ANTARA GURU, SISWA, DAN PONSEL, MANA YANG LEBIH PINTAR?

0
1986

Para siswa yang masih duduk di SMP dan SMA serta yang sederajat adalah generasi yang lahir pada era digital. Kita sering menyebut mereka sebagai the digital native. Artinya para siswa ini begitu lahir sudah berada di dunia yang sudah dipenuhi digital tools. Jadi sejak bayi mereka sudah berinteraksi dengan peralatan-peralatan yang serba digital. Boleh dikatakan tidak ada gap sama sekali yang dialami generasi ini dalam penggunaan piranti-piranti digital.

Sedangkan para guru, mereka sudah lahir sekian puluh tahun sebelumnya. Mereka adalah generasi yang disebut sebagai the digital urban. Artinya mereka sebagai pendatang ke dalam dunia digital. Ada gap tersendiri yang dialami generasi ini dalam mengimplementasikan digital tools.

Penulis melihat mencoloknya perbedaan kedua generasi ini dalam pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Ikatan Guru Indonesia dan kebetulan penulis adalah sebagai coach-nya. Dalam sisi tertentu, para guru memang memiliki kedewasaan berpikir dan skemata yang lebih besar daripada para siswa. Tetapi dalam sisi penggunaan teknologi informasi, justru kemampuan siswa dalam mempelajari hal-hal yang baru cenderung lebih baik daripada guru-gurunya.

Pelatihan Menemu Baling sudah penulis lakukan di Kota Surabaya, Semarang, Pekalongan, tegal, Batang, Banjarmasin, Banjarbaru, Amuntai, Barabai, Bontang, Mamasa, Kutai Kertanegara, Bogor, Ketapang, Solo, dan beberapa kota lain. Pesertanya adalah para guru dari semua jenjang, baik laki-laki maupun perempuan. Dari pengamatan penulis, waktu pelatihan biasanya banyak tersita untuk mendownlod dan menginstal aplikasi. Guru masih mengalami beberapa kesulitan, terutama dalam mengatur free space jika ruang penyimpanan penuh, melakukan setting jika file apk didownload bukan dari Google Playstore, atau menerima dan membagi file lewat aplikasi Share It. Mereka kebanyakan juga baru pertama kali melakukan instalasi sehingga ada kegagapan dan kekhawatiran jika langkah yang mereka lakukan keliru dan menyebabkan kerusakan pada ponsel mereka.

Lain halnya dengan pelatihan yang penulis lakukan pada hari Selasa, 21 Maret 2017 lalu . 100% pesertanya adalah para siswa. Artinya mereka adalah para digital native yang sudah sangat terbiasa mempergunakan fitur-fitur yang ada di dalam Ponsel pintar mereka. Tidak seperti guru yang cenderung masih gagap, para siswa ini tidak memiliki kesulitan sama sekali dalam melakukan download dan instalasi aplikasi Android.

Dari pengamatan penulis, waktu pelatihan yang biasanya banyak tersita untuk melakukan downlod dan instalasi aplikasi, tidak terjadi pada para siswa. Siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti, ketika mengatur free space jika ruang penyimpanan penuh, melakukan setting jika file apk didownload bukan dari Google Playstore, atau menerima dan membagi file lewat aplikasi Share It.

Pada saat persiapan pelatihan, penulis biasanya menanyakan kepada para guru yang menjadi peserta, apakah mereka sudah memiliki aplikasi Share It. Sekitar 90%-100% dari mereka biasanya menjawab belum. Sebaliknya ketika pertanyaan yang sama penulis tanyakan kepada para siswa, jawabannya 99,99% dari mereka sudah memiliki aplikasi tersebut.

Penulis sengaja mempergunakan aplikasi Shareit karena memang sangat efektif untuk berbagi file-file besar dalam waktu singkat. Jika penulis meminta peserta langsung melakukan download software-software yang terintegrasi di dalam aplikasi Menemu Baling secara langsung, diperkirakan waktu pelatihan tidak akan efisien. Lima file yang total ukurannya sekitar 80 MB tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk bisa didownload dari Google Play Store, dan di-install ke dalam Ponsel pintar.

Shareit ini memang aplikasi yang “ajaib” karena bisa mentransfer data dengan kecepatan sangat tinggi, bahkan hampir tidak ada bedanya dengan kecepatan transfer data dengan menggunakan koneksitas kabel. Dengan aplikasi tersebut para pengguna ponsel pintar bisa dengan cepat dan mudah saling bertukar segala macam file dalam jumlah besar. Ratusan MB file video, musik, foto, dokumen office, game, aplikasi, Zip file, dan lain-lain bisa berpindah antar ponsel dalam hitungan detik. Jadi tidak heran jika para siswa yang memang menganggap teknologi informasi ini sebagai kebutuhan memiliki aplikasi ini.

Siswa sudah biasa menggunakan aplikasi ini untuk saling transfer data. Mereka sudah terbiasa saling bertukar video, musik, foto, dokumen office, game, aplikasi, Zip file, dan sebagainya Jadi jika aplikasi itu sudah terinstal di dalam Ponsel pintar mereka, hal itu bukanlah sesuatu yang mengherankan. Mereka menginstalnya bukan untuk gagah-gagahan tetapi memang karena kebutuhan.

Lain halnya dengan para guru. Mereka kecenderungannya tidak terlalu memperdulikan aplikasi apa saja yang ada di dalam Ponsel pintar mereka. Mereka sebagian besar menggunakan Ponsel pintar hanya sebagai alat komunikasi saja, baik melalui penggunaan telepon dan SMS maupun menggunakan media sosial, seperti WhatsApp, Telegram, Line, Twitter, Instagram, dan Facebook. Para guru ini juga kecenderungannya membeli ponsel pintar yang terbilang canggih karena ada nilai prestis di sana. Namun mereka tidak begitu tahu bagaimana mempergunakan fitur-fitur yang begitu lengkap di dalam ponsel canggih mereka.

Ada saja guru-guru yang justru kebingungan dengan aplikasi-aplikasi yang ada di dalam ponsel mereka. Karena tidak tahu gunanya maka mereka membuang atau menguninstal aplikasi-aplikasi yang sebetulnya penting tersebut. Bahkan menerima, mengirim, dan menyimpan email di dalam ponsel pintar mereka, mereka bisa saja tidak tahu. Itulah mengapa di dalam pelatihan-pelatihan yang melibatkan penggunaan IT mobile learning mereka kecenderungannya mengalami beberapa hambatan. Saking tidak biasanya menggunakan Ponsel pintar yang mereka miliki secara optimal, g bahkan ada guru yang seumur hidup baru melakukan instalasi ketika mereka bergabung dengan pelatihan-pelatihan tersebut.

Ini berbanding terbalik dengan pelatihan yang diselenggarakan oleh IGI Bogor yang bekerjasama dengan SMP Kosgoro hari ini. Peserta pelatihan ini adalah para siswa yang berasal dari SMP, MTs, SMA, SMK, dan MA Kota Bogor. Semua peserta merupakan digital native yang sudah terbiasa dengan berbagai pernak-pernik penggunaan piranti digital. Sehingga begitu penulis meminta mereka untuk melakukan transfer file melalui aplikasi Shareit, lalu menginstalasi lima buah software yang harus terintegrasi dalam Aplikasi Menemu Baling, mereka melakukannya dengan sangat cepat dan mudah. Dan kedua proses yang biasanya dilakukan oleh para guru mencapai satu jam atau bahkan lebih, kali ini hanya dilakukan oleh para siswa ini dalam beberapa menit saja, tidak sampai 15 menit bahkan.

Rupanya literasi di dalam menggunakan IT memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja para peserta pelatihan dalam memenuhi tagihan-tagihan yang diberikan oleh trainer. Jika kita mau memberikan penilaian secara jujur, guru terlihat lumayan kedodoran penguasaan IT-nya dibandingkan dengan siswa. Rata-rata tingkat literasi yang dimiliki oleh para guru terlihat berada di bawah para siswa. Seberapa jauh jarak level tersebut mungkin perlu diteliti lebih mendalam.

Intinya, setelah melihat kenyataan tersebut mestinya timbul kesadaran di dalam diri kita, para guru, agar setidaknya memiliki tingkat literasi sejajar dengan para siswa. Jangan sampai guru kalah pintar oleh siswa atau bahkan oleh telepon pintar itu sendiri. Kita perlu menyediakan waktu untuk memberi perhatian lebih agar ponsel pintar kita benar-benar menjadi pelayan kita yang pintar. Caranya tentu saja dengan lebih rajin mempelajari fitur-fitur yang ada di dalamnya dan mempergunakan sebagaimana mestinya. Pada tingkat lebih lanjut , kita harus membiasakan diri membuat kreasi dengan ponsel pintar kita.

Ada pesan yang menarik dalam hal ini, yaitu jangan pernah menyebut ponsel Anda sebagai ponsel pintar jika tidak bisa membantu Anda secara pintar. Sepintar apa ponsel pintar Anda itulah Anda.
Sekjen IGI
Master Coach dan Founder Menemu Baling

Mampuono R. Tomoredjo

Bandara Soetta Cengkareng hari Selasa, 20 Maret 2017 jam 17.33. Menunggu flight ke Semarang.

Menulislah 5 menit dengan metode menemubaling.

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini