LITERASI SEBAGAI KONSEP DASAR DALAM PEMBELAJARAN

0
4555
Stylus-pen dan Tablet Sagusatab IGI versi Tab Sasung A-8

Drs. Armel (SMP N 3 Canduang, Sumatera Barat)

Tidak semua guru mampu memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswanya. Sering siswa merasa tidak betah berada dalam kelas ketika PBM sedang berlangsung. Ketidakbetahan siswa dikarenakan guru terasa membosankan dalam menyampaikan materi pelajaran yang disampaikan secara monoton. Bisa saja, dari awal masuk kelas guru memulai pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan metode tersebut tidak divariasikan menggunakan metode-metode lainnya. Artinya, guru dari awal sampai akhir pembelajaran hanya berceramah saja. Dan  metode ceramah tersebut tidak mampu pula membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan.

Kegagalan guru di depan kelas dalam mengelola kelas berdampak pada tingkat ketidakhadiran siswa di sekolah. Siswa lebih sering tidak masuk sekolah pada mata pelajaran tersebut. Mereka dari rumah tetap pergi sekolah tapi diperjalanan mereka menyimpang ke tempat lain. Kalaupun mereka masuk kelas kejenuhan dan kebosanan itu ditumpahkannya dengan bermacam cara. ada yang minta permisi keluar kelas, tidur-tiduran, atau mengerjakan yang lain tapi tidak berhubungan dengan materi pelajaran saat itu.

Banyak di antara guru yang tidak mau melakukan inovasi (pembaharuan) dalam kegiatan belajar mengajar, cara menyampaikan materi pelajaran, cara mendidik, cara bersikap pada siswa, atau hal-hal lain, karena telah merasa nyaman dan mapan dengan pilihan cara selama ini. Dan tidak mungkin lagi akan mau merubah karena untuk mengambil resiko dengan meninggalkan sesuatu yang telah diyakininya dengan mencoba sesuatu yang belum pasti. Walaupun semua orang tau, setiap yang kita anggap baik nicaya bukanlah sesuatu yang sangat terbaik.

Guru yang tidak mau berinovasi, hidupnya dari waktu ke waktu begitu-begitu saja. Kesejahteraan hidup tidak mengalami perubahan yang berarti, karier pun jalan di tempat. Tidak pernah melahirkan prestasi yang menggaung. Tapi, sikap seperti ini manjadi pilihan sebagian besar guru karena lebih banyak mempertahankan rasa nyaman dan aman yang ada selama ini daripada hijrah ke arah perubahan.

Keengganan untuk berinovasi lebih banyak disebabkan oleh keraguan dan tidak percaya diri. Yang bersangkutan tidak yakin setelah berani melakukan inovasi akan ada perbaikan yang signifikan. Guru cenderung mencari jalan aman dengan menghindari hal yang berisiko.

Guru-guru yang sukses adalah guru-guru yang berani melaukan inovasi-dalam dunia pengajaran. Mereka tidak memikirkan dan mencemaskan resiko yang muncul sebagai akibat dari inovasi yang dilakukan itu. Mereka menjadi guru yang menerima resiko. Setiap masalah yang muncul akibat dari pilihan mereka dalam usaha untuk berubah, itulah yang hidup. Semakin banyak masalah, semakin membuat kita tangguh menjalani kehidupan ini. Janganlah mati sebelum mati karena takut berinovasi. Bila resiko yang dipikirkan, setiap saat pasti ada saja resiko. Tidak hanya karena berjalan atau melangkah saja kita mempunyai resiko, duduk-duk atau tidur-tiduran saja kita ada juga resikonya.

Begitu juga dengan rekan-rekan guru yang tak mau beranjak dari zone aman, apakah mereka tidak punya resiko? Tidak, mereka tetap punya resiko dalam perjalanannya jadi guru, yaitu resikonya ditinggalkan murid-murid yang aktif dan kreatif. Guru bersangkutan akan mendapat label dari anak2 aktif dan kreatif sebagai guru yang membosankan, resiko juga bukan. Hanya guru-guru yang mati rasa yang tidak mau tahu dengan resiko seperti itu  

Dalam kekosongan, kemungkinan yang sangat kecil, untuk mendapatkan pelatihan muncullah sebuah organisasi guru dengan nama Ikatan Guru Indonesia atau IGI yang memberi peluang untuk meningkatkan kemampuan guru secara mandiri dalam berbagai bentuk pelatihan. Salah satunya diantara sekian pelatihan yang diadakan IGI adalah kegiatan Training of Trainer (TOT) di DKI pada tanggal 23-24 Desember 2016 kemarin yang bertempat di Balai Diklat Keagamaan Kemenag, Rawa Kuning. Pelatihan yang diadakan adalah untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam pembelajaran berbasis IT yang akan memberikan pencerahan dalam mengembangkan pembelajaran yang bervariasi. Peserta dilatih oleh master-master yan menguasai bidang sepesialisasinya. Peserta pun disiapkan menjadi ujung tombak sebagai pelatih di daerah mereka masing-masing setelah mereka dinilai lulus dalam mengikuti pelatihan tersebut.

Pelatihan diawali dengan materi Lietrasi yang disampaikan oleh Bapak Sururi Aziz dengan topik “Literasi: Dulu, Kini, dan Nanti”. Materi tersebut dijabarkan dengan pentingnya peranan Literasi dalam meningkatkan kualitas siswa. Tanpa menguasai literasi (mendengar, membaca, berbicara, dan menulis) dikuatirkan kemampuan siswa hanya sampai pada garis rata-rata saja. Dan bagaimana pula menjadikan literasi sebagai inovasi pembelajaran yang disampaikan oleh Ibu Rahmi. Menjadikan literasi sebagai inovasi pembelajaran artinya kemonotonan pembelajaran yang cenderung dengan sistem ceramah sudah mulai teratasi.

Tidak puas dengan masalah literasi, master trainer pun menyiapkan materi “Pengenlan Perangkat S Tab A8” yang disampaikan oleh Bapak Danang dan Ibu Azizah. Pada materi ini peserta betul-betul antusias untuk mempelajarinya sehingga kami sempat melupakan waktu untuk snack time. Waktu yang disediakn untuk materi ini tidak mencukupi sehingga berlanjut sampai diruang makan. Ternyata S Tab A8 sangat banyak bermanfaat untuk membantu guru dalam berbagai hal, tentunya terutama dalam memvariasikan pembelajaran dalam kelas.

Rasa ketidakpuasan kami terhadap S Tab A8 agak tertutup oleh Bapak Badrun Fuady. Beliau memberikan materi komik sebagai media pembelajaran juga dengan menggunakan S Tab A8. Membuat komik sebagai media pembelajaran dengan menggunakan S Tab A8 seakan-akan kami menjadi ahli  komik. Materi ini sangat menarik pada penulis secara pribadi. Sebab sejak berangkat dari kampung memang ingin mempelajari bagaimana membuat media pembelajaran menjadi komik. Bapak Badrun Fuady betul-betul telah memberikan ilmunya bahkan secara ikhlas pula membimbing saya walaupun sampai saat ini saya merasa belum menguasai betul secra mutlak.

Pengalaman baru diperoleh lagi dari Bapak Danang dan Bapak Syaripudin tentang memanfaatkan jaringan internet untuk membuat blog. Peserta diarahkan bagaimana cara membuat blog, mulai dari membuat akun sampai mebuat isinya. Luar biasa, hanya itu yang bisa terucap dalam hati. Ternyata, selama ini saya sudah mempunyai bebrapa perangkat (laptop) tetapi tidak berdaya untuk mengoptimalisasi perangkat yang ada tersebut. Sekarang lah baru bola mata saya mulai terbuka yang dibukakan oleh pelatih-pelatih hebat.

Kepenatan kami selama mengikuti pelatihan serasa hilang ketika Bapak Widadi Muslim dihibur secara kocak dengan lagu-lagu yang menggelitik. Kami dimotivasi dengan joke-joke yang menghibur dan gerakan-gerakan yang menghilangkan rasa penat duduk dan pegal-pegal pinggang. Pokoknya setiap kami dalam kepenatan Beliau muncul memberi semangat dan hiburan-hiburan yang menyegarkan sehingga kami seaka-akan tak pernah merasa penat walaupun pelatihan sampai pukul 22.00 lebih.

Lagi-lagi saya dibuat terhenyak dengan materi yang diberikan oleh Ibu Yuli Rachmawati. Materi yang diberikannya diberi nama “Menemu Baling” yang merupakan singkatan dari “Menulis dengan Mulut, Membaca dengan Telinga”. Kegiatan “Menemu Baling” dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi yang sudah tersedia pada S Tab A8. Biasanya orang banyak yang ada dalam pikirannya untuk dituliskan tapi sulit untuk menuliskannya. Sekarang dengan metode “Menemu” ini seseorang yang ingin menulis cukup berbicara saja apa yang ada dalam kepalanya dengan menggunakan S Tab A8, maka setiap ucapan yang dikeluarkannya akan dituliskan oleh perangkat tersebut. Setelah semuanya selesai nanti hasil penulisan tersebut bisa dilakukan pengeditan sehingga menjadi tulisan yang sempurna.

Begitu juga dengan metode membaca dengan telinga “Baling”. Manusia sekarang kadang-kadang sudah mulai malas membaca dengan menggunakan mata yang dikarenakan keletihan atau mata sudah mulai tidak baik. Dengan menggunaan metode “Baling” seseorang tinggal mengarahkan aplikasi kepada tulisan yang akan dibaca maka tulisan tersebut akan dibaca oleh aplikasi dan kita hanya mendengar saja lagi. Kegiatan itu bisa dilakukan sambil makan, sambil istirahat atau sambil tidur-tiduran.

Permasalahan literasi tak pernah habis-habisnya. Sesuai dengan topik pelatihan “Literasi Produktif Berbasis IT”, maka meteri kegiatan lebih banyak mengarah tentang literasi sekaligus menggunakan perangkat S Tab A8yang merupakan salah satu gadge cerdas. Ibu Ella dengan materi “Implementasi Literasi di Sekolah Model” dan Bapak Iwan R dengan topik “ Literasi, Komunikasi, dan Kepemimpinan”. Ibu Ella memanfaatkan sumbangan literasi pada sekolah model. Begitu pula dengan Bapak Iwan R, bagaimana komunikasi dan kepemimpinan bisa terjalin dengan baik yang ditunjang oleh literasi yang memadai.

Untuk menulis buku juga memanfaatkan kemampuan berliterasi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Ali dengan materi “Literasi dalam Media” yang dikenal dengan kanal SAGUSAKU (Satu Guru satu Buku). Materi ini mengarahkan peserta mampu menulis buku sehingga istilah satu guru satu buku bisa dibuktikan. Menulis buku bisa saja memanfaatkan metode Menemu Baling sehingga setiap guru bisa menghasilkan satu buku.

Guru yang kering inovasi adalah guru yang sudah mati. Guru seharusnya adalah pembawa cita-cita baru. Ia menolong pelajarnya meninggalkan yang lama, sehingga dapat memasuki yang baru. Guru sebagai pembaharu berusaha untuk mengetahui persoalan setiap sehingga bisa melakukan pembaharuan. Untuk melakukan pembaharuan itu diperlukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran.

Bapak Syarifudin dan Ibu Jannah pada sesinya memotori peserta bagaimana memanfaatkan Aplikasi android untuk melahirkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang dikenal dengan kanal SAGUSANOV. Inovasi-inovasi yang dilahirkan tetap bertumpu pada literasi. Inovasi-inovasi pembelajaran itulah yang diharapkan pada kondisi pendidikan kekinian. Pendidikan kita begitu lama terlena dengan metode-metode lama tanpa variasi sehingga membuat kualitas pendidikan kita jalan di tempat. Akhirnya anak-anak sekarang cederung lebih suka memasuki dunia bimbingan belajar daripada belajar di sekolah.

Memanfaatkan kanal Sagusanov, diharapkan guru-guru melahirkan inovasi-inovasi cerdas dalam pembelajaran. Lahirnya inovasi-inovasi pembelajaran akan menjawab tuntutan di awal tulisan ini yaitu memberikan pembelajaran yang menyenangkan. Terciptanya pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa menjadi kreatif dalam belajar.

Materi yang sangat menarik dalam pelatihan ini adalah materi Vidio Converensi via Web yang disampaikan oleh Ibu Nenny. Betul-betul pengalaman yang berharga, kami bisa berkomunikasi dengan teman-teman yang jauh nun di luar sana melalui aplikasi Vicon tersebut. Berkomunikasi secara bersama-sama untuk membahas tentang sesuatu; bisa saja tentang materi pembelajaran atau yang lain-lainnya.

Kesimpulan akhir bisa diambil semua materi pelatihan membawa dan mengajak  kita untuk berselancar bersama literasi dengan memanfaatkan IT. Peningkatan kemampuan menggunakan perangkat IT akan memudahkan kita dalam berselancar memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah. Tanpa mampu memvariasikan proses pembelajaran di kelas jangan mimpi untuk meningkatkan kemampuan siswa. Memvariasikan proses pembelajaran banyak caranya yang salah satunya memanfaatkan IT untuk menguatkan kemampuan literasi siswa.

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini