IGI MENGINSPIRASI

0
1858

Oleh: Widadi, IGI Pusat

Bila masih mungkin kita menorehkan bakti

Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas

Mumpung masih ada kesempatan buat kita

Mengumpulkan bekal perjalanan abadi

(Ebiet G. Ade)

Sebait syair lagu Ebiet G. Ade di atas benar-benar menginspirasi saya untuk terus belajar, berbagi dan bersinergi. Sehingga ketika pada tahun 2000an saya diminta membantu Sekolah Cerdas Indonesia untuk berbagi dengan guru-guru di berbagai kota di Indonesia pasca menjadi salah satu finalis dan pemenang Lomba Kreativitas Guru Tingkat Nasional, saya tak pernah absen. Baik dalam Program Life Buoy Berbagi Sehat, Senyum Indonesia Senyum Pepsodent maupun Inovasi Dalam Edukasi (IDE). Begitu juga setelah pada tahun 2006 saya menjadi juara kedua Kompetisi Edukasi Anlene Hidup Penuh Makna yang diikuti oleh lebih dari 13.500 praktisi  pendidikan seluruh Indonesia, gerak laju kesibukan saya semakin bertambah.

Kembali ke syair lagu di atas. “Bila masih mungkin kita menorehkan bakti,” saya memaknainya sebagai apabila kita masih diberikan usia untuk berbuat kebaikan di muka bumi. “Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas,” saya memaknainya sebagai berbakti dengan sepenuh hati tulus ikhlas karena Allah. “Mumpung masih ada kesempatan buat kita,” saya memaknainya sebagai sewaktu masih diberikan umur dan kesempatan untuk berbuat kebaikan. “Mengumpulkan bekal perjalanan abadi,” saya memaknainya sebagai mengumpulkan amal dan kebaikan untuk dibawa mati. Indah benar syair lagu ini.

Dan kini dengan bergabungnya saya sebagai anggota dan pengurus IGI maka sedikit kemampuan yang saya miliki pasti akan saya sumbangkan untuk mendukung IGI meraih kemajuan dan kejayaan. Saya bukanlah siapa-siapa, dan saya bukanlah apa-apa. Di IGI telah banyak master dengan  keahlian yang mumpuni. Sebutlah nama Muhammad Ramli Rahim, Ketua IGI Pusat, Sang Pemuda Pelopor, Sang Entrepreneur. Mr. Mampuono, Sekjen IGI Pusat, Master Menemu Baling. Mr. Slamet Riyanto, the Teacher Writer, Master Buku yang telah menulis ratusan buku inspiratif. Mr. Joko Wahyono, Master buku-buku bestseller. Mr. Abdul Kholig dan Mr. Elyas, Master Sagusanov. Mr. Abdul Karim Jawahir Master Komik. Dan masih banyak lagi.

Master-master di atas dengan segala keahliannya telah mampu menginsiprasi saya dan puluhan, ratusan bahkan ribuan guru Indonesia yang ingin maju dan berkembang. Apalagi setelah TOT/TOC di Surabaya. Seluruh peserta dapat mengenal lebih dekat dengannya, baik yang sempat selfi maupun yang nggak sempat selfi. Wow, benar-benar pribadi master yang rendah hati. Jangan salahkan jika kami jatuh hati.  Ternyata begitu banyak mutiara-mutiara berharga yang belum muncul kepermukaan. Pada saatnya nanti, saya yakin pembelajaran di Indonesia akan semakin menggairahkan semakin inovatif berkat tangan-tangan dingin mereka. Sikap rendah hati, ilmu dan keterampilan yang dimiliki ditambah fitur-fitur Samsung Galaxy Tab A8 yang mumpuni akan mempermudah mewujudkan Indonesia berprestasi.

Saya jadi teringat dengan seminar yang pernah diadakan Bobbi De Porter penulis buku Quantun Learning. Terdapat 5 prinsip quantum learning, yaitu: 1. Everything speak (segalanya berbicara), 2. Everything is on purpose (segalanya mempunyai maksud), 3. Acknowledge every effort (hargai setiap usaha), 4. Experience before label (alami sebelum menamai), 5. If it’s worth learning, it’s worth celebrating (jika layak dipelajari, layak pula dirayakan). Nah materi TOC yang telah dilakukan IGI bersama PT. Samsung Elektronik Indonesia selama ini seakan selaras dengan prinsip-prinsip di atas.

Terus bagaimana kita dapat mewujudkan pembelajaran abad 21 yang lebih bermakna? Sebelum menjawab pertanyan ini akan lebih bijaksana jika kita memahami terlebih dahulu paradigma pembelajaran abad 21. Lantas apa sajakah paradigmanya? Pertama, kemampuan otak manusia tak terhingga. Telah sama-sama kita ketahui bahwa otak manusia paling sedikit terdiri dari 100 milyar sel otak aktif yang disebut neuron. Dalam setiap menit neuron tersebut dapat menciptakan sambungan baru tidak kurang dari 100 ribu jalur. Nah ketekunan mengotak atik fitur-fitur Samsung Galaxy Tab A8 akan mampu mengaktifkan neuron tersebut. Bahkan untuk orang tua seusia saya sekalipun.

Kedua, informasi sangat cepat. Dengan ditemukannya teknologi fiber optic pada tahun 1988 para ahli dapat mengirimkan 3000 pesan sekali kirim. Pada tahun 1999 saja tidak kurang dari 250 juta orang telah menggunakan komputer dan tidak kurang 150 juta orang telah terhubung melalui jaringan internet. Antara tahun 2000-2005 sekitar 500 juta sampai 1 milyar orang terhubung internet. Dan sekarang ditahun 2017, wow tak terbayangkan. Materi sagusanov,  sagusablog,  sagusamik, menemu baling, saya yakin telah mewujudkan jaringan-jaringan baru.

Ketiga, pembelajaran komprehensif. Jika pada saat ini pembelajaran di Indonesia masih berkutat pada pembelajaran tentang obyek, maka sudah selayaknya segera dipikirkan untuk melangkah ke pembelajaran tentang bagaimana cara belajar. Kemudian pada saatnya meningkat lagi menjadi pembelajaran tentang bagaimana mengubah dan membangun paradigma. Dan jika ingin mencapai pembelajaran tingkat tertinggi (setidaknya untuk saat ini) maka selayaknya kita mulai menapaki belajar tentang bagaimana pandangan dunia terhadap alam semesta ini.

Nah, setelah saya ikut terlibat langsung dalam berbagai TOC yang diadakan IGI bersama Samsung dan kemudian dilanjutkan dengan Casio, hal ini seakan menemukan benang merahnya. Maka marilah kita bersatu padu mendukung dan terlibat langsung dalam kegiatan IGI ini. Sahabatku, majulah pendidikan Indonesia!

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini