Tag Archives: Mampuono

SAGUSAKU DAN MENEMU BALING MEMICU GERAKAN LITERASI ACEH  MEMBARA

#menemubaling

Hari Sabtu dan Minggu, 21 dan 22 Oktober 2017, di Aula Dinas Pendidikan Aceh berlangsung pelatihan satu guru satu buku  (Sasusaku). Rupanya bersama IGI para guru Aceh telah bangkit semangatnya untuk lebih meramaikan gerakan literasi sekolah di tanah air dengan menciptakan buku sebagai karya monumental mereka.

Acara dibuka oleh kepala dinas Pendidikan Aceh. Dalam pidato sambutannya kepala dinas mengingatkan akan peran penting  guru sebagai  ujung tombak  bangsa di dalam menghasilkan generasi yang berkualitas  di masa datang. Oleh karenanya peningkatan literasi  para guru    diharapkan bisa memberikan pengaruh signifikan terhadap semakin tingginya tingkat literasi para siswa.

Selama dua  hari kegiatan tersebut dipimpin oleh Master Coach Nurbadriah dari Cilegon dan Nurul Aini dari Aceh. Materi pelatihan  meliputi Metode Menemu Baling , Praktek mengunggah tulisan  ke web,  Menulis itu mudah, Membangun ide, inspirasi, dan imajinasi, Membuat outline, Praktek mengembangkan outline, dan pembimbingan secara online selama dua  bulan hingga bukunya diterbitkan.

Setiap kegiatan IGI   peserta diminta untuk memakai baju putih celana gelap bagi para  guru laki-laki. Sedangkan untuk  para guru perempuan   mereka wajib memakai jilbab warna biru dan rok bebas  disesuaikan. Ini agar memberi semangat satu hati dan satu tujuan untuk menyelesaikan buku yang ditargetkan.

Peserta pelatihan adalah  Guru SMA, SMP, SD, dan para kepala sekolah. Mereka mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir dengan penuh semangat. Penggunaan metode menemu baling yang mempercepat dan memperingan tugas mereka dalam menulis dan membaca membuat mereka merasa tidak terlalu dibebani untuk menyelesaikan tugas-tugas penulisan yang sebelumnya sangat melelahkan jika dilakukan dengan cara konvensional.

Setelah workshop offline tersebut selesai, kegiatan dilanjutkan dengan pembimbingan secara online melalui grup jejaring sosial WhatsApp. Semua  permasalahan penulisan sampai penerbitan diselesaikan di grup tersebut. Program Sagusaku IGI akan membantu para penulis yang serius untuk menerbitkan buku-buku hasil pelatihan itu.

Sumber : Imran
Dikembangkan: Mampuono
Ditulis pengembangannya dengan metode menemu baling, menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga.

CULTURE SHOCK DALAM LITERASI, GERAKAN BAGUSAKU MENEMUBALING DAN LOGONYA

#menemubaling

Ikatan Guru Indonesia (IGI) memiliki banyak sekali gerakan untuk meningkatkan kompetensi para guru di Indonesia. Salah satunya adalah gerakan Menemu Baling atau menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga.  Catatan statistik di www.apgeyser.com di mana aplikasi Menemubaling dishare pertama kali menunjukkan ada sejumlah 18.000 lebih aktivitas download terhadap aplikai ini. Ini berarti antusiasme guru untuk bisa mengubah budaya tutur mereka menjadi budaya tulis sungguh luar biasa. Aplikasi ini dulu diciptakan oleh Mampuono dalam rangka mendukung Gerakan Literasi Produktif Berbasis IT dan Sagusatab (Satu GUru Satu Tablet) yang saat ini masih terus bergulir. Yang paling fenomenal adalah munculnya gerakan menulis buku besar-besaran dalam satu wadah gerakan Sagusaku (Satu Guru Satu Buku) pada TOC di Surabaya dengan master trainer Slamet Riyanto. Gerakan ini kemudian menjadi lebih masiv lagi   ketika  kemudian dihandling oleh IGMP (Ikatan GUru Mata Pelajaran) Bahasa Indonesia dalam komando  Nurbadriyah.

Dalam perjalanannya ternyata tidak semua peserta Sagusaku dapat menyelesaikan target penulisan buku yang sudah   ditetapkan sesuai dengan jangka waktunya.  Ada saja alasan yang menjadi biang keladi tidak selesainya tugas penulisan mereka. Dari  Kesibukan sebagai pendidik dengan tugas mengajar dan tugas administratif yang setumpuk, lalu tugas sebagai ibu rumah tangga,  sedang studi lanjut,  sampai tugas sebagai ketua RT, lain-lain bisa dijadikan alasan mengapa tulisan mereka tidak selesai dan akhirnya buku tidak terbit. Yang unik, tidak sedikit dari mereka  yang merasa kurang percaya diri karena tulisan yang mereka  tulis terlalu sedikit, kurang berbobot, kurang menarik, kurang berkualitas, dan lain-lain. Ada pula yang kehilangan ide ketika tulisan baru dihasilkan separuhnya padahal mereka dikejar deadline, dan sebagainya.

Baru-baru ini, tepatnya setelah seminar nasional bertajuk “Meningkatkan Ketrampilan Berpikir HOTS dengan Menemubaling” di ruang Merak I Jakarta Convention Center  dalam event pameran internasional GESS (Global Education Support and Supplies) pada tanggal 27-29 September 2017 muncul istilah Bagusaku. Pencetusnya adalah Abdul Karim, Ketua Bidang Peningkatan Kompetensi Guru IGI.  Gerakan BAGUSAKU (Banyak Guru Satu Buku) ini  muncul karena besarnya minat para guru untuk menemubaling. Kemudahan menulis dan membaca dengan metode menemubaling membuat para guru mengalami semacam culture shock dalam menulis dan membaca berbantuan Android sehingga  antusiasmenya sepertinya  begitu besar dan sulit dibendung. Guru yang dulunya harus berpikir sekian kali untuk menulis dan perlu berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk menulis, kini dalam hitungan menit sudah bisa menciptakan draf tulisannya dengan menemubaling.

Untuk memfasilitasi para guru yang akan menulis atau sudah terlanjur menulis dengan metode menemubaling tetapi jumlah karyanya terbatas guru-guru yang hobi menemubaling dipersilakan untuk bergabung dengan grup WhatsApp BAGUSAKU  Menemubaling (banyak guru satu buku, menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga) dan memulai aksi untuk menulis secara keroyokan. Buku-buku bunga rampai hasil keroyokan tersebut akan diterbitkan setiap tiga bulan sekali. Tema akan ditentukan oleh admin grup Bagusaku Menemubaling. Silakan bergabung di https://chat.whatsapp.com/IlSXkIcUi1XIY97Eadgo4w

Untuk memberi semangat kepada para guru yang ingin bergabung dan menulis buku-buku bunga rampai dalam grup BAGUSAKU Menemubaling berikut ini disajikan sebuah logo yang menandai diluncurkannya gerakan BAGUSAKU Menemubaling sebagaimana terpampang pada featured image di atas postingan ini.

Makna logo BAGUSAKU MENEMUBALING:

1.Semua Teks sudah jelas, Bagusaku Menemubaling. Banyak guru satu buku, menulis bunga rampai bersama-sama untuk secepatnya menyelesaikan sebuah buku dengan metode Menemubaling (Menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga).

2.Tubuh berbentuk ujung pena warna warni dengan gaya lincah seperti penari dan ahli bela diri  melambangkan kreativitas, ketangkasan, dan kepiawaian menulis dan membaca  para guru yang menggunakan metode Menemubaling untuk  menggabungkan tulisannya menjadi sebuah buku dalam jangka waktu tertentu.

3.Lingkaran yang merupakan kepala dari tubuh berbentuk pena dengan  logo IGI di tengahnya dan latar merah kuning hijau menyerupai warna Google melambangkan kombinasi ide para penulis IGI yang bervariasi dan disatukan untuk sharing and growing together.

4.Warna pelangi melambangkan unity in diversity, perbedaan dalam persatuan, kebhinnekatunggalikaan.

5.Speaker dan mic berwarna hitam melambangkan pekerjaan menulis dalam Bagusaku tidak pernah terlepas dari bayang kedua alat utama dalam implementasi metode Menemubaling itu.

6.Buku dengan sampul berwarna kuning dan halaman berwarna putih melambangkan hasil tulisan Bagusaku yang berisi kesucian hati untuk meningkatkan literasi bangsa ini sehingga tercapai Indonesia emas yang memposisikan generasi kita dengan bangsa lain bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi

Harapannya, ketika semakin banyak guru yang hobi  melakukan kegiatan Menemubaling dan ada wadah yang memfasilitasi mereka untuk menampung hasil Menemubaling mereka, pada akhirnya apa yang mereka hasilkan itu dapat memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan literasi di Indonesia. Jika sudah terbiasa menemubaling dan bukunya terbit, walaupun mula-mula buku tersebut adalah hasil keroyokan, lambat laun seiring dengan semakin meningkatnya kompetensi literasi yang dimiliki, mereka akan memiliki keberanian lebih untuk bisa menerbitkan bukunya sendiri. Dengan demikian Gerakan BAGUSAKU dapat berfungsi sebagai perantara atau batu loncatan untuk menuju gerakan Sagusaku atau satu guru satu buku  bahkan Sagubaku atau satu guru banyak buku.

 

Salam BAGUSAKU Menemubaling!

Mampuono

Sekjen IGI

BANJIR DOORPRIZE  MENEMUBALING

#menemubaling

Ada hal yang luar biasa dalam event seminar pada pameran  internasional  GESS (Global Education Supplies and Solution) tahun ini. Tidak seperti seminar tahun lalu yang kurang peminat, ruangan besar di Merak 1 Hall yang berlokasi di  ground floor Jakarta Convention Center kali ini penuh sesak.  Para guru, pemerhati pendidikan, dan khalayak umum para pengunjung pameran yang tertarik dengan tema seminar berbondong-bondong memadati ruangan. Dan yang istimewa, banjir dooprize melanda  seminar dari awal hingga akhir.

Ketua IGI Bogor, Wulan, yang juga menjadi ketua grup Menemu Baling, membawakan banyak sekali buku sebagai doorprize yang merupakan sumbangan dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Buku itu akan dibagikan  kepada siapa saja yang aktif di dalam kegiatan tersebut. Satu tas besar berisi penuh buku dari berbagai genre dibawa ke hadapan  peserta. Tak ayal lagi mata para IGI-ers yang  berseragam baju putih dan  bawahan biru gelap serta kebanyakan berkerudung itu menjadi berbinar-binar.

Salam menemubaling!

Seminar kerjasama IGI dengan GESS dalam kegiatan pameran internasional produk pendidikan itu bertajuk “Meningkatkan Keterampilan HOTS dengan Metode Menemu Baling”. Seminar yang dihadiri oleh tidak kurang  dari 300 peserta tersebut berlangsung  pada hari Jumat, 29 September 2017 dari pukul 10.00-12.00 WIB.  Para peserta  yang memadati ruangan berdatangan dari Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan berbagai wilayah lain di Indonesia.  Rombongan-rombongan mereka dipimpin ketua IGI daerah masing-masing.

Mampuono, founder Metode Menemu Baling,  memulai kegiatan dengan menyiapkan fisik dan mental peserta. Ia meminta peserta yang sebagian besar guru wanita tersebut untuk mengikuti gerakan-gerakan tertentu yang disesuaikan dengan instruksi  yang diberikannya.  Pembicara yang getol mengimplementasikan fun learning ini meyakini bahwa pembelajar yang berbahagia akan belajar lebih efektif daripada yang tidak berbahagia. Oleh karenanya peserta diminta mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu melambai-lambaikan telapak tangannya sambil tersenyum paling bahagia tanpa alasan. Sambil menengok ke kiri dan ke kanan para peserta harus tersenyum sebahagia mungkin kepada para peserta lain yang berada di sisi kiri dan kanan mereka. Tentu saja para peserta menjadi girang sekali dan betul saja mereka malah tertawa-tawa sendiri dengan bahagia.

Setelah instruksi dan gerakan berakhir Mampuono mengajukan sebuah pertanyaan yang tidak dinyana-nyana oleh peserta. Pertanyaannya adalah, mengapa mayoritas peserta memegang dahi padahal instruksi yang diberikan adalah agar mereka memegang dagu. Peserta tertawa-tawa sendiri menyadari kekeliruan mereka lalu berebut memberikan jawaban. Akhirnya tiga jawaban terbaik berhasil memenangkan doorprize  awal. Jawabannya adalah bahwa kemampuan visual seseorang cenderung lebih dominan daripada kemampuan auditorinya. Karena instruktur memberikan contoh memegang dahi padahal saat itu ia menginstruksikan supaya memegang dagu,  otomatis  sebagian besar beserta memegang dahi mereka masing-masing.

Dari awal sampai akhir kegiatan  peserta terlihat   sangat  antusias.  Mereka  memasang mata dan telinga lebar-lebar  karena  ingin tahu sendiri apa itu HOTS yang dipadukan dengan  metode Menemu Baling. Mereka ingin belajar  tentang   cara berpikir tingkat tinggi (HOTS) dan cara memanfaatkan aplikasi menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga  yang diperkenalkan sebagai Metode Menemubaling   oleh foundernya sendiri yang juga  Sekjen IGI.

Mereka baru menyadari bahwa ternyata saat ini orang sudah bisa menulis dan membaca yang tidak lagi dengan menggunakan tangan dan mata. Sebaliknya menulis bisa dilakukan dengan menggunakan mulut dan membaca dengan telinga. Teknologi ternyata sudah berkembang begitu pesat sehingga memungkinkan bagi kita untuk melakukannya. Tentu saja ini sangat cocok dengan budaya Indonesia yang lebih mengandalkan pada keahlian bertutur daripada menulis dan kegemaran untuk menyimak daripada membaca. Dengan berbagai fasilitas dan kesempatan yang disediakan oleh teknologi maka kegiatan literasi yang berupa membaca dan menulis bisa dilakukan dengan cara yang sangat menyenangkan tanpa harus melelahkan tangan dan mata. Bahkan kegiatan menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga selain bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, hasil yang diperoleh lebih efektif dan berlipat ganda. Para penulis buku pada program Sagusaku (Satu Guru Satu Buku) yang dipamerkan di stand milik IGI di even yang sama sudah membuktikan hasil karya mereka dengan dukungan Metode Menemu Baling.

Demikianlah, seminar berlangsung dengan sangat meriah dengan diseling jeda berkali-kali untuk pemberian hadiah.

Kegiatan berakhir  setelah beberapa peserta diberi kesempatan untuk mempertanyakan apa yang mereka kurang pahami dalam seminar tersebut. Mampuono menjawab semua pertanyaan dan mendemokan hal-hal yang perlu sehingga diharapkan ketika pulang peserta sudah memiliki cukup pemahaman tentang HOTS dan Metode Menemu Baling.

Mampuono pada kesempatan  itu juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu terlaksananya seminar terutama sekali kepada GESS dan juga Universitas Ibnu Khaldun Bogor yang sudah menyediakan banyak sekali buku untuk doorprize  serta seluruh panitia yang sudah bekerja keras agar seminar tersebut terselenggara dengan lancar.

30092017-Ditulis di Pesawat Sejuta Umat, Jakarta Semarang, di edit di pasar Bulu Semarang sambil nungguin belanjaan dengan metode #menemubaling.

DO DAN DON’T DALAM BERORGANISASI, DIMANA POSISI KITA?

#menemubaling

Saya berterima kasih kepada mas Tikno yang telah membagikan video yang sangat inspiratif ini ke grup Telegram kita (PP-KSB se-Indonesia). Video tersebut beralamat di https://youtu.be/XHFYyDP-iic. Agar kebermanfaatannya lebih banya, saya mencoba untuk menguraikan isi video yang bagi saya, dan saya yakin bagi teman-teman organisatoris  yang lain, penuh dengan pembelajaran ini.

Video tersebut menerangkan tentang tipe-tipe bekerja di dalam sebuah perusahaan Tetapi saya lebih suka memotretnya dari sisi organisasi. Ada dua hal yang dipaparkan di dalam tayangan video animasi tersebut. Yang pertama adalah hal yang sebaiknya dilakukan (Do) dan yang kedua adalah hal yang sebaiknya dihindari (Don’t) sebagai organisatoris.

Berikut ini adalah hal-hal yang sebaiknya dilakukan (Do). Jika ingin organisasi yang kita ikuti maju dan menjadi semakin besar maka berusahalah untuk menjadi organisatoris yang tipenya tercantum di bawah ini:

1. Organisatoris pekerja. Ciri khasnya adalah dia mengerti kemana untuk pergi dan tujuannya apa. Dia mengambil tanggung jawab penuh atas bagian pekerjaan yang diperolehnya dan berusaha menyelesaikan dengan sebaik-baiknya. Jika minimal sebuah organisasi memiliki mayoritas organisatoris tipe ini maka program-program yang sudah direncanakan akan berjalan dengan efektif dan target-target yang sudah disusun di masa depan akan tercapai dengan lebih efisien.

2. Organisatoris ekerja sangat efektif (PSE). Ciri khasnya, dia memiliki kemauan besar untuk bekerja, belajar, dan meningkatkan kompetensi. Dengan bimbingan dan pelatihan yang benar dia akan menjadi performer hebat di masa depan bagi organisasinya. Semakin banyak sebuah organisasi memiliki tipe organisatoris pekerja sangat efektif ini maka akan semakin powerful  dalam menjalankan program-programnya dan mencapai target-target besar yang sudah ditetapkannya sebelumnya.

Sedangkan berikut ini adalah hal-hal yang sebaiknya dihindari (Don’t). Jika ingin organisasi yang kita ikuti maju dan menjadi semakin besar maka hindarilah menjadi organisatoris yang tipenya tercantum di bawah ini:

1. Organisatoris KE (kurang efektif). Tipe organisatoris ini ciri khasnya adalah pada saat yang sama dia mendukung jalannya organisasi, tetapi pada saat itu pula dia juga membebaninya dengan berbagai kepentingan untuk dirinya sendiri. Seolah-olah dia membuat organisasi menjadi besar, tetapi sebenarnya lebih karena dia ingin membesarkan dirinya sendiri.

2. Organisatoris PTS (potensi sumber masalah). Dia naik turun dan bergantian antara mendukung dan menghancurkan organisasi. Pengaruhnya menjadikan pekerjaan menjadi lebih sulit dan unpredictable bagi orang-orang lain yang bekerja di dalam memajukan organisasi tersebut.

3. Organisatoris PS (pribadi supresif). Tipe seperti ini cenderung menghalangi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi dengan cara sembunyi-sembunyi. Dia secara aktif berusaha menggagalkan seluruh pekerjaan yang sudah direncanakan masak-masak agar urung diimplementasikan. Untuk membuat kamuflase terhadap operasi yang dijalankan, dia sering menggunakan kedok topeng sosial untuk menyembunyikan sabotase-sabotase tidak terpujinya tersebut. Maka jika tipe ini tidak terdeteksi sejak dini akan sangat membahayakan bagi jalannya organisasi.

Sebagai para organisatoris IGI, maka dari lima tipe di atas, kita bisa mencoba untuk merefleksi diri, sesungguhnya kita berada di tipe yang mana. Setelah itu marilah kita bersama-sama berusaha menempatkan posisi dalam tipe Do nomor dua, yaitu sebagai organisatoris pekerja sangat efektif (PSE). Dan semua itu  dilakukan dengan sedapat mungkin menghindari pertengkaran, apalagi perkelahian yan g tidak perlu. Dengan begitu kita akan bisa bekerja keras, belajar, dan terus meningkatkan kompetensi dalam rangka memajukan dan membesarkan organisasi. Dengan semangat Sharing and Growing Together kita harus terus saling berbagi dan tumbuh bersama-sama, menjadikan guru-guru IGI sebagai guru-guru hebat untuk menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang hebat.

Jika sudah sepakat bekerja di dalam IGI, tentu kita harus menjadikan kepentingan tertinggi adalah kepentingan organisasi, tentu setelah kepentingan bangsa dan negara. Bukan justeru kita mengedepankan kepentingan- kepentingan di luar IGI, mengalahkan kepentingan untuk memajukan dan membesarkan IGI.

 

Salam pergerakan pendidikan!

Mampuono

Sekjen IGI