JANGAN MEMARAHI ANAK DAN PERBAIKILAH BAHASA IBUNYA

0
1005

Oleh: Mampuono
#menemubaling

“Jangan memarahi anak yang sedang belajar bahasa asing ketika mereka melakukan kesalahan,” kata Kirk R. Person, Ph. D yang merupakan direktur hubungan eksternal SIL Mindland Southeast Asia Grup. Mengapa demikian? Karena hal tersebut akan menggerus rasa percaya dirinya. Semakin dimarahi, semakin ia tidak percaya diri. Jika sudah demikian akan muncul penolakan dalam dirinya untuk menguasai bahasa asing tersebut.

Banyak guru yang cenderung melakukan pembetulan secara langsung terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para siswa ketika belajar bahasa. Guru kurang bisa menahan diri untuk menyalah-nyalahkan siswa yang sedang belajar. Akibatnya alam bawah sadar para siswa akan terpengaruh. Jika ia belajar bahasa asing maka ia akan selalu disalahkan karena bahasa asing memang susah dikuasainya. Daripada dimarahi terus-menerus lebih baik tidak usah belajar sekalian. Kira-kira begitu yang terjadi di dalam alam bawah sadar para siswa itu.

“If so, what should the teachers do to remind student that they’re making mistakes?” kata penulis mempertanyakan apa yang harus dilakukan untuk mengingatkan bahwa siswa sudah berbuat kesalahan.

“Just motivate the students by saying, for instance, you are doing good job, appreciating them with kind gestures, are other positive things to them if they makes mistakes.” Kirk meminta supaya para siswa dimotivasi Dengan mengatakan misalnya melakukan pekerjaan yang bagus memberikan respon bahasa tubuh baik atau hal-hal positif lain kepada para siswa ketika mereka melakukan kesalahan.

“Don’t give punishments do the children who make mistakes in learning languages because it will make trauma resulted in failures in learning foregn language,” Kirk kembali melanjutkan. Janganlah kita memberikan hukuman kepada para siswa yang membuat kesalahan dalam belajar bahasa asing karena hal itu akan membuat trauma yang pada akhirnya menghasilkan kegagalan dalam belajar bahasa asing.

Selain itu, masih menurut Kirk, penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa asing yang dimulai dari sejak usia dini tidak menghasilkan peningkatan penguasaan keterampilan berbahasa yang sangat signifikan. Belajar bahasa asing yang dimulai pada saat anak masih duduk di kelas 1 atau 2 SD dengan menghabiskan waktu sampai bertahun-tahun ternyata kalah efektif dengan belajar bahasa asing yang dimulai pada saat anak duduk di kelas 8/9.

Jadi negara-negara yang menerapkan pembelajaran bahasa asing sejak usia dini seharusnya meninjau ulang kebijakan tersebut. Justru sebaiknya sebelum belajar bahasa asing anak-anak harus menguasai bahasa ibu atau bahasa nasionalnya dengan sebaik-baiknya. Penguasaan bahasa nasional yang baik akan berpengaruh positif pada penguasaan bahasa asing yang lebih baik. Contohnya seseorang yang pandai berbicara dan menulis di dalam bahasa nasionalnya hal itu akan berpengaruh pada penguasaan bicara dan menulis pada bahasa asing yang baru dipelajarinya. demikian juga penguasaan pada keterampilan berbahasa yang lain yaitu menyimak dan membaca.

Demikian yang disampaikan oleh pembicara yang berasal dari Amerika Serikat itu. Ia sudah 30 tahun tinggal di Thailand sehingga banyak menguasai percakapan bahasa Thailand. Penulis yang masuk ke dalam kelasnya seringkali hanya ikut-ikutan tersenyum sambil berpikir keras ketika terlempar gurauan gurauan percakapan bahasa Thailand yang digunakan oleh Kirk kepada para peserta.

Laki-laki tinggi besar berkulit putih itu dengan sangat bersemangat mempresentasikan hasil hasil penelitiannya di hadapan para peserta konferensi internasional Thailand ke-39 di ruang Lavender I. Sesinya yang merupakan sesi terakhir pada konferensi hari pertama ini. Karena sesi ini sangat menarik dan berada pada sesi terakhir sehingga waktu untuk berdiskusi menjadi molor. Ada beberapa menit waktu yang digunakan untuk tanya jawab dan diakhiri dengan foto-foto Selfi dengan leluasa.

_______________________
Hotel ambassador Bangkok 21.30 waktu setempat

Comments

comments