MENEBAR BENIH PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DI SOLOK

1
1960

Peristiwa ketinggalan pesawat menimpaku dua kali dalam perjalanan ini, tentunya dengan kasus berbeda.

Di Makassar, saya terpaksa harus terbang pada penerbangan selanjutnya karena telat 5 menit hanya karena harus kembali ke rumah mengambil FX 991 ID Plus yang “diwajibkan” Casio karena pelatihan ini berbasis kalkulator.
Sementara ketinggalan pesawat di Padang memang sudah diprediksi sebelumnya. 

Perjalanan darat Padang ke Solok mendaki, menurun dan berkelok dan harus ditempuh 3-4 jam dan kami tiba di MTS Muhammadiyah Sumini Solok sudah pukul 15.00. Tiket Garuda pukul 18.20 pun harus berganti menjadi citilink 21.45.

Solok ini sesungguhnya mempesona, perjalananan berkelok mendaki dan menurun menyajikan panorama yang menawan, bahkan saat kami menuruni gunung saat kembali ke Kota Padang, pukul 18.00 kami sudah disambut kabut yang meskipun membatasi jarak pandang tapi begitu indah terlihat dari atas gunung. Sungguh menakjubkan jika diekspolasi menjadi penugasan ke siswa.

IGI Solok lahir tidaklah mudah, tantangan dan hambatan dari pihak lain sungguh terasa,  tapi disanalah militansi kawan-kawan IGI kembali diuji. Memang hanya pemberani dan mereka yang berani bangkit melawan dan tak mau tunduk tertindas yang mampu mendorong perubahan. Dalam kondisi ditekan, IGI Solok bahkan dengan bangga memasang Papan Nama Sekretariat secara mencolok dan berbahan besi dan Vinyl.

Memang tak banyak yang hadir dalam kegiatan kali ini di Solok, padahal yang datang adalah “tiga jenderal bergaji kopral”, Ketum IGI, Ketua Bidang Peningkatan Mutu Guru IGI Pusat dan Ketua Pengurus Pusat IGMP Matematikac tetapi terpancar dari mata mereka semangat membara untuk mengembangkan IGI dan pantang mundur untuk meningkatkan kompetensi Guru di Solok.

Ingin rasanya tetap bersama mereka dan melanjutkan perjalanan ke Bukit Tinggi esok harinya, tetapi pasukan Laskar Pelangi bisa mengamuk jika esok harinya saya tidak mendarat di Belitung.

Tanpa sadar, Citilink yang saya akan tumpangi ternyata mendarat di Halim Perdana Kusuma, artinya saya belum bisa istirahat, masih harus bergerak menuju Cengkareng. Tiba di Cengkareng pukul 02.00 dan harus check in  pukul 04.30 subuh akhirnya memaksa saya menginap di Mes Bandara Soeta alias Mesjid atau Musholla Bandara. Meski begitu, saya pasti tetap ngorok dengan nyaman meski hanya 2 Jam dan harus bangun saat orang-orang sudah berdatangan bermaksud menunaikan Sholat Subuh.

Selamat berjuang kawan-kawan IGI Solok, berjuang dan bekerjalah bukan untuk Manusia, insya Allah tak akan ada badai yang tak mampu dilewati.

Solok, Sumatera Barat, 10 Maret 2017
Muhammad Ramli Rahim

Ketua Umum Pengurus Pusat

Ikatan Guru Indonesia.

Comments

comments

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini