IGI JAKARTA MERIAHNYA LITERASI 1000 GURU MENULIS ONLINE

0
1532
SONY DSC

Oleh: Widadi, IGI Jakarta

Tulisan kita
ibarat setapak yang bisa membawa orang ke mata air
atau nyala lilin di kegelapan
(Bunda Gola Gong)

Sabtu pagi, 16 April 2016 di saat orang lain duduk santai di depan televisi sambil minum teh anget, atau kopi, kami para Panitia Literasi 1000 Guru Menulis Online IGI Jakarta telah bergegas menuju Gedung F, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Bahkan malam harinya kami, para panitia sudah berada di lokasi untuk mengecek segala persiapan demi lancarnya acara. Malam kian larut, beberapa teman guru justru berdatangan untuk menjajal panggung. Ya betul, menjajal panggung. Untuk apa? Mereka akan membuka sesi pelatihan literasi dengan parade membaca puisi.
Pukul 06.30 panitia telah siap di meja tamu lengkap dengan segala sesuatu yang diperlukan. Sejurus kemudian tamu mulai berdatangan, ada yang keluar dari pintu lif dan ada juga yang tertatih-tatih menaiki tangga. Walapun tampak kelelahan karena lokasi pelatihan berada di lantai 7 tetapi para guru hebat ini tetap semangat. “Aduh, lumayan juga bisa ngurusin badan,” Kata salah guru. Yang lainnya mengiyakan. Para peserta terus berdatangan, sementara itu ada sekitar 7 sampai delapan stand dari sponsor mulai menjajakan pameran bahkan dagangan.

Pukul 08.00, ketika semua tempat duduk hampir dipenuhi oleh peserta pelatihan, sementara itu 10 guru pembaca puisi telah duduk rapi di kursi paling depan pada sisi sebelah kiri panggung, Bu Yully Rahmawati mulai memandu acara. Sebentar kemudian, bergetarlah suluruh ruangan ketika para peserta pelatihan bersama-sama menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dengan penuh khidmat.
Setelah sambutan dari para pejabat kementerian pendidikan dan kebudayaan dan pengurus IGI serta sponsor kegiatan, maka parade baca puisi pun dimulai. Pak Ali membaca puisi berjudul: “Lalu Aku Harus Bagaimana?” Ibu Erika berteriak lantang dengan puisi berjudul: “Sajak Orang Miskin” karya W.S. Rendra. Mas Danang tak kalah heboh dengan membaca puisi berjudul: “Negara adalah kita.” Saya pun tak mau ketinggalan membaca puisi buatan sendiri dengan judul: “Surat Buat Sahabat.” Begitu juga dengan 6 teman guru lainnya tampil dengan penuh percaya diri, sehingga membuat guru yang lain juga ingin tampil membaca puisi.

Parade baca puisi oleh 10 guru IGI pun usai. Acara dilanjutkan dengan demonstrasi “smart board” oleh beberapa pejabat kementerian pendidikan dan kebudayaan didampingi oleh beberapa pengurus IGI Jakarta. Kemudian sampailah pada acara yang ditunggu-tunggu yaitu pelatihan Literasi 1000 Guru Menulis Online.” Maka bersiaplah semua peserta pelatihan dengan laptopnya masing-masing. Maklum saat itu IGI belum memperkenalkan Samsung Galaxy Tab A8. Sehingga sebagian peserta masih mengguakan laptop. Alhamdulillah, acara berjalan lancar. Ada satu hal yang menjadi perhatian saya yaitu kekuatan “wifi” yang terkadang sinyalnya “datang dan pergi” sehingga sedikit mengganggu. Tapi secara keseluruhan acara berjalan lancar dan menginspirasi. Sahabatku, majulah pendidikan Indonesia.

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini