DAHSYATNYA TOT LITERASI SURABAYA SEPERTI MELIHAT FILM “HARD TO KILL ATAU MISSION IMPOSSIBLE”

0
2158

DAHSYATNYA TOT LITERASI SURABAYA SEPERTI MELIHAT FILM “HARD TO KILL ATAU MISSION IMPOSSIBLE

slamet2
Slamet Riyanto, Fasilitator Penulisan Buku.

Membaca Visi IGI dan TargetIGI yang akan diraih dalam lima tahun mendatang yang sangat luar biasa membuat saya tercengang. Bukan karena banyaknyatarget yang akan diraih tapi bagaimana meraihnya semua itu. Target-target seperti: (1) satu juta anggota IGI dalam 5 tahun; (2) pengelolaan keuangan yang akuntabel berbasis perbankan; (3) menghadirkan IGI minimal di 80% Kabupaten/Kota di Indonesia; (4) satu juta guru terlatih literasi produktif dalam 5 tahun; (5) membuat pelatihan di 50 titik setiap minggu dan lain lain sebagaimana tertuang dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Ketua Umum IGI Pusat Muhammad Ramli Rahim berjudul Mengupas Sedikit Visi Masa Depan IGI dan Mepemerjelas Apa Yang IGI Inginkan Dari TOT Surabaya melalui www.igi.or.id.

Organisasi yang tidak memiliki basis anggota berkarakter kuat, keilmuan, loyalitas dan dedikasi yang teruji pula sangatlah sulit meraih semua itu. Lebih-lebih kalo organisasi itu hanya bersifat seremonial dan masih menganut paham dan prinsip-prinsip feodalisme dan kolonialisme dalam menjalankan kegiatan organisasinya. Sebaliknya, IGI hadir dengan gerakan pembaharuan menuju guru yang profesional, mandiri, merdeka dan bermartabat dengan motto Sharing and Growing Together (Berbagi Bersama dan Berkembang Bersama).

IGI tidak ingin lagi melihat mutu guru rendah dengan salah satu indikatornya adalah nilai Uji Kompetisi Guru (UKG) dengan dalih apapun. IGI sangat yakin bahwa masa depan bangsa ini bergantung pada guru, sekali lagi guru. Hanya melalui pendidikan yang baik dan guru-guru hebat, sebuah bangsa akan berjaya dan rakyatnya akan hidup sejahtera. Sekali lagi pendidikan. Bagaimana mungkin sebuah negara akan maju kalo pendidikannya mutunya rendah akibat guru-gurunya tidak memiliki kompetensi yang tinggi? Nelson Mandela, pemimpin Afrika Selatan yang terkenal, mengakatan,” Education is the most powerful weapon for changing the world (Pendidikan adalah senjata ampuh untuk mengubah dunia)”.

ketum
Muhammad Ramli Rahim (MRR) Ketua Umum PP IGI

Adalah Ketua Umum IGI Pusat Muhammad Ramli Rahim yang memiliki gagasan “gila” untuk untuk menjawab problematika di atas. Beliau mulai dengan merombak sekat-sekat dan dinding penghalang bagi kemajuan guru Indonesia. Dia mendeklarasikan bahwa, secara kasat mata bisa dilihat langsung,  tidak ada potongan atau iuran anggota bagi anggoat IGI  setiap bulannya. Tidak cukup itu saja. Dia mencanangkan tiada hari tanpa belajar untuk meningkatkan mutu profesionalisme guru melalui berbagai pelatihan mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan dan  pemanfaatan Informational Technology (IT) sebagai salah satu media pembelajaran di kelas yang merupakan salah satu ciri khas guru-guru IGI.

Muhammad Ramli Rahimsangat benci dengan yang namanya sikap-sikap dari pihak-pihak yang mendholimi guru, merendahkan guru dan mengeksploitasi guru untuk kepentingan tertentu dan kelompok. Lewat kegigihan dan keuletannya dalam memimpin organisasi yang bernama IGI ini dan  kepiawaiannya dalam berkomunikasi untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah, dalam halam ini Kemendikbud RI dan pihak perusahaan swasta nasional maupun lembaga nasional dan internasional lainnya. Muhammad Ramli Rahim, selalu ada ide dan akalnya untuk keluar dari masalah dan sukar ditebak, terbukti mampu dan berhasil dengan gemilang memboyong 150 guru hebat anggota IGI seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papuadalam satu event besar tahun ini  yaitu Training for Trainers in Literacy (TOT Literasi) Tingkat Nasional I di Gedung LPMP Jawa Timur, Kota Surabaya tanggal 6-9 Oktober 2016  dengan  tujuan lebih jauh yaitu menjadikan guru-guru IGI menjadi guru berkelas dunia. Saya sendiri masih tidak percaya bisa bertemu dengan Pak Ahmad Rizali, salah satu pendiri IGI dan Direktur SEAMEO, Pak Gatot HP, Pak Muhammad Ihsan, Penasehat IGI,  serta guru-guru IGI  yang hebat se- Indonesia hingga tulisan ini saya tulis.

Untuk mengakomodir semua kehebatan guru-guru IGI tersebut di atas maka, Muhammad Ramli Rahim membuat 8 kanal yang akan menjadi fokus TOT Literasi Surabaya dan tidak menutup kemungkinan untuk dibuat kanal-kanal baru nantinya bilamana ada guru yang memiliki kemampuan atau spesialisasi berbeda dari yang yang belum ada. Kedelapan kanal itu dilatih oleh trainer: 1. Abdul Karim (Komik), 2. Slamet Riyanto (Penulisan Buku), 3. Abdul Kholiq (Sagusanov), 4. Mampuono Rasyidin (Menemu Bali), 5. Elyas (Sagisandro dan Animasi), 6. Sukari (Server All In One), 7. Endar Sudrajat (Vicon dan Skype) dan 8. M. Hairul (Sagusakti).  Setiap peserta dipersilahkan untuk memilih kanal-kanal yang ingin dikuasai dan nantinya akan menjadi brand atau icon masing-masing peserta. Pada akhirnya setiap peserta yang lulus akan diberikan sertifikat dari PP IGI dan PT. Samsung Indonesia dan memiliki kewajiban untuk melatih guru-guru di daerahnya maupun di daerah lain yang membutuhkan. Untuk itu Training for Trainers in Literacy (TOT Literasi) Literasi Surabaya Tingkat Nasional barulah tahap awal yang harus dijalani.

Training for Trainers in Literacy (TOT Literasi) Surabaya di Gedung LPMP Jawa Timur, Kota Surabaya tanggal 6-9 Oktober 2016 menjadi salah satu kawah candradimuka bagi para Calon Trainer IGI yang tak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat khususnya dalam dunia pendidikan yang tentu saja berkaitan dengan penyiapan anak didiknya dalam meraih mimpi-mimpi mereka.

Training for Trainers in Literacy (TOT Literasi) Tingkat Nasional I di Gedung LPMP Jawa Timur, Kota Surabaya ini sangat luar baiasa. Bagimana tidak? Baik peserta, pelatih dan panitia tidak beranjak dari tempat lokasi kegiatan mulai pukul 07:00 hingga pukul 24.00 malam. Mereka semua berlatih menggunakan Aplikasi Samsung Tab A8 untuk pembelajaran di kelas nantinya. Luar biasa. Antusiasme dan semangat para peserta Training for Trainers in Literacy (TOT Literasi) Surabaya ini pantas mendapat ajungan jempol. Tidak ada kata lelah dan menyerah ketika menghadapi setiap ada masalah seperti listrik mati, LCD tiba-tiba tidak berfungsi. Selalu ada cara dan berhasil.   Bukan itu saja. Setiap peserta harus mampu membuat produk ataupun karya dari masih-masing kanal yang mereka ikuti. Sementara itu untuk bisa mendapatkan Sertifikat Lulus, setiap peserta wajib membuat tulisan berkaitan dengan kegiatan Training for Trainers in Literacy (TOT Literasi) Surabayadan siap dipublikasikan untuk umum melaui Website resmi IGI: www.igi.id.  Yang lebih ngeri,  untuk Kanal Penulisan Buku, setiap peserta menandatanganiLetter of Commitment(Surat Kesanggupan) untuk membuat buku siap diterbitkan paling akhir dikumpulkan tanggal 31 Januari 2017. Selesai menandatangai itu surat, tanpa diduga Prof. Satria Darma, yang saya kira masih berlibur di Amerika Serikat, tiba-tiba sudah duduk di ruangan kami berlatih dan mengajak saya ke rumah beliau di Surabaya. Melihat, mendengar, mengalami dan mengikuti Training for Trainers in Literacy (TOT Literasi) Surabaya ini seperti melihat film  “Hard To Kill atau Mission Impossible

Slamet Riyanto/Kabid Literasi dan Penerbitan Karya Guru, Pengurus Pusat IGI).

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini