IGI MENGHANTARKANKU MENUJU NEGERI TIRAI BAMBU

0
1833

“Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri China” itu adalah sekelumit kalimat yang sering saya dengar sejak kecil, kalimat itu menjadi inspirasi dan motivasi tersendiri bagi saya untuk terus belajar tanpa henti. Kalimat itu menjadi impian untuk belajar di negeri yang terkenal dengan peradabannya yang tinggi. Akhirnya impian itu sekarang terwujud dan menjadi suatu pengalaman yang sangat berharga bagi kehidupan saya.

Perjalanan ini dimulai dari tahun 2016, ketika pertama kali saya bergabung dengan IGI (Ikatan Guru Indonesia), dan menjadi orang pertama di Kota Singkawang yang terdaftar menjadi anggota IGI. Saya mengenal IGI dari media sosial, berbagai informasi tentang pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh IGI terus saya ikuti. Dengan motto “Sharing and Growing Together”, IGI telah memikat hati saya. Semangat perubahan untuk menjadikan pendidikan yang lebih baik lagi dengan cara meningkatkan kompetensi guru, membuat saya memutuskan untuk bergabung dengan IGI. Saya menyadari bahwa salah satu penyebab permasalahan pendidikan yang sedang dialami bangsa Indonesia adalah rendahnya kompetensi yang dimiliki oleh para agen of change (guru). Padahal Guru adalah ujung tombak dari sistem pendidikan kita. Guru adalah masinis dari lokomotif pendidikan. Ditangan guru yang profesional, kualitas pendidikan akan terus melaju dengan pesat.

Semenjak bergabung secara resmi dengan IGI pada tahun 2016, saya selalu aktif mengikuti pelatihan dan kegiatan yang dilakukan IGI. Melalui pelatihan-pelatihan IGI, saya terus mengembangkan kompetensi diri menuju guru profesional, seperti yang diamanahkan oleh Undang-Undang. Bergabung dengan IGI menjadi motivasi tersendiri bagi saya, karena tanpa menunggu perintah dari pemerintah, teman-teman IGI mau berusaha meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara saling berbagi ilmu antar sesama guru. Tidak ada istilah bahwa harus banyak ilmu terlebih dahulu, baru boleh menjadi narasumber untuk berbagi ilmu. Di dalam IGI, ketika kita habis mengikuti satu pelatihan, maka kita bisa langsung membagikan ilmu itu kepada guru yang lain. Hal itu yang bisa menciptakan semangat tanggung jawab bersama dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Banyak ilmu dan pengalaman dalam bidang pendidikan yang saya peroleh semenjak menjadi anggota IGI. Ilmu dan pengalaman dari IGI itulah yang menjadi bahan bakar saya untuk mengikuti berbagai ajang kompetisi tingkat nasional. Pada tahun 2017, saya akhirnya bisa menjadi finalis OGN jenjang SD tingkat Nasional di Jakarta. Setahun kemudian, pada tahun 2018 saya akhirnya bisa mengikuti ajang pemilihan guru berprestasi tingkat nasional perwakilan Provinsi Kalimantan Barat. Pengalaman menjadi finalis guru berprestasi tingkat nasional inilah yang menjadi jalur khusus bagi saya menuju “Negeri Tirai Bambu”.
Pada hari Jum’at di bulan Januari 2019, ketika saya berada di halaman masjid untuk persiapan mengerjakan shalat Jum’at, saya menerima telepon dari salah satu staf Direktorat Pembinaan Guru Dikdas. Saya diinfokan bahwa ada validasi data para guru berprestasi yang akan mengikuti program “1000 Guru Pelatihan ke Luar Negeri”, dan saya adalah salah satu guru berprestasi yang akan mengikuti seleksi tersebut. Seminggu kemudian saya mendapatkan informasi bahwa terpilih menjadi peserta pelatihan guru keluar negeri yaitu ke Negara China. Ucapan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas nikmat yang tidak ternilai ini. Akhirnya impian semenjak kecil bisa terwujud, yaitu “ Tuntutlah Ilmu Sampai Ke Negeri China”.

Kegiatan pelatihan ke luar negeri dilaksanakan dari tanggal 26 Februari sampai 27 Maret 2019. Kegiatan dimulai dengan pelepasan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, dan pembekalan materi selama 3 hari di Jakarta. Tanggal 3 Maret 2019 kami dari utusan Direktorat Pembinaan Guru Dikdas sebanyak 50 orang guru SD dan SMP, serta 2 orang dari staf Kemdikbud dan Direktur Pembinaan Guru Dikdas Bapak Praptono berangkat menuju negara China.

Di Negara China, kami diberi kesempatan untuk menimba ilmu di sebuah Universitas yaitu China University of Mining and Technology (CUMT), yang merupakan salah satu Universitas terkenal di Provinsi Jiangsu, Kota Xuzhou. Kalau di Indonesia, Universitas ini semacam dengan Institut Tekhnolgi Bandung (ITB). Secara umum, kegiatan pelatihan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: Pelatihan di Kampus, Kunjungan ke Lembaga Sekolah serta perusahaan robot, dan Kunjungan Kebudayaan ke situs-situs bersejarah.

Bagian pertama, pada saat pelatihan di kampus, kami menerima ilmu yang berkaitan dengan pendidikan. Berbagai narasumber yang dihadirkan untuk dibagikan kepada kami. Ilmu tentang STEM dan HOTS banyak kami dapatkan dari kuliah umum maupun pengamatan langsung di kampus. Konsep STEM & HOTS merupakan hal yang wajib dilaksanakan di dunia pendidikan untuk menghadapi abad 21 era Revolusi 4.0. Kesadaran akan tuntutan zaman, membuat Negara China harus bisa menyesuaikan sistem pendidikannya agar bisa menjadi sebuah negara yang maju. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterapkan di China dengan berbasis kemajuan ICT. ICT dimanfaatkan untuk mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi. Selain di CUMT, kami juga diberi kesempatan untuk menimba ilmu di Jiangsu Vocational Institute of Architectural Technology, salah satu kampus yang berbasis kejuruan. Pendidikan vokasi di China menganut prinsip student-centered, diversity (keanekaragaman) dan hak yang sama untuk penyandang disabilitas. Pada tingkat secondary (sekolah menengah) pendidikan difokuskan pada menumbuhkan kebiasaan positif, dan menanamkan pengetahuan yang luas. Sedangkan pada tingkat pendidikan tinggi berfokus pada pengembangan dan inovasi. Salah satu narasumber yang bernama Yuan Jingyu, Ph.D menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan di China sudah dimulai dari ratusan tahun yang lalu, tepatnya sejak masa Dinasti Ching. Pendidikan kejuruan di China pada awalnya mengadopsi pendidikan dari bangsa-bangsa Eropa seperti Prancis. Pendidikan kejuruan pada mulanya baru dapat menghasilkan produk-produk sederhana seperti kancing dan paku. Pendidikan kejuruan di China mulanya mengadopsi dari Negara Perancis, Jerman, dan Rusia (Uni Sovyet). Baru di tahun 1978 China mulai memulai dengan konsep dan ciri khas sendiri. Bahkan saat ini pendidikan kejuruan di China diadopsi oleh banyak negara, salah satunya adalah Inggris. Kunci utama pendidikan di Jiangsu adalah memperhatikan perkembangan dunia industri. Apa yang dibutuhkan oleh dunia industri, maka universitas akan mempersiapkan kompetensi mahasiswa kearah tersebut dengan mengikuti standar minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Perguruan tinggi akan menetapkan standar tinggi untuk pelaksanaan pendidikan untuk memastikan kualitas pada setiap lulusan. Pendidikan kejuruan di China pada mulanya meniru kemajuan teknologi dari negara-negara barat, mengambilnya dan kemudian dikembangkan menjadi lebih baik. Produk-produk terbaru yang diproduksi di negara-negara eropa dan belum ada dipasaran akan segera dapat diproduksi (“ditiru”) oleh China. Imitasi adalah sebuah keharusan bagi negara China agar selalu tercipta inovasi terbaru.

  • Bagian kedua, kegiatan dilakukan dengan cara kunjungan ke sekolah-sekolah, ada 3 sekolah yang kami kunjungi yaitu jenjang SD, SMP, dan SMA. Wang Jie Xiao Xue Shao Nian Xue (Primary School) adalah sekolah dasar yang kami knjungi. Di sekolah ini kami belajar bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa, bagaimana kita mampu menghasilkan pembelajaran yang HOTS yang mampu membangkitkan gairah belajar siswa, misalnya dari sebuah puisi dalam pembelajaran bahasa, akan tercipta pembelajaran yang menuntut siswa berfikir HOTS, dengan membuat pertanyaan, membuat kalimat penjelasan makna dari sebuah puisi tersebut, mempraktikkan membaca puisi tersebut dan mengeksplor diri siswa. Di setiap ruang kelas, telah menggunakan papan layar sentuh (Touchscreen), guru merancang pembelajaran dengan memanfaatkan permainan digital yang berisi konsep pelajaran. Dalam kunjungan ke sekolah-sekolah, saya jadi teringat dengan apa yang telah dilakukan IGI selama ini, IGI berusaha menciptakan pembelajaran berbasis ICT. Papan layar sentuh juga pertama kali saya jumpai pada saat Rakornas IGI yang diadakan pada pameran GESS 2018 di JCC Jakarta. Di lain kesempatan, kami juga diajak untuk mengunjungi Xuzhou Technological Innovation Center. Di tempat ini kami mempelajari tentang aplikasi pemrograman dasar dan mengkonstruksi robot di sekolah-sekolah kota Xuzhou. Edukasi yang diberikan oleh perusahaan ini berlatar belakang STEM (Science Technology Engineering Math) yang didasari oleh inovasi teknologi.

Bagian Ketiga, kegiatan visitasi kebudayaan. Ada beberapa tempat budaya yang kami kunjungi selama di Negara China. Salah satu tempat yang menarik bagi saya adalah mengunjungi situs Confusius, yaitu salah satu filsuf dari Negera China. Kuil Confucius di Kota Qufu ini merupakan kuil Confucius yang terbesar dan paling terkenal di daerah Asia Timur. Sejak tahun 1994, Kuil Confucius ini telah menjadi bagian dari Tempat Bersejarah Dunia UNESCO. Pernyataan dari sang Filsuf, saya kutip dan ditulis dalam buku saya yang berjudul Pendidikan BBM (Berkarakter, Bermakna, Menyenangkan).

Pernyataan Confusius:
“Yang saya DENGAR, saya LUPA.
Yang saya LIHAT, saya INGAT.
Yang saya KERJAKAN, saya PAHAMI”

Kalimat di atas, diaplikasikan oleh Melvin L. Silberman dalam dunia pendidikan menjadi PEMBELAJARAN AKTIF (Active Learning), yaitu anak harus terlibat aktif dalam pembelajaran, tidak hanya sekedar mendengar atau melihat saja. Dengan terlibat aktif, berpikir kritis, dan kreatif, maka pembelajaran BERMAKNA dan HOTS akan terwujud.

Bonus dari pelatihan ke Negara China ini adalah kami bisa mengunjungi salah satu dari 7 Keajaiban Dunia yaitu Great Wall China (Tembok Besar China). Tembok pertahanan dari Bangsa Mongol ini sepanjang 8.850 km yang dibangun di atas bukit-bukit. Selain itu, kami juga diberi kesempatan mengunjungi situs Forbidden City, salah satu kerajaan yang terkenal dan terluas pada masa lalu.
Demikianlah kisah perjalanan saya menimba ilmu di Negeri Tirai Bambu, semoga para pembaca mendapatkan kesempatan yang sama. Satu keyakinan yang selalu saya terapkan selama menjadi bagian dari IGI dan alhamdulillah saya telah menerima balasannya dari Allah adalah “Jika kita ikhlas berbagi ilmu kepada orang lain, maka Allah akan membalas ilmu kita lebih banyak lagi”.

Arnold Jacobus, M.Pd.
Ketua IGI Daerah Kota Singkawang,
Wakil Ketua IGI Wilayah Kalimantan Barat
Pelatih Nasional IGI.
Founder Kanal Sagusarif.

Comments

comments