LOGO RAKSASA IGI DAN PESAN PERSATUAN DALAM KEBINEKAAN PADA PERINGATAN HGN TAHUN 2016 

Metode Menemu Baling, menulis dengan mulut membaca dengan telinga, perjalanan Bogor-Jakarta 27 November 2016

0
3107
Presiden Joko Widodo membukukkan badan sebagai penghormatan kepada para guru Iindonesia dalam puncak peringatan hari guru nasional di Sentul International convention center hari minggu tanggal 27 November 2016

Tema  peringatan hari guru nasional tahun 2016 adalah “Guru dan Tenaga Kependidikan Mulia Karena Karya”.  Tema ini sebenarnya merupakan sebuah idealisme atau cita-cita yang yang akan terus didengungkan untuk merubah mindset PTK atau pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mendorong segala aktivitas yang berbasis kinerja. Tentu harapannya tema ini tidak hanya berhenti hanya pada slogan  tetapi diwujudkan dalam tindakan-tindakan yang nyata.

Acara puncak hari guru nasional kali ini dipusatkan di Sentul International Convention Centre (SICC) di mana sekitar 10 ribu guru dari seluruh tanah air diundang untuk menghadiri perayaan terbesar guru tingkat nasional yang dengan anggaran pemerintah dibarengkan dengan peringatan ultah ormas guru tertentu. Mereka terdiri dari 4000 guru dari ormas tersebut dan sisanya 6000 guru dari IGI, FSGI, FGII, Pergunu, Himpaudni,  FGM, JSIT, dan lain-lain.

Semua kegiatan perayaan tersebut ditampilkan di atas panggung yang berukuran raksasa.  Kira-kira  ukuran panjang kali lebarnya  40 meter kali 10 meter. Panggung tampak dilatarbelakangi oleh sebuah backdrop besar yang berukuran panjang sekitar 20 meter kali  tinggi 10 meter. Di tengah-tengah backdrop tampak sebuah layar LCD berukuran jumbo dengan dimensi kira-kira panjang 10 meter dan tinggi 5 meter. Di tengah-tengahnya terdapat judul besar “Hari Guru Nasional Tahun 2016.” Tampak di samping kiri layar LCD jumbo tersebut terpampang  logo Kemendikbud dan dibawahnya ada logo Kemenag.  Sementara itu di sebelah kanannya terpampang  di posisi paling atas logo raksasa ormas  guru tertentu  disusul di bawahnya logo hari guru nasional yang lebih kecil. Selebihnya di sebelah bawah layar LCD  memanjang terdapat 8 logo organisasi  guru lain di luar ormas  guru tertentu yaitu mulai dari logo Pergunu,  FGII, FSGI, IGI, PGTI,  FGM, JSIT dan Himpaudni.  Di sisi kiri dan sisi kanan panggung terdapat  tribun untuk tempat paduan suara.

Acara sudah dimulai sejak jam sembilan pagi.  Tampilan-tampilan yang sangat menarik disuguhkan oleh berbagai kalangan dari berbagai daerah di tanah air. Nyanyian, tarian, dan parade puisi ditampilkan dengan sangat apik.Tim paduan suara yang personilnya berjumlah  300 orang siswa di sisi kiri dan   300 orang guru dari  ormas guru tertentu di sebelah kanan panggung berusaha menampilkan paduan suara paling merdu. Mereka mengumadangkan berbagai lagu nasional yang menggugah semangat secara bergantian, tidak pula  ketinggalan Hymne Guru turut dikumandangkan.

Di sela-sela koor yang atraktif tampilan-tampilan paling menawan terus disuguhkan. Rata-rata penampilnya adalah siswa, guru, atau perpaduan keduanya. Sayangnya ketika parade puisi yang ditampilkan oleh tim guru dari IGI yang di komandoi oleh Danang Cs, tiba-tiba terjadi insiden. Para pengikut ormas  guru tertentu menyoraki dan mengolok-olok parade puisi yang sedang tampil. Ini persis ketika Menko Puan Maharani tampil berpidato di depan mereka tahun lalu karena presiden tidak hadir di perayaan ultah mereka. Disaksikan oleh enam ribu pasang mata dari guru lain dan tokoh-tokoh nasional, tanpa sungkan-sungkan mereka melakukan lagi hal-hal yang kurang bisa dicontoh. Plt ketua umumnya bahkan sudah membujuk seperti menenangkan anak kecil tetapi insiden masih berlangsung beberapa kali.  Beruntung warga IGI yang anggotanya diolok tersebut sudah sepakat untuk solid dalam kondisi tenang dengan mengedepankan intelektualitas, semangat integritas,  dan sikap rendah hati sebagai guru yang bisa digugu dan ditiru sehingga   tidak mudah terprovokasi.

Ini adalah  insiden yang  memalukan sekaligus memilukan (meminjam istilah mereka) di kalangan pendidikan karena saat ini profesi guru sedang disorot. Sorotan terutama terkait dengan kondisi sudah sepuluh tahun tunjangan profesi guru dikucurkan tetapi kualitas guru tidak kunjung ada peningkatan. Sikap dan mindset guru dalam organisasi masa terbesarnya juga  cenderung semakin jauh dari sikap guru yang berkadar intelektualitas tinggi.  Karenanya guru oleh Wapres Jusuf Kala  dianggap lebih suka menuntut penghasilan daripada berpikir idealis tentang bagaimana menjaga marwahnya sebagai sosok panutan yang patut digugu dan ditiru,  yang terus belajar meningkatkan kualitas diri. Yang lebih menampar lagi, kejadian tersebut ditulis oleh media-media nasional online dengan judul kurang lebih “Di arena HGN para guru malah saling ejek.”

Situasi kembali mereda setelah parade puisi berakhir dan tampilan yang lain secara bergiliran menghiasi panggung HGN. Presiden dan ibu negara hadir pada jam 11.00 WIB. Kehadirannya ke tempat duduk VVIP diiringi oleh Mendikbud, Menag, Dirjen Dikdasmen,  Dirjen GTK, dan PLT ketua umum organisasi massa guru terbesar.   Namun  ada yang sedikit membuat kecewa para guru dari tampilan presiden Joko Widodo.  Dari rapat terakhir dengan Karungga istana sebetulnya ditetapkan  presiden bersikap adil dengan memakai pakaian netral, namun ternyata presiden dan ibu negara tampil dengan seragam organisasi massa guru terbesar. Ketidak puasan ini kemudian ditindak lanjuti dengan Press release bernada  protes dari FSGI, FGII, Pergunu, FGM, dan IGI yang meminta kepres tentang HGN yang dimanfaatkan pihak tertentu untuk kepentingan organisasi massanya segera dicabut karena tidak sesuai dengan peraturan  perundangan yang lebih tinggi yaitu UU Guru dan Dosen yang membolehkan guru untuk menentukan organisasi profesi yang sesuai dengan pilihannya.

Acara resmi segera dimulai. Pembicara pertama yang tampil adalah Plt Ketum ormas guru tertua. Dari pidatonya terlihat sekali dia membanggakan jumlah massanya yang ada di dalam maupun luar SICC. Plt curhat memuji-muji sedikit berlebih tentang kehadiran presiden dan bernostalgia tentang indahnya ketemu presiden di ultah. Yang bersangkutan   yang juga dosen di sebuah universitas negeri di Jakarta sama sekali belum menyinggung tentang pentingnya peningkatan kompetensi guru dan peran sentralnya dalam mempersiapkan generasi Indonesia menuju Indonesia emas.  Plt juga menjanjikan secara sloganistis untuk menghargai perbedaan dan menjunjung persatuan walaupun pada prakteknya   harus belajar banyak.

Pidato menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam HGN dengan latar belakang Logo IGI.
Pidato menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam HGN dengan latar belakang Logo IGI.

Selanjutnya tampil Mendikbud yang berpakaian netral atas putih bawah gelap. Sambutannya berisi tentang pentingnya peningkatan mutu guru dan saling sinerginya organisasi guru. Selanjutnya presiden yang kemudian tampil dan langsung menyapa semua organisasi guru yang hadir. IGI disapa pada urutan kedua baru kemudian yang lain-lainnya.  Presiden  dalam pidatonya  sama sekali tidak menanggapi apa yang sudah dipuji-pujikan oleh memimpin ormas guru tersebut. Presiden hanya berpesan agar sesama anak bangsa tidak saling mencemooh dan mengolok-olok satu dengan yang lain baik secara langsung maupun melalui media sosial.  Presiden  menyebut bahwa NKRI adalah sebuah negara yang istimewa karena hanya satu-satunya di dunia ini yang memiliki 17.000 pulau dan masing-masing daerah memiliki budaya yang sangat beragam. Perbedaan sebaiknya disyukuri sebagai nikmat,  bukan justru untuk saling menjatuhkan terpecah-belah dan akan mengundang intervensi asing ke dalam negeri ini. Presiden juga berpesan agar NKRI dijaga  keutuhannya dan guru lah yang memiliki peran penting untuk mengajarkan nilai-nilai kejujuran, penghormatan kepada hak orang lain, kedisiplinan kerja keras dan menjaga keutuhan NKRI.

Yang menarik, semua pembicara  yang tampil di panggung, baik pimpinan organisasi massa guru, pemimpin doa, menteri,  maupun presiden semuanya tanpa sengaja  berlatar belakang Logo Raksasa IGI. Barangkali inilah kehendak Tuhan bahwa setiap perbedaan adalah nikmat dan nikmat itu perlu disyukuri. Ini tentu sangat paralel dengan semangat persatuan dalam kebinekaan yang disinggung  oleh semua pembicara yang tampil. Boleh jadi presiden atau pembicara lainnya memakai seragam organisasi massa tertentu, namun tampilnya latar belakang  backdrop yang berbeda dengan organisasi yang diwakili para pembicara dengan  tanpa masalah, menunjukkan bahwa para guru dan pemimpin kita memang sedang benar-benar mempraktekkan bagaimana mensyukuri persatuan dalam kebinekaan. Atau ada yang tak menyadarinya? Wallahu alam.

Salam pergerakan pendidikan!

 

Sekjen IGI

Mampuono

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini