LHOKSEUMAWE DALAM KEPOMPONG LITERASI MENUJU KOTA PENDIDIKAN

0
2712

25 Menit bersama Wakil Walikota dan Kepala Bapeda Kota Lhokseumawe

LHOKSEUMAWE DALAM KEPOMPONG LITERASI MENUJU KOTA PENDIDIKAN
Muklis Puna

“Pendidikan bukanlah milik mereka yang kaya, bukan pula kekuatan mereka yang cerdas. Pendidikan adalah milik mereka yang mau belajar, mencari kebenaran, menemukan kekuatan, dan membawa perubahan”

Suatu pagi handphone penulis berdering mengusik kenyamanan saku celana yang memendam sepi. Langkah penulis menuju ruang- ruang calon pemimpin masa depan sontak terhenti. Tangan kanan merongoh saku membuka tabir siapa gerangan di ujung telepon? Rupanya kotak lima inci itu menampilkan sebuah nama ” Ketua IGI Kota Lhokseumawe Menelpon….” Melihat layar handphone begitu transparan, penulis langsung menggeser tombol ke arah kanan hingga warna suara penuh kharisma membelai gendang gendang telinga” Assalamualaikum, Bapak dimana sekarang? Bisa datang ke kantor Walikota Lhokseumawe sekarang! Kita ditunggu pak wakil walikota untuk audiensi tertang literasi kota Lhokseumawe ? Tanpa basa -basi dan berpikir panjang penulis langsung menjawab, ” Insyaallah saya ke sana sekarang!”

Dengan motor setengah baya penulis meluncur ke kantor Walikota Lhokseumawe yang begitu megah dan mewah. Belum selesai hayalan yang penulis bentangkan di atas badan jalan. Tiba tiba Kantor Walikota Lhokseumawe sudah di depan mata. Mendadak motor yang penulis tumpangi pedal remnya menjerit jerit dan berhenti tepat di depan pos pengamanan. Sosok tegap dan tegas sudah berdiri menunggu kedatangan penulis.

Tidak banyak yang kami ceritakan, kecuali tentang kami sudah ditunggu Bapak Wakil Walikota Lhokseumawe. Sebentar kemudian sekretaris IGI juga muncul bersamaan di depan kantor. Penulis, Ketua dan Sekretaris IGI kota Lhokseumawe langsung menuju ruang Bapak wakil walikota. Satu dua tangga penulis lewati dalam rasa penasaran dan penuh tanya tentang sosok pemimpin yang akan kami jumpai. Papan nama ruang wakil walikota terpampang jelas dalam balutan warna coklat.
Kunci pintu dibuka oleh petugas piket kantor tersebut. Ketua IGI menyampaikan maksud kunjungan kami. Seorang lainya masuk memberitahukan tentang kedatangan kami. Dengan bahasa yang santun dan bersahaja penulis dan teman- teman IGI dipersilakan masuk. Perasaan lega dan penuh harap, ketika sosok pemimpin pilihan masyarakat Kota Lhokseumawe satu tahun silam menyodorkan tangannya yang begitu lembut . Ini mencerminkan sosok pemimpin idola masyarakat untuk bersalaman. Sosok yang berwibawa penuh santun dan punya Visi pembangunan khususnya pendidikan yang sangat visioner.

Sebelumnya penulis mohon maaf! Kenapa begitu lama memaparkan ilustrasi ini, tidak langsung menuju sasaran tembak dari tulisan ini? Jujur… penulis merasa terharu dengan sosok bapak wakil walikota yang satu ini. Dan terus- terang juga baru kali ini penulis berhadapan dengan orang orang yang punya wibawa dan jabatan dalam pemerintahan.

Obralan berlangsung hangat dan bersahaja, penulis harus mencari diksi diksi yang bernuansa dalam melakukan dialog -dialog kecil. Ketua IGI dan sekretaris mencoba memperkenalkan penulis kepada bapak wakil walikota. Senyum sumringah begitu merekah keluar di pasangan bulan sabit bapak wakil walikota, giginya putih bersulam perak berderet rapi bagai biji jagung pada bongkolnya.

Suasana begitu akrab seolah ini pertemuan lanjutan. Dengan sigap ketua IGI menyampaikan program literasi untuk kota Lhokseumawe dengan sigap dan sistematis. Bapak wakil walikota yang duduk tegak lurus di depan penulis menganguk -angguk setuju… subhanallah….!

Penyampaian program literasi kota Lhokseumawe disambut hangat dan penuh semangat oleh beliau. Mendengar sambutan tersebut penulis dan pengurus IGI seperti disuntik serum antibodi dan antibiotik. Semangat literasi yang kami gagas menjadi motivasi awal dalam menggerakkan kegiatan mencerdaskan anak bangsa.

Melalui bahasa yang khas beliau menyatakan bahwa, Pihak Pemkot Lhokseumawe mendukung seratus persen tentang gerakan literasi kota Lhokseumawe yang diparkarsai oleh Ikatan Guru Indonesia ( IGI). Kepedulian beliau tentang literasi kota Lhokseumawe ternyata bukanlah pepesan kosong. Ini dibuktikan dengan antusiasnya beliau mengikuti dan menghadri setiap rangkaian kegiatan yang sudah dirancang IGI, baik melalui kegiatan Sagusaku dan program literasi lainnya yang ada dikota Lhokseumawe.

Selain itu, bapak wakil walikota Lhokseumawe juga punya visi yang brilian. Beliau sudah menanamkan budaya literasi dalam beberapa program yang dipaparkan. Progam yang paling memotivasi penulis dan kawan kawan IGI adalah menjadikan Lhokseumawe sebagai kota pendidikan. Program ini merupakan hal yang sangat mulia dalam mencerdaskan anak bangsa. Disamping berbagai julukan yang dimiliki oleh kota tersebut , julukan kota pendidikan merupakan impian bagi semua warga kota Lhokseumawe.

“Sepintas secara geografis kota Lhokseumawe memang kecil ( hanya terdiri atas empat kecamatan” beliau menambahkan dengan populasi sebanyak 200,.000 ribu di dukung oleh dua perguruan tinggi negeri dua universitas swasta , lima sekolah tinggi dan Akademi dengan berbagai disiplin ilmu serta sekolah menengah atas dan kejujuran yang luar biasa .Bukanlah isapan jempol bagi Lhokseumawe untuk menetas dari kepompong menuju kota pendidikan.

Selama ini Lhokseumawe menjadi sasaran pilihan bagi setiap mahasiswa baru di seluruh Indonesia untuk bisa kuliah di universitas Universitas Malikussaleh (UNIMAl) dan IAIN Malikussaleh. Alasan yang mengemuka dalam dialog dengan penulis dan teman teman IGI adalah Lhokseumawe menawarkan segala kemudahan bagi pemburu kuliner pengetahuan di kota yang punya sejarah panjang dalam pergulatan bangsa.

Ketika kami hanyut dalam alur pikir masing- masing tentang indahnya kota Lhokseumawe dalam literasi nasional. Salah seorang pejabat teras tiba menjumpai bapak wakil. Kami pun dikenalkan dengan figur yang berwibawa. Ya ..? Beliau adalah Bapak Kepala Badan Perencanaan Daerah ( BAPEDA). Waduh … Rupanya gayung pun bersambut. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Bapak wakil melanjutkan paparan program ke depannya tentang pendidikan. Kedua tokoh ini saling melengkapi begitu apik dan apresiasi terhadap perkembangan literasi kota Lhokseumawe.

Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan sebuah tindakan nyata dalam bentuk sarana yang mendukung. Dengan kompak para tokoh ini menjawab bahwa Lhokseumawe akan mengubah sebuah lokasi wisata ” Goa Jepang ” menjadi wisata sejarah dilengkapi dengan perpustakaan lengkap. Beliau mengharapkan dengan adanya perpustakaan di atas bukit yang bersejarah ini para pengunjung juga dapat menikmati segala pengetahuan yang berhubungan dengan sejarah dan buku buku penunjang lainya. Sambil mengelitik beliau menyela” Kalau perlu kita harus mengutamakan buku buku yang ditulis oleh guru guru dilingkup Lhokseumawe untuk dipanjang di sana” Penulis membatin “, Hmm…., Ini satu tantangan lagi”

Program brilian lainya yang dipaparkan oleh pengurus IGI adalah bagaimana menata sudut sudut kota yang terbuka buat masyarakat untuk menghadirkan pustaka- pustaka kecil yang dilengkapi dengan media digital. Program ini disambut juga dengan antusias, walaupun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Menurut beliau, semua program tersebut insyaallah bisa dilaksanakan. Asalkan para pegiat literasi kota Lhokseumawe mau membantu pemerintah dalam mewujudkan” Aceh Caroeng” sesuai dengan salah satu visi dan misi pemerintah Aceh hari ini. Lagi- lagi IGI sebagai organisasi yang bergerak bidang literasi dan masalah pendidikan diuji oleh sang pemimpin yang punya intergeritas dan visioner.

 

Akhirnya, jam berdenting berputar halauan, 25 menit bersama dua tokoh yang memberikan motivasi kepada penulis dan IGI harus disudahi. Para tamu dengan berbagai kepentingan menunggu pelayanan sang wakil. Pesan yang bersarang dalam kumparan saraf adalah” Hanya IGI yang dapat dijadikan instrumen dalam meningkatkan literasi menjadi kota pendidikan.

Terimakasih pak wakil walikota dan Bapak Kepala BAPEDA Lhokseumawe atas jamuan,sambutan dan suport terhadap kegiatan IGI Kota Lhokseumawe . Sehat selalu pak. Amin amin.

Comments

comments