatab IGI. “Senjata ajaib” itu bukan untuk sekedar ditenteng di tangan agar terlhat gagah dan ” lawan” yang mau menganggap enteng lari tunggang langgang. Bukan juga agar setiap orang yang kebetulan melihat mereka, baik sengaja maupun tidak akan memandang dengan penuh ketakjuban lalu berseru dalam hati, “Wow! Amazing! Betapa canggih dan tinggi kemampuan IT guru ini.” Bukan! sama sekali bukan seperti itu.

Stylus-pen dan Tablet Sagusatab IGI versi Tab Sasung A-8

Selain untuk membantu guru di dalam proses belajar mengajar tanpa kertas dan memudahkan urusan yang kaitanya dengan komunikasi lisan maupun tertulis, tablet Sagusatab IGI didesain multifungsi. Dengan berbagai pelatihan oleh IGI dalam memberdayakan penggunaan Sagusatab IGI diharapkan fungsi-fungsi tersebut dapat dioptimalkan oleh guru yang memegangnya. Terlebih lagi IGI memiliki sebuah gerakan yang bernama “Gerakan satu juta guru terlatih literasi produktif berbasis IT”, maka wajarlah jika tablet Sagusatap IGI didesain seistimewa itu. Bukankah smuanya dipersembahkan untuk kawan-kawan guru IGI dalam rangka membantu mereka dengan semangat “Sharing and Growing Together” meningkatkan kemampuan literasi produktif mereka? Jadi tidak perlu heran jika dengan memiliki dan memberdayakan tablet tersebut seorang guru akan mengalami lompatan dalam literasi produktif berbasis IT. Syaratnya, yang bersangkutan mahir dalam mengelola berbagai fitur dan aplikasi pendukung literasi tersebut di dalamnya.

Tidak hanya itu, IGI sebagai sebuah organisasi sudah menyediakan banyak sarana yang siap menampung apapun yang menjadi kreasi-kreasi literasi produktif berbasis IT anggotanya, baik yang masih berupa ide maupun berupa produk nyata. IGI memiliki portal berita utama di www.igi.or.id dan portal keanggotaan di www.anggota.igi.id. Selain itu IGI juga membuat berbagai group di media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Telegram, dan yang terakhir dan diperkirakan akan menjadi besar adalah Group Pen-IGI yang merupakan kerjasama IGI dengan Pen-Chat. Tidak kalah dengan yang bersifat tertulis IGI bekerja sama dengan SEAMOLEC juga terus-menerus menyelenggarakan Webinar atau seminar online yang dinamai Sadar atau Sarasehan dalam Jaringan. Semua anggota IGI dipersilakan untuk memanfaatkan semua fasilitas tersebut. Dan “senjata andalan” yang paling efektif tetaplah tablet Sagusatab IGI.

Berbicara tentang literasi produktif dalam hubungannya dengan tulis-menulis, lewat tablet Sagusatab IGI inilah guru bisa “menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga” dengan memanfaatkan “Metode Menemu Baling”. Metode yang ditemukan oleh Sekjen IGI, Mampuono tersebut disebarluaskan dengan aplikasi Android yang bisa diunduh di www.igi.or.id/download. Tujuannya dalam rangka membudayakan pembuatan karya-karya literasi produktif berbasis IT oleh para guru IGI. Tidak selesai sampai di situ saja. Jika suasana bising dan “Metode Menemu Baling” tidak efektif, pena khusus “Stylus-Pen” bawaan tablet Sagusatab IGI seri Samsung Tab. A-8 akan membantu pengunanya untuk menulis. Meski tak secepat ‘Metode Menemu Baling” setidaknya cara menulis ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan menulis dengan menggunakan jari-jemari diatas tuts pada keyboard tablet tersebut. Hebatnya, dengan “senjata rahasia” berupa pena istimewa yang tidak dimiliki oleh tablet-tablet yang lain itu, menulis sejelek “ceker ayam” pun akan menghasilkan tulisan hasil akhir yang rapi dan siap cetak.

Nah, bagaimana dengan “panggilan” untuk menuliskan setiap berita yang terjadi pada semua kegiatan IGI? Siapa yang bertanggung jawab? Semua tentu tidak ingin hal-hal yang seru dan memiliki arti serta kebergunaan bagi IGI lenyap begitu saja. Gambar mungkin menyimpan berjuta cerita, tetapi kalau tidak ada yang mengungkapkan cerita tersebut, mungkinkah cerita akan menjadi sempurna? Maka boleh jadi semua memajang gambar-gambar indah dan seru yang menunjukkan berlangsungnya even tersebut di media-media sosial terbesar semacam Facebook,Twitter, atau Instagram, tetapi sesaat kemudian cerita yang mengiringinya dari mulut kemulut akan lenyap ditelan waktu. Lain halnya jika semua berupaya merekam setiap kejadian dengan tulisan. Cerita menjadi lebih sempurna dan efek yang ditimbulkannya agar orang mengerti dan mengambil pelajaran dari kegiatan yng dilakukan IGI tersebut menjadi lebih efektif. Lalu jika dikembalikan lagi kepada pertanyaan, siapa yang bertanggung jawab menjawab “panggilan” untuk menulis, jawabnya adalah semua pengurus IGI. Bagaimana dengan semua IGI-ers yang berada di dalam kegiatan tersebut yang “katanya” akan ditingkatkan kemampuan literasi produktifnya? Jika mereka mau terlibat, tentu saja bekerja sama dan berbagi tugas antara pengurus dan anggota IGI dalam rangka menciptakan karya-kanya literasi produktif adalah sesuatu hal yang sangat bagus. Sebab dari kebiasaan itulah nantinya akan muncul budaya menciptakan karya literasi produktif yang akan menggiring bangsa ini kepada peradaban yang lebih tinggi kelak.

Bagaimana memulainya? Pertama kita harus memulai dengan memunculkan niat dan tekad yang kuat untuk berbagi. Ini sesuai ajaran IGI, ‘Sharing and GrowingTogether”. Penulis adalah seorang mungkin belum bisa disebut sebagai penulis yang bahkan sangat pemula. Karya-karya literasi produktifnya bisa dihitung dengan jari. Namun kuatnya tekad untuk menjadi bagian dari rahmatan lil ‘alamin dan besarnya antusiasme untuk berbagi kebermanfaatan bagi sesama membuat penulis terpaksa menulis. Terlebih lagi dengan setelah penulis menciptakan aplikasi berbasis Android “Metode Menemu Baling”, hanya dengan berbicara saja, lalu melakukan “proof reading” dengan telinga (melalui mesin pembaca pada “Metode Menemu Baling”), penulis dapat membuat satu, dua, sampai tiga artikel setiap hari. Tentu saja bukan artikel yang berat. Artikel dapat berupa catatan perjalanan, berita, deskripsi tempat, benda, atau situasi. Lima paragraf diikuti dengan foto-foto yang menggambarkan situasi sudah cukup.

Bagaimana cara implementasinya? Khusus untuk menulis artikel berita bisa digunakan rumus 5W + 1H. Rumus 5W + 1H adalah what, who, when, where, why plus how. What atau apa mewakili pertanyaan mengenai kejadian atau kegiatan IGI apa yang sedang berlangsung. Who atau siapa bertujuan menggali informasi tenang siapa saja yang terlibat di dalam kegiatan IGI tersebut. When atau kapan mewakili pertanyaan tentang kapan kegiatan IGI tersebut dilaksanakan. Where atau di mana dimaksudkan untuk menggali Informasi tentang tempat dimana kegiatan IGI tersebut berlangsung, Dan why atau mengapa mewakili pertanyaan untuk menggali alasan yang mendasari berlangsungnya kegiatan IGI tersebut. Sedangkan how atom bagaimana bertujuan untuk menggali informasi bagaimana kegiatan IGI itu berlangsung.

Saat ini penulis sedang berusaha membuat aplikasi Menemu Berigi atau “Menulis dengan mulut berita IGI”. Semoga setelah jadi kelak aplikasi itu akan mempermudah setiap IGI-ers dalam menulis berita tentang berbagai kegiatan IGI di seluruh tanah air. Diharapkan hal tersebut akan dapat menambah kebermaknaan dan kebermanfaatan kegiatan-kegiatan IGI  bagi siapa saja yang membacanya.

Salam Pergerakan Pendidikan!
Sekjen IGI

Mampuono
#menulislah_lima_menit#

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini