Tag Archives: Literasi Produktif

TOT SEGUPEGTAS IGI DAN KPK

Ikatan Guru Indonesia bukan hanya melatih skill padegogik guru agar mampu menghadirkan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan tetapi juga melatih guru untuk menghadirkan integritas dalam dunia pendidikan.

Tanggal 9-11 Maret 2018, Puluhan Calon Pelatih Segupegtas, yaitu Guru PAUD/RA/TK, SD, SMP, SMA, MA, SMK bahkan ada Pengawas serta Guru yang juga Dosen, berkumpul di gedung KPK, tentu saja bukan untuk diinterogasi atau diadili seperti para koruptor tetapi dilatih bagaimana melatih guru lainnya agar menghadirkan kejujuran dan nilai-nilai Integritas dalam pembelajaran di sekolah-sekolah.

Berbagai penangkapan terhadap pejabat ataupun swasta yang bermain-main dengan pejabat adalah bentuk penindakan sebagai upaya melahirkan efek jera bagi pejabat lainnya. Apa yang dilakukan IGI dan KPK adalah upaya pencegahan sejak dini, harapannya generasi kini yang akan menjadi penentu kebijakan Indonesia 20 atau 30 tahun yang akan datang menjadi orang-orang yang bukan saja tidak korup tetapi juga mampu mencegah korupsi disekitarnya.

Tentu saja, keteladanan menjadi kuncinya, untuk itu Segupegtas atau Semua Guru Penggerak Integritas bergerak untuk menjadikan guru-guru sebagai penggerak integritas dan menjadi contoh teladan bagi murid-muridnya. Memang persoalan teladan ini menjadi problem serius, bagaiman tidak, pejabat negara yang kadang sudah menjadi panutan siswa dan pemuda malah tertangkap tangan oleh KPK, parahnya lagi masih ada aturan yang membolehkan mantan narapidana korupsi melenggang mengikuti pilkada untuk menjadi pemimpin daerah.

TOT Segupegtas IGI-KPK diikuti oleh guru-guru dari berbagai provinsi di Indonesia dan diharapkan nantinya akan menggerakkan pelatihan-pelatihan di daerah sebagai upaya melawan korupsi. Arbain dari IGI Pekanbaru Riau sebagai Founder Segupegtas optimis akan terus bergerak bersama semua pelatih Segupegtas di seluruh Indonesia.

12 Maret 2018
Muhammad Ramli Rahim
Ketua Umum Pengurus Pusat IGI

MENULISLAH AGAR MENJADI KREATIF

Oleh: Mampuono
#menemubaling

Salah satu pesan di dalam implementasi kurikulum 2013 adalah menjadikan para siswa memiliki keterampilan berpikir tinggi pada level mencipta atau creating (C6) dalam taksonomi Bloom-Anderson. Harapannya jika siswa terbiasa untuk mencipta, maka dengan sendirinya daya kreasi mereka akan terus-menerus tumbuh. Keadaan ini pada akhirnya akan membawa mereka menjadi siswa-siswa yang berbudaya kreatif. Namun, untuk melakukan semua itu bukanlah sebuah perkara yang mudah. Rahasianya, bahwa kreativitas adalah sesuatu yang menular. Jika di dalam sebuah komunitas ada bibit kreativitas yang muncul, maka dengan pengkondisian yang baik, bibit itu akan tumbuh subur dan menulari seluruh anggota komunitas. Sebaliknya jika tidak pandai merawatnya, bibit itu justeru akan pupus, gugur sejak dini.

Cara yang paling efektif untuk membangun budaya kreatif pada siswa adalah melalui pemberian contoh. Sebaik-baik contoh adalah yang muncul dari gurunya. Sebab hubungan guru siswa dalam budaya Indonesia itu unik. Bagi para siswa, guru adalah sosok yang digugu dan ditiru, sosok yang bisa mereka percaya (reliabel) dan dijadikan panutan. Seorang siswa bisa jadi tidak patuh ketika sebuah nasehat yang memberikan adalah orang tua mereka, sebaliknya mereka akan cepat-cepat mematuhinya ketika nasehat yang sama yang memberikan adalah gurunya. Jadi, sebelum menjadikan seorang siswa kreatif, guru terlebih dahulu haruslah menjadi kreatif. Salah satu cara bagi guru untuk menjadi kreatif adalah dengan menulis. Karena menulis adalah proses menciptakan (creating) gagasan-gagasan baru. Semakin banyak menulis berarti guru semakin banyak mencipta gagasan-gagasan baru. Semakin banyak mencipta gagasan-gagasan baru, semakin seorang guru menjadi kreatif. Demikian salah satu topik yang penulis singgung dalam sesi motivasi terhadap peserta program SAGUSAKU (Satu Guru Satu Buku) IGI ( Ikatan Guru Indonesia ) Wonogiri pada hari ini, Minggu, 17 juli 2017 di kabupaten Wonogiri.

Penulis khusus diundang oleh pengurus IGI Wonogiri untuk mengisi materi “Integrasi Pembelajaran Abad 21 dalam Implementasi Kurikulum 2013” untuk kawan-kawan guru di sana. Mereka mendapatkan pelatihan menulis dalam program SAGUSAKU di sebuah rumah makan di salah satu kecamatan di Wonogiri. Pelatihan ini berlangsung selama 3 hari, mulai dari hari Jumat pagi sampai hari Minggu sore tanggal 15-17 Juli 2017. Jumlah peserta ada 140 orang yang berasal dari berbagai kecamatan yang menentang dari ujung barat laut sampai tenggara kabupaten Wonogiri.

Peserta terdiri dari para guru SD dan guru TK. Mayoritas mereka adalah kaum hawa. Mereka mengikuti kegiatan ini karena ingin mendapatkan ilmu-ilmu baru tentang bagaimana menulis sehingga menghasilkan buku baru. Narasumber yang melatih mereka adalah Iqbal dari Pati dan Nurbadria dari Bogor serta penulis sendiri dari Semarang. Meskipun dalam dua minggu ini penulis harus bergerak di wilayah yang rentangannya lumayan jauh, mulai dari Gandrung Mangu sampai Majenang Cilacap (9 jam dari Semarang), Gabus dan Winong jauh di Selatan Pati, lalu di Bandungan kabupaten Semarang dan juga di Kudus, bahkan kemarin malam penulis juga barusan landing dari Jakarta dan pagi-pagi sekali harus berangkat menuju Wonogiri (5 jam dari Semarang), tetapi bagi penulis, berhadapan dengan mobilitas yang luar biasa seperti itu justeru memberi semangat tersendiri, karena ruhnya adalah berbagi. Sementara menulis sendiri adalah seseorang yang sangat mengimani bahwa kebahagiaan itu adalah berbagi. Selain itu penulis juga menganut sebuah paham bahwa apabila seseorang melakukan pekerjaan yang merupakan kegemaran atau hobinya, maka baginya bekerja itu tidak seperti bekerja, tetapi lebih seperti menjadi hiburan semata.

Bagi penulis bisa pergi ke Wonogiri dan bersalam-salaman dalam suasana yang masih dekat dengan hari lebaran dengan kawan-kawan yang sudah berbulan-bulan tidak berjumpa, ini adalah karunia. Saya tidak mungkin sampai ke Wonogiri dan berhalal-bihalal dengan teman-teman IGI disini apabila tidak ada acara ini. Jadi walaupun jauh dan kesibukan penulis sangat tinggi, peristiwa ini justeru memberi rasa bahagia tersendiri.

Apalagi di dalam kegiatan ini penulis melihat, sampai sore hari tidak ada satupun peserta yang meninggalkan tempat. Mereka juga dengan suka hati mengikuti sesi baikan atau sumpah janji sambil mengangkat tangan kanan untuk menyisakan waktu minimal satu jam setiap malam untuk belajar lagi hal-hal yang baru, agar minimal bisa mencapai level guru yang unggul menurut Arthur Ward. Superior teachers tell, explain, and demonstrate (Guru yang unggul menyampaikan, menjelaskan, dan mencontohkan). Dengan usaha yang sungguh-sungguh pada akhirnya mereka harus mencapai level guru yang agung (Great Teachers), yaitu guru yang setiap pikiran, perkataan, dan tindakan yang selalu menjadi inspirasi. Baik bagi siswanya, rekan sejawat nya, bahkan bangsanya.

Pelatihan seharusnya ditutup pada jam 15.00 WIB, tetapi sampai jam 16.00 WIB lebih mereka masih tetap bergeming di tempat duduknya masing-masing. Mereka dengan tekun mengikuti sesi penulis dan menunggu instruksi selanjutnya dari panitia.

Pelatihan SAGUSAKU ini berlangsung berjalan lancar dan semua peserta akan mendapat pembimbing sampai produk akhir mereka berupa buku bisa dicetak dan dipublikasikan. Salah seorang peserta, Maria, salah satu guru SD bahkan mengatakan dalam sesi refleksi bahwa pelatihan ini 200% lebih hebat dari yang dia duga. Peserta berharap teman-teman mereka yang lain bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk masuk program SAGUSAKU sebagaimana yang mereka dapatkan.

Selamat untuk IGI Wonogiri. Tetaplah sharing and growing together bersama para IGI-ers di seluruhn Indonesia. Agar kembali marwah guru bangsa ini. Agar siapapun yang menekuni profesi guru adalah guru yang pintar, berbudi, bermartabat, dan sejahtera. Para guru yang kelak akan membawa generasi bangsa ini, minimal duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan generasi bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Salam Pergerakan Pendidikan!

Sekjen IGI

Boyolali, 17072017.
Ditulis sambil berdiri di Bis Safari jurusan Solo Semarang, diedit di Sampangan.

IGI Mateng Hadirkan Pemateri Hebat, Disambut Antusias Peserta Dahsyat

Semangat Menulis adalah semangat yang dikobarkan oleh IGI Seluruh Indonesia termasuk IGI Mamuju Tengah. Semangat ini terstimulasi oleh sebuah mimpi, mimpi mewujudkan guru – guru di Negeri sejuta sawit ini sebagai guru – guru yang produktif dalam menulis. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini antusiasme mereka masih tergolong kurang dalam hal membuat sebuah karya tulis. Oleh karena itu, dengan Workshopnya, IGI hadir di tengah – tengah para guru sebagai wadah untuk menggugah kesadaran menulis serta melatih tehnik membuat KTI.

Workshop ini berlangsung selama 1 hari, dan dilanjut dengan konsultasi on line. Adapun lokasi kegiatannnya yaitu di SMPN 6 Topoyo yang juga menjadi tempat Ketua IGI Mateng bertugas sebagai Kepala sekolah.

Para peserta sangat antusias dengan kegiatan ini. Mereka Rindu dengan kegiatan semacam ini. kerinduan itu pula yang membuat Para Pengurus IGI Mateng semakin termotivasi dalam mengelola workshop ini dengan profesional.

Pemateri yang hadir pun adalah pemateri yang profesional. Beliau adalah pak Baharuddin, SE, M.Pd. Beliau biasa disapa pak bahar. Pak bahar adalah salah satu pengurus IGI Mateng juga. Beliau sudah pernah menjadi finalis Inobel 2016 mewakili sulawesi barat. Dengan demikian, wajarlah jika beliau kami anggap sebagai sosok yang pas sebagai pemateri.

IGI Mateng optimis bahwa kombinasi pemateri yang hebat dengan antusiasme peserta yang dahsyat telah menjadi sebuah harmonisasi yang akan melahirkan guru – guru produktif ke depan. Tentunya, ini bukanlah kegiatan pelatihan kepenulisan yang terakhir, sebab IGI Mateng masih akan terus berkreasi dalam merancang konsep – konsep pelatihan yang lain demi sebuah tujuan mulia, Mewujudkan Pendidikan yang hebat dan bermartabat.

 

IGI WILAYAH LAMPUNG TERUS MENULARKAN VIRUS

Joko Sihwidi – SMKN 1 Tulang Bawang Tengah, Lampung

Dengan keiklasan hati dan semangat untuk saling berbagi dari segenap anggota dan pengurus IGI wilayah lampung terus mendorong kompetensi guru semakin bertambah.

Terbukti dengan kesuksesannya dalam pelaksanaan TOC ( Trainer of Coach) yang bertunjuan menumbuhkan para penggiat penggiat pendidikan untuk bisa saling berbagi apa yang dimilikinya. Seperti yang di sampaikan oleh pak Danang dari IGI Jakarta “ bukan seberapa banyak yang kita bisa  miliki , namun seberapa banyak yang bisa kita bagi” hal ini juga memicu para IGIers yang ada di lampung lebih bersemangat, karena jika kita menunggu sampai punya banyak ilmu baru berbagi pasti hanya akan jadi kenangan dan hayalan karena ilmu yang didiamkan tentu malah akan musnah.

Dengan Tema “ Guru melek Tehnologi, Berkarya dan berbagi “ diharapkan guru yang mempunyai pengetahuan dan tehnologi mampu untuk berkarya menjadikan dunia pendidikan menjadi baik sehingga berdampak kepada perbaikan kwalitas manusia , dan agar dampak yang diperbuat semakin cepat terealisasi , maka guru IGIers harus mau berbagi kepada siapapun , dan merekapun mampu membuat jaringan penular ilmu , sehingga slogan “ Sharing and Growing Together” selalu menjadi pemacu semangat.

Dalam kesempatan TOC ini selain mendapatkan ilmun tentang Sagusablog , dan juga snote dengan Tab A8 , diperkenalkan juga bagaimana seorang guru memanfaatkan Tab A8 dengan lebih bermakna dengan peralatan Any cast dan  crom cast yang dapat membantu dalam presentasi tanpa terikat adanya kabel , sehingga dalam presentasinya aktifitas guru lebih fleksibel dengan paduan S note yang ada di Tab A8.