Tak Banyak yang Tahu! Di balik nama besar Ikatan Guru Indonesia (IGI), kini tersimpan peran strategis di level internasional. Organisasi guru yang dikenal aktif di akar rumput ini kini resmi menjadi bagian penting dari riset global bertaraf UNESCO dan UNICEF tentang kepemimpinan perempuan di dunia pendidikan!
Bukan hanya sekadar simbol kolaborasi, langkah IGI kali ini disebut-sebut akan mengubah wajah pendidikan Indonesia, khususnya dalam hal kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di lingkungan sekolah.
Lalu, apa saja fakta menarik yang bikin dunia pendidikan heboh?
Berikut 5 fakta lengkapnya! IGI Jadi Satu dari 18 Anggota Elit Mitra Pendidikan Indonesia (MPI)
Siapa sangka?
Organisasi guru yang lahir dari semangat kemandirian guru Indonesia ini kini berdiri sejajar dengan lembaga-lembaga global dan nasional di bawah payung Mitra Pendidikan Indonesia (MPI) kelompok kolaboratif yang berafiliasi dengan Global Partnership for Education (GPE).
Keanggotaan IGI di MPI membuka jalan bagi kerjasama lintas negara dalam pengembangan kebijakan pendidikan berbasis riset. Melalui wadah Research Advisory Group (RAG), IGI tak hanya menjadi peserta pasif, melainkan juga kontributor penting dalam penyusunan kebijakan pendidikan nasional yang inklusif dan berbasis data.
Tujuannya pun bukan main-main, yakni; memperkuat riset dan advokasi kebijakan, menguji efektivitas program pendidikan, serta memastikan suara guru terwakili dalam setiap proses transformasi pendidikan. Langkah ini menegaskan bahwa IGI kini bukan lagi sekadar organisasi profesi lokal, tetapi pemain global di bidang pendidikan.
Riset yang sedang digarap IGI bersama lembaga Internasional memiliki judul panjang namun bermakna mendalam: “Analysis of Barriers and Interventions for Female Candidates for Promotion and Undertaking School Leadership Positions.” Yang jika dalam bahasa Indonesia, berarti: “Analisis Hambatan dan Intervensi bagi Kandidat Perempuan untuk Promosi dan Menduduki Posisi Kepemimpinan Sekolah.” Isu ini relevan dengan kondisi faktual di Indonesia, di mana banyak guru perempuan berprestasi masih terkendala menembus posisi kepala sekolah atau pengawas karena faktor struktural, sosial, dan budaya.
Beberapa pertanyaan besar yang coba dijawab riset ini antara lain:
Mengapa perempuan yang kompeten masih sulit naik ke posisi kepemimpinan sekolah?
Faktor apa saja yang paling dominan: budaya patriarki, kebijakan yang bias gender, atau keterbatasan pelatihan kepemimpinan?
Dan yang paling penting, intervensi apa yang bisa dilakukan agar peluang perempuan lebih terbuka lebar?
Riset ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang konkret dan aplikatif, bukan sekadar laporan di atas kertas.
Dua Nama Perempuan Hebat IGI Jadi Motor Utama Riset
IGI menunjuk dua perempuan tangguh untuk membawa nama Indonesia ke panggung global: Umi Zumroh, Pengurus Pusat IGI sekaligus Kepala Sekolah jenjang SMA, Shinta Prima Rosdiana, perwakilan Pusat Riset IGI. Keduanya hadir bukan hanya sebagai perwakilan simbolik, melainkan kontributor kunci yang akan memberi perspektif lapangan langsung. Umi membawa pengalaman praktis dalam manajemen sekolah dan kepemimpinan guru, sementara Shinta memperkuat riset dengan pendekatan metodologis dan analisis kebijakan.
Kombinasi akademik dan praktis ini menjadikan IGI unik di antara lembaga lain. Mereka bukan sekadar bicara teori, tetapi datang dengan pengalaman nyata dari ruang kelas, rapat guru, hingga tantangan keseharian perempuan pemimpin sekolah di daerah.
Kolaborasi Internasional: Dari UNESCO hingga UNICEF Turun Langsung!
Forum kick-off meeting yang digelar pada 23 Oktober 2025 pukul 09.00 WIB menjadi penanda dimulainya kolaborasi besar ini. Acara tersebut menghadirkan sederet nama besar dan lembaga prestisius:
Eni Susi dari Direktorat KSPS Tendik, Kemendikdasmen,
Jane Kellum & Patrya Pratama dari tim konsultan MPI,
Cresti Fitriana dari UNESCO,
Anggi Nasution dari Save The Children,
serta jajaran UNICEF: Tess Felipe, Hidemi Sato, Anissa, Addi, dan Faiqoh.
Rangkaian diskusi dilakukan secara multi-bahasa (Indonesia–Inggris) dengan dukungan interpreter profesional agar komunikasi lintas negara berjalan efektif. Ini menunjukkan betapa seriusnya forum ini dalam memastikan setiap suara, termasuk dari guru Indonesia yang didengar dan dihargai di kancah global. Tak hanya membahas kerangka riset, pertemuan ini juga membicarakan mekanisme berbagi data, metodologi penelitian, serta rencana implementasi di lapangan. Dengan kehadiran organisasi internasional seperti UNESCO dan UNICEF, hasil riset ini diprediksi akan memiliki dampak kebijakan nyata, bahkan di tingkat global.
Komitmen IGI: Bawa Suara Guru Indonesia ke Panggung Dunia
Dalam forum tersebut, Umi Zumroh menegaskan bahwa IGI siap memberikan kontribusi nyata melalui pengalaman praktik baik dari lapangan. Menurutnya, banyak perempuan di Indonesia yang sebenarnya telah memimpin sekolah dengan baik, namun kurang mendapatkan ruang untuk berbagi praktik unggul mereka di tingkat nasional dan internasional. Sementara itu, Shinta Prima Rosdiana menambahkan bahwa melalui Direktorat Pusat Riset, IGI berkomitmen menjadikan riset sebagai napas utama organisasi. Artinya, setiap gerakan, program, dan advokasi IGI akan berbasis data dan bukti empiris bukan sekadar opini.
Dengan jaringan anggota yang tersebar di 34 provinsi dan lebih dari 500 kabupaten/kota, IGI punya potensi besar menjaring data dari ribuan sekolah. Ini menjadikan riset yang mereka lakukan sangat representatif dan mencerminkan realitas lapangan di berbagai daerah Indonesia.
IGI Siap Guncang Dunia Pendidikan Lewat Riset Global
Keterlibatan IGI dalam riset bertaraf internasional ini bukan sekadar simbol kolaborasi, tetapi bukti nyata bahwa organisasi guru Indonesia kini berperan aktif dalam arus utama transformasi pendidikan dunia. Langkah ini juga menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang serius memperjuangkan kesetaraan gender dalam pendidikan, selaras dengan agenda global UNESCO dan UNICEF.
Melalui kolaborasi ini, IGI bukan hanya membawa nama organisasi, tetapi juga membawa suara jutaan guru perempuan Indonesia yang selama ini bekerja dalam senyap dengan cara mendidik, memimpin, dan menginspirasi generasi bangsa.***











