BUPATI KARANGANYAR: TIDAK ADA MONOPOLI ORGANISASI PROFESI GURU

0
1856

Karanganyar, 27-3-20017. Dewasa ini teknologi informasi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terkecuali dengan kehidupan para guru dan dunia pendidikan. Untuk itulah Ikatan Guru Indonesia (IGI) kabupaten Karanganyar pada tanggal 27 dan 28 Maret 2017 ini mengadakan workshop Literasi produktif Berbasis IT. Workshop yang berlangsung 2 hari akan disambung dengan kegiatan online selama seminggu untuk pembimbingan dan pengumpulan tagihan dari peserta sehingga mereka bisa mendapatkan sertifikat pelatihan selama 32 jam.

Menurut ketua panitia, Hidayati, tujuan kegiatan tersebut adalah dalam rangka meningkatkan level literasi dan kompetensi para guru di Karanganyar. Sebagaimana diketahui bahwa tingkat literasi rata-rata anak Indonesia pada saat ini masih jauh di bawah rata-rata dunia. Bahkan laporan penelitian terakhir menyebutkan bahwa tingkat literasi anak-anak kita berada dibawah Ethiopia dan Filipina. Untuk itu apa yang di lakukan oleh IGI Karang Anyar diharapkan dapat turut membantu meningkatkan level literasi anak Indonesia khususnya yang ada di Karanganyar melalui peningkatan literasi dan kompetensi guru-gurunya.

Giyato, ketua IGI Karanganyar memberikan pesan-pesan yang terasa sangat menggelitik. Dia mengumpamakan kondisi guru dengan kompetemsinya seperti HP Nokia. HP Nokia pada jamannya begitu berjaya sehingga hampir setiap orang memiliki telepon seluler tersebut. Diapun mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan menunjukkan HP Nokia kebanggaannya yang ukurannya sangat kecil. Giyato lalu menanyakan kepada para peserta apakah ada di antara mereka yang memiliki HP Nokia Android. Semua peserta tertawa karena menganggap Itu adalah sebuah pertanyaan lucu. Ternyata tidak ada satupun HP Nokia yang menggunakan sistem operasi Android. Dan saat ini hampir semua guru sudah mengganti HP Nokia mereka dengan HP Android. Ini menunjukkan bahwa jika guru tidak mau berubah dan berbenah maka nasibnya akan seperti HP Nokia, yang dulunya disayang-sayang dan dicari akhirnya sekarang ditinggalkan bahkan dicampakkan begitu saja.

Bupati Karanganyar, Drs. H. Juliatmono, yang diundang untuk membuka kegiatan dalam sambutannya mengatakan bahwa sudah selayaknya guru terus-menerus belajar untuk meningkatkan kompetensi diri. Sementara itu pemerintah daerah kabupaten Karanganyar juga berusaha untuk memberikan fasilitas kepada para guru agar pendidikan bisa berjalan lebih baik. Salah satunya dengan cara mempermudah proses kenaikan pangkat melalui penggunaan sistem informasi. Semua dibuat paperless dan guru tidak perlu repot-repot mencetak berbagai macam portofolio dan bukti kegiatan yang ujung-ujungnya berpotensi untuk pemborosan.

Bupati juga menegaskan bahwa tidak ada monopoli dalam organisasi guru. Di dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, negara melindungi guru untuk bisa berserikat dan berkumpul untuk berorganisasi dan mengembangkan profesi. Semua organisasi guru di Karanganyar harus saling bersinengi untuk memajukan pendidikan. Karena Guru harus meningkat kompetensinya maka Siapa saja yang melakukan kegiatan peningkatan kompetensi mereka harus didukung. Semua harus mengedepankan kerjasama bukan persaingan yang tidak sehat.

Bupati menambahkan bahwa jumlah guru PNS di Karanganyar saat ini tidak mencukupi sehingga masih diperlukan lagi sebanyak 900 orang guru untuk menutup kekurangan tersebut. Maka keberadaan para guru tidak tetap di sekolah-sekolah negeri harus menjadi fokus perhatian pemerintah. Pemerintah harus memberdayakan mereka dan mengurus kompetensi dan kesejahteraannya. Jadi harus ada aturan dan mekanisme yang jelas dan transparan dalam mengelola keuangan daerah sehingga tidak ada guru atau masyarakat lain yang tidak terperhatikan dengan baik.

Workshop hari pertama diisi dengan pentingnya peningkatan literasi guru untuk meningkatkan literasi siswa dan tata cara untuk pengajuan Dupak dengan aturan yang baru. Narasumber yang tampil adalah Mampuono, sekretaris jenderal Ikatan Guru Indonesia, dan M. Rija, praktisi yang biasa menjadi pelatih dan trainer untuk pembuatan karya tulis ilmiah bagi para guru.

Pada hari kedua materi yang akan diberikan adalah Metode Menemu (menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga), penggunaan teknologi digital untuk pembelajaran, dan komik untuk pembelajaran. Narasumber pada hari kedua masih Mampuono sebagai founder Menemu Baling, Prof. Dr. Nunuk, kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepala sekolah, dan Abdul Karim, ketua bidang peningkatan profesi guru IGI.
Mampuono R. Tomoredjo
#menemubaling
27-3-20017

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini