Pengalaman Diklat Luar Negeri Yang Tidak Bisa Diganti Dengan “Googling”

0
1217

Pemerintah telah mengawali terobosan baru dengan memberangkatkan 1.200 guru dan tenaga kependidikan untuk mengikuti program diklat ke luar negeri di tahun 2019 ini. Ditargetkan nantinya akan ada 7.000 guru yang akan diberangkatkan ke luar negeri. Sebagai bagian dari 1.200 guru, saya mengikuti program pendalaman Pembelajaraan HOTS di Monash University Melbourne Australia. Untuk program di Monash, secara penyelenggaraan, tempat dan akomodasi yang kami terima saya nilai sangat baik bahkan sempurna, kecuali dari segi makanan karena memang kami terbiasa dengan nasi.

Di Monash University kami belajar tentang pembelajaran HOTS dari para Profesor dan Doktor. Mereka telah menyiapkan materi “HOTS Program for social science teacherss from ministry of education and culture Indonesia” secara khusus dan profesional.

Secara pribadi saya menilai program ini sangat bermanfaat untuk merubah mindset guru-guru tentang pembelajaran HOTS yang selama ini diterima. Mengapa? sebab guru-guru selama ini memahami cara berpikir Bloom juga Kratwool dan Anderson bahwa berpikir tingkat tinggi itu harus dimulai dari analisis lanjut evaluasi dan membuat, serta cara berpikirnya harus urut. Ternyata yang saya pelajari di Australia tidaklah kaku, harus sesuai hirarkhi. Sebab jika dipaksakan harus urut, maka pembelajaran pun akan menjadi kaku pula. Akibatnya siswa belajar tidak menjadi alami dan membosankan. Karena berpikir HOTS adalah tentang thinking about thinking yang bisa dimulai dari mana saja, bisa juga dari Create lalu aplying, evaluasi dan seterusnya.

Jelas sekali bahwa program yang digagas kemdikbud ini sangat bermanfaat, karena kita dapat mengalami sendiri apa yang kita pelajari dan ini menjadi pengalaman yang luar biasa. Ketika saya mengalami langsung maka saya akan melihat sendiri, mendengar sendiri, merasakan sendiri, dan keingintahuan kita pun akan lebih besar. Selanjutnya saya bisa merefleksi dan berencana dengan apa bisa saya lakukan dengan semua yang saya telah alami tadi. Tentu ini “sangat tidak sama” kalau hanya dengan googling di dunia maya (internet). Apa yang dilihat, didengar dan dirasakan tentunya juga akan berbeda.

Budaya yang patut dicontoh di negara ini adalah budaya disiplin, tertib, humanity yang sangat tinggi, budaya literasi yang sudah tertanam sejak dini serta responsibilty luar biasa.

Saat monitoring dari sekretaris dirjend GTK, bapak Dr. M.Q. Wisnu Aji, M.Ed. Beliau memberikan pencerahan dan semangat kepada kami. Menurutnya program pengiriman guru untuk diklat ke luar negeri ini sebenarnya terlambat, karena negara-negara lain juga melakukan hal yang sama. Program ini dimkasudkan agar guru mempunyai perbandingan dan tidak hanya menjadi jago kandang.

Setelah tahap ini saya mempunyai kewajiban untuk mengimbaskan, mengembangkan dan berinovasi. Insya Allah dalam waktu dekat secara bersama-sama akan membuat buku Berburu HOTS di Negeri Kangguru (memoar guru agen perubahan) dan 12 Strategi pembelajaran HOTS pada mata pelajaran PPKn (inspired from the little booklet of strategies, Monash University)

Semoga ke depan lebih banyak lagi guru yang mempunyai kesempatan untuk diklat di luar negeri untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Ahmad Hanif Hasan (Guru SMPN 1 Gresik, Wakil ketua IGI Daerah Gresik)
Jalur yang memberangkatkan P4TK PKN IPS; Nara Sumber Nasional PPKn

Comments

comments