BERKENALAN LEWAT QR CODE DI SEMINAR LITERASI

(Sesi MENUMU BALI, menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga, dalam perjalanan di atas kereta ekonomi dari Pemalang menuju Semarang. Rabu tanggal 5 Februari 2016 jam 20.45 sampai 22.05).

0
2233

Hari ini saya mendapat tugas dari pimpinan untuk mengisi seminar literasi di kabupaten Pemalang. Peserta yang menghadiri acara tersebut adalah para kepala sekolah SD inti dan  para pengawas perwakilan setiap kecamatan. Kegiatan seminar undangan dari Dinas  Pendidikan Kabupaten Pemalang tersebut diperkirakan berlangsung dari jam 09.00 sampai jam 11.30. Bukan waktu yang lama untuk membicarakan literasi tetapi sangat cukup untuk sekedar sosialisasi dan langkah awal membuka mindset.

Saya berangkat dari Stasiun Poncol Semarang tempat jam 06.20 pagi, dan sampai di Pemalang sekitar 2 jam kemudian. Kasi TK dan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Pemalang, Pak Uri, sudah bersiap di depan pintu keluar Stasiun Pemalang ketika saya mendarat. Kami berbincang-bincang, berkenalan, dan berbasa-basi sebentar, setelah itu kami segera menuju ke lokasi seminar. Tetapi di tengah jalan Pak Uri menawarkan sarapan karena kebetulan beliau juga belum sempat sarapan dari rumah sewaktu berangkat menjemput saya. Saya pun tidak berani menolak kesempatan baik tersebut. Maklum saya juga berangkat terlalu pagi dengan perut kosong  dan kata orang tidak baik menolak rejeki.

Kami menghabiskan waktu kira-kira 30 menit untuk sarapan di sebuah warteg di dekat stasiun. Selepas sarapan kami segera menuju SLB milik provinsi Jawa Tengah  yang berada di Kabupaten Pemalang, tempat penyelenggaraan seminar.  Di sana sudah menunggu para peserta seminar yang jumlahnya sekitar 100 orang. Saya diajak ke ruang transit untuk bertemu kepala bidang pendidikan dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Pemalang, namanya Abdurrahman. Pria  lulusan STPDN tahun 1999 ini menyatakan bahwa literasi sangat penting untuk menentukan kemajuan dan keberhasilan sebuah pendidikan, untuk itu dinas pendidikan Pemalang memulainya dengan pengadakan sosialisasi tentang gerakan literasi sekolah di tingkat sekolah dasar. Ini adalah sebuah langkahan yang patut dipuji dan bisa dijadikan sebagai contoh bagi kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah.

Di dalam pidato sambutannya Kabid  menyatakan bahwa Pemalang akan serius menangani masalah literasi. Semua SD yang belum memiliki gedung perpustakaan akan digelontor dana untuk pendirian perpustakaan. Dia mengharapkan agar seminar ini menghasilkan kesadaran baru bagi para kepala sekolah dan pengawas untuk bisa mengawal gerakan literasi sekolah di tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Pemalang. Pidato sambutan diakhiri dengan pamitan  Kabid untuk menghadiri acara yang lain. Fenomena pamit  seperti ini dari waktu ke waktu terus berlangsung layaknya sebuah ritual yang biasa dilakukan oleh pejabat di negeri ini. Mungkin  karena  biasanya menjadi seorang pejabat identik dengan menjadi orang yang memiliki sedikit waktu. Jadi kita harus memaklumi mereka.

Saya segera mempersiapkan diri untuk penampilan perdana di hadapan para kepala sekolah dan pengawas Pemalang ini. Setelah  berlangsung doa yang diikuti dengan rehat kurang lebih 15 menit saya segera menampilkan presentasi saya untuk memanfaatkan waktu selama rehat tersebut. Slide pertama saya berisi gambar bakul jamu  cantik berpakaian tradisional yang diperankan oleh aktris Dewi Persik yang menyapa hadirin dengan kata-kata, “Bila Bapak Ibu sudah siap, tolong buka HP Androidnya dan download serta install software QR code reader”. Maksudnya, sambil menikmati istirahat, peserta diminta “nyambi” kegiatan download dan install.

Peserta mulai agak bingung tetapi mereka mencoba mengikuti instruksi yang ada di dalam slide. Mereka mungkin bertanya-tanya, apa hubungan antara software  tersebut dengan literasi dan  mengapa  mereka harus melakukan aktivitas TEL (Technology Enhanced Learning) ini. Tetapi karena itu adalah aktivitas yang mudah, tidak berapa lama kemudian sebagian besar dari mereka sudah bisa menginstal software tersebut. Saya menikmati aktivitas ini meskipun saya kadang harus pontang-panting berpindah dari satu peserta ke peserta yang lain untuk membimbing mereka. Saya  larut dalam antusiasme mereka meski sekedar menyentuhkan tombol “pasang” atau tombol “terima” atas permintaan penuh harap dari mereka. Mungkin itulah pertama kalinya sebagian besar dari para kepala sekolah dan pengawas itu melakukan penginstalan karena barangkali di rumah mereka biasa dilayani oleh anak atau cucu mereka dalam menginstal software. Begitu berhasil menginstal, wajah mereka tampak berseri-seri seperti kanak-kanak yang baru saja mendapatkan mainan baru atau mendapat pembagian sebungkus permen.

Kemudian saya masuk ke pada slide kedua. Isinya adalah gambar kotak-kotak mozaik berwarna hitam berlatar putih yang membentuk suatu pola  abstrak yang sulit dimengerti oleh mata awam. Itulah QR Code. Gambar itu berada di bawah  tulisan “Scan me please” dengan latar gambar seorang wanita cantik yang tangannya mempersilakan peserta untuk melakukan scanning. Maka terjadilah kegiatan yang cukup seru. Masing-masing peserta berusaha melakukan scanning terhadap gambar QR Code yang terpampang di slide maupun yang berada di layar laptop. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi setelah mereka melakukan scanning.

Gambar QR code itu adalah gambar untuk kartu nama saya yang berisi informasi nama, nomor telepon, alamat email, alamat rumah dan informasi pekerjaan saya. Maka begitu para peserta menscan dan berhasil mereka segera berseru, “Kok bisa ya?” Saya hanya tersenyum menyaksikan tingkah polah mereka.

Beginilah kondisi para guru senior di provinsi ini. Begitu asingnya mereka dengan teknologi informasi yang sebenarnya selalu melekat dan bersentuhan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Mereka tidak menyadari bahwasanya HP Android yang mereka pegang adalah smartphone, yang berarti adalah telpon pintar. Dan telepon itu akan seperti katak dalam tempurung ketika “tuannya” tidak melatihnya untuk menjadi pintar sesuai namanya. Kemampuan smartphone menjadi tidak jauh dengan tingkat literasi yang dimiliki oleh tuannya.

Saya kemudian meminta para peserta untuk memasukkan kartu nama saya  sebagai kontak baru di dalam HP Android mereka. Begitu  memencet tombol “yes” atau “simpan” maka mereka langsung memiliki kartu nama tersebut tanpa harus menyalin secara dengan tangan segala informasi tentang saya yang biasanya saya diktekan  secara manual. Semua sudah dikerjakan oleh QR code scanner yang terinstal di dalam Android mereka.

Kegiatan awal untuk mengenalkan teknologi informasi dalam TEL pada seminar literasi kali ini adalah salah satu cara untuk menggiring peserta pada suatu kesadaran bahwasanya literasi sangat dekat dengan pemanfaatan teknologi informasi. Saya merasa selalu ada sesuatu yang menyesak di dada setiap kali melihat betapa memprihatinkannya literasi IT yang dimiliki para guru ini. Kita tidak boleh membiarkan guru-guru kita tertawa bahagia sementara ada wilayah tertentu yang mereka harus kuasai tetapi mereka abai. Jangan sampai mereka enggan belajar lagi  sehingga semakin tidak tahu apa-apa. Mereka harus prihatin dan  meluangkan waktunya untuk menjadi pembelajar seumur hidup agar meningkat literasinya, sebab jika tidak, bergenerasi bangsa ini akan terus menjadi korbannya.

Aktivitas selanjutnya adalah pengenalan MENUMU BALI atau menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga. Sambil memperkenalkan program Sagusatab dan memegang tablet A8 yang saya mirrorkan kedalam laptop saya melalui software Screen Mirror, saya bercerita tentang IGI dan perhatian organisasi profesi tersebut pada peningkatan kompetensi guru yang begitu serius dan patut didukung oleh semua pihak. Keseriusan IGI dibuktikan dengan menggulirkan program 1 juta guru terlatih literasi produktif berbasis IT yang TOT-nya akan berlangsung di Surabaya tanggal 6 sampai 9 Oktober 2016 nanti.

Diharapkan dari sekelumit aktivitas TEL dalam perkenalan dan  MENUMU BALI yang mendukung literasi tersebut  para kepala sekolah dan pengawas  terbuka mindsetnya untuk turut memberdayakan IT dalam melaksanakan dan menyebarluaskan kesadaran berliterasi. Kesadaran itulah  kunci  sukses program gerakan literasi sekolah yang mulai digagas dan akan dilaksanakan besar-besaran di Pemalang ini.   Program itu juga akan dimonitoring dan dievaluasi oleh dinas pendidikan Kabupaten Pemalang untuk menguji sejauh mana keberhasilannya. Semoga sukses.

Salam Literasi!

Mampuono

Sekjen IGI

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini