Dengan Tablet Samsung A8 Halim Kembangkan Potensi Anak Difabel, Raih Penghargaan AGI 2019

0
907

Abdul Halim, Guru SLB Negeri Pembina Provinsi Kalimantan Selatan terpilih untuk menjadi salah satu penerima Penghargaan Anugerah Guru Indonesia (AGI) 2019 yang diberikan oleh Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (PP. IGI), Jumat, 20 September 2019 di Jakarta Convention Centre, Jakarta.

AGI adalah penghargaan bagi guru yang baru pertama digelar oleh IGI. Penerima AGI tahun 2019 ini terbagi pada dua kategori, kategori inovasi dan peningkatan kompetensi guru. Kategori inovasi adalah untuk guru yang berinovasi dalam pembelajaran di kelas, sedangkan kategori peningkatan kompetensi guru adalah untuk pengurus IGI yang aktif dalam berkegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru di Indonesia.

Inovasi dimaksud lebih spesifik pada penggunaan android/tablet untuk berinovasi dalam pembelajaran. IGI disupport oleh PT. Samsung Elektronik Indonesia yang sudah lama bekerjasama dengan IGI dalam mengembangkan digitalisasi pendidikan.

Berawal dari flayer yang diumumkan oleh PP. IGI tentang penyelenggaraan AGI 2019, guru yang pernah menjadi finalis lomba kreativitas guru SMALB tingkat Nasional ini kemudian mengirimkan video pembelajaran yang dilakukannya di kelas anak-anak disabilitas. “Awalnya hanya iseng saja mengirim video itu. Karena memang saya sudah terbiasa menggunakan tablet android dengan tambahan pen stylus ini pada pembelajaran di kelas. Hingga akhirnya diundang ke Jakarta untuk menerima penghargaan ini”, ungkap Halim.

Di SLB Pembina, pak guru yang punya hobi melukis ini mengajar mapel PAI dan menggambar. Dia mengajar Anak-anak Berkebutuhan Khusus (ABK), baik tunagrahita, tunarungu, tunadaksa, autis, ADHD dan lainnya.

ABK memiliki berbagai hambatan dalam belajar, sesuai dengan ketunaannya. Karena itu diperlukan berbagai media untuk memudahkan anak-anak ini dalam menyerap pelajaran.

“Dengan tablet android memudahkan saya mengajar anak-anak ini satu per satu, karena pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran untuk ABK adalah pendekatan individual”, tutur Halim.

Halim mencontohkan ada siswa bernama Alung. Siswa kelas 3 SDLB, penyandang tunadaksa yang hanya punya satu tangan dan tak punya jari jemari. Dia pun hanya punya 1 kaki yang tak kuat pula. Ditengah keterbatasannya itu Alung adalah anak yang percaya diri dan ceria. Suka bicara dan bercerita. “Dengan menggunakan aplikasi “Speak to Teks” di google, saya cobakan dia untuk menulis dengan mulutnya. Kawan-kawan guru di IGI biasa memakai aplikasi “Menemu Baling” (menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga). Cukup dengan berbicara, tulisan pun muncul sendiri. Tentu akan memudahkan dia menulis tanpa tangan.” papar Halim.

“Untuk menggambar, tablet android punya perangkat pen stylus. Pen ini pun memudahkan Alung menggambar dan mewarna sesuka hati. Kemudahannya adalah cukup menyentuhkan mata pen ke layar, tanpa menekan, maka objek pun jadi. Pertama mencoba, ternyata dia cukup pintar dengan menyelipkan pen ini di lipatan lengan bajunya sehingga pen tidak jatuh ketika diangkat.”

“Contoh kedua, adalah Aulia. Siswa kelas 12 SMALB, penyandang autis dan low vision. Autis-nya menyebabkan dia sesekali akan tantrum, berteriak-teriak dan tak bisa diam. Satu matanya sudah tak bisa melihat dan satu matanya lagi hanya bisa melihat pada jarak dekat. Namun kelebihannya adalah ingatannya yang kuat, pintar mengaji dan bermain musik serta suka menyanyi.”

“Aulia punya daya serap yang tinggi pada pendengarannya. Cukup dengan memperdengarkan suara rekaman bacaan Al Quran, maka dia bisa mengingat dan menirukan dengan lagu dan tajwid yang benar. Aulia sudah hafiz beberapa surah pendek hingga hampir 1 juz. Saat ini dia lebih tertarik dengan arti/terjemahnya. Sehingga dengan menggunakan tablet android dia bisa mendekatkan matanya dan membaca terjemahan dari running teks video bacaan al Quran.”

“Ada lagi si Amin, siswa kelas 8 SMPLB, penyandang tunagrahita yang punya hambatan/kesulitan dalam mengingat dan menangkap pelajaran. Anak seperti ini dalam pembelajarannya mutlak harus menggunakan objek yang konkrit. Kita tidak bisa bercerita sesuatu yang abstrak, otaknya akan kesulitan membayangkannya. Disinilah perlunya media, gambar dan ilustrasi, sebagai pendukung. Tablet android yang saya pakai memudahkan saya untuk menampilkan illustrasi atau gambar yang diinginkan. Berbagai aplikasi media pembelajaran dan game edukasi juga sudah saya pasang didalamnya. Sehingga pembelajaran akan jadi lebih menyenangkan dan efektif.”

“Contoh terakhir, si Aldy, siswa kelas 5 SDLB. Penyandang Tunarungu yang tak bisa mendengar dan berbicara ini punya kelebihan dalam menggambar. Dengan menggunakan pen stylus di tablet android, memudahkan saya membuatkan contoh sket atau objek gambar, tanpa harus menggunakan kertas dan peralatan gambar lainnya”.

“Empat anak diatas hanyalah contoh, bahwa betapa uniknya anak-anak berkebutuhan khusus ini. Unik, karena ditengah keterbatasan mereka tersimpan potensi dan kelebihan yang bisa jadi tak dimiliki oleh anak-anak umumnya. Tugas guru adalah mengembangkan potensi mereka sehingga kelebihan dan keunikan mereka itu bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kehidupan mereka.”

“Alhamdulillah, tablet android dengan pen stylus-nya ini memudahkan saya mengajar anak-anak ABK. Juga untuk menyalurkan hobby melukis saya.” Pungkas Halim.

Comments

comments