KARTINI DALAM PERSPEKTIF WANITA MASA KINI

0
2148
Rusnanie Esra/Rose, Dewan Pakar IGI

GUNUNG MAS, IGI.OR.ID- Bicara Hari Kartini takkan ada habisnya. Hari kelahiran perempuan pejuang persamaan hak perempuan itu kerap dimanifestasikan lewat seremonial dan sekadar menggunakan kebaya saja. Ini tentu tak lepas dari latar belakang Kartini yang merupakan perempuan Jawa abad ke-19 yang pada masa itu identik dengan sanggul dan pakaian kebaya. Padahal ‘esensi’ perjuangan seorang Kartini-lah yang seharusnya diteladani dan menjadi spirit bagi wanita Indonesia dalam berjuang, khususnya dalam dunia pendidikan.

Seorang perempuan harus bisa mengambil perannya dalam berbagai sisi kehidupan dengan tidak meninggalkan kodratnya sebagai seorang wanita, baik ia sebagai seorang istri maupun seorang ibu. Kartini-kartini masa kini tentunya akan mengalami tantangan dan perjuangan yang berbeda dengan Kartini masa penjajahan.

Di masa penjajahan, Kartini memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, khususnya dalam mengenyam pendidikan. Namun untuk saat ini emansipasi wanita sudah sangat nyata dalam berbagai sisi kehidupan. Perempuan tidak lagi dibatasi haknya dalam menempuh pendidikan atau meniti karirnya. Perempuan di dalam masyarakat maupun dalam dunia kerja memiliki kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki.

Dalam era emansipasi wanita, setinggi apa pun pendidikan, sebagus apapun karir, sehebat apapun seorang wanita di luar sana, tetaplah kodratnya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Tantangan terberat saat ini justru seorang perempuan yang berperan sebagai istri dan sekaligus seorang ibu. Perempuan dituntut harus mampu menciptakan keseimbangan antara karir, kegiatan sosial, dan rumah tangga dengan baik dan seimbang agar tidak tercipta masalah atau kendala. Agar semuanya menjadi ‘balance’ dibutuhkan komitmen yang kuat dan usaha yang terus menerus. Yang pasti di sinilah ketulusan dari sosok seorang istri yang juga seorang ibu diuji, untuk layak disebut sebagai kartini masa kini.

Sebagai istri, sosoknya sangat menentukan dalam mencapai tujuan akan dibawa ke mana biduk rumah tangga yang dibangun. Peran istri sebagai sosok penopang perjuangan suami bukanlah hal yang mudah dilakukan jika memandangnya bukan dalam bingkai ketulusan. Karena itu sangatlah bijak kalimat yang mengatakan ‘di balik suami yang sukses ada istri yang bijak’ dan ‘di balik istri yang bijak, pasti ada suami sebagai imam yang senantiasa membimbingnya’.

Sosok perempuan sebagai seorang ibu sangat menentukan kesuksesan akan arah masa depan anaknya, karena seorang anak tumbuh dan berkembang lebih banyak dalam asuhan seorang ibu. Menjadi seorang ibu yang mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak, bukanlah pekerjaan yang mudah. Ibu adalah penentu dasar pembentukan karakter seorang anak yang akan melekat hingga masa dewasanya. Jika pembentukan karakter itu gagal, anak akan kehilangan teladan untuk menghadapi perkembangan dirinya.

Terlebih lagi di ‘zaman now’, zaman yang kata orang sangat canggih dan serba digital, di mana arus informasi berdatangan dari segala lini seperti air bah dan tak terbendung. Repotnya lagi, tidak semua informasi yang disajikan berbagai media itu baik untuk perkembangan karakter anak anak kita. Tak terhitung lagi berapa banyak informasi dan tayangan negatif yang berdampak buruk dan menyesatkan. Di sinilah tugas kita sebagai orang tua, sebagai seorang ibu untuk mendampingi anak anak dalam memfilter semua informasi yang datang.

Belum lagi ancaman narkoba dan pergaulan bebas yang kian masif dan sangat sulit terkontrol. Ini menjadi sebuah ancaman serius terhadap perkembangan anak-anak kita. Untuk itu sangat dibutuhkan pendampingan yang lebih bermakna dari seorang ibu untuk membentengi semua hal yang terkait dengan perkembangan anak.

Seorang anak yang diasuh dalam rumah tangga yang di dalamnya penuh dengan kasih sayang, akan menjadi pertolongan untuk masa depannya. Anak akan tumbuh dan memiliki karakter kuat, kepribadian teguh, dan mampu menghadapi kerasnya tantangan kehidupan. Pendidikan yang diterapkan di keluarga akan menjadi benteng baginya akan serangan godaan dari luar, sehingga pendidikan karakter sangat tertanam dengan baik.

Sebagai anak yang sudah dididik dan dibesarkan dengan kasih sayang dan pendidikan terbaik oleh orang tua, kita akan menjadi insan yang mandiri. Jadi sesibuk apa pun dengan keluarga kecil yang dibangun, serta serumit apapun dengan pekerjaan, bukan berarti kita tidak punya waktu memberikan perhatian dan kasih sayang untuk anak-anak dan orang tua kita yang sudah sepuh (bagi yang masih memiliki orang tua).

Selamat merayakan Hari Kartini. Jadikan momen Hari Kartini untuk kita terus berupaya menjadi perempuan yang tangguh, memiliki karakter yang kuat, sehingga mampu menjadi penolong dan penopang untuk suami, dan menjadi teladan bagi anak anak kita serta bisa menjadi pribadi yang membumi sehingga bisa menjadi sumber inspirasi dan dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Sebagai penutup, ada hal yang harus kita ingat, di tengah kondisi kita yang masih menghadapi pandemi Covid-19, hendaklah kita tetap hidup bijaksana dan mematuhi prokes kesehatan agar kita dan orang di sekitar kita tidak terpapar virus Covid-19.

Salam sehat
Tanpa obat.

Gunung Mas 16 April 2021
by: Rusnanie Esra/Rose.

Comments

comments