Cegah Tindak Kekerasan Guru dan Murid, Begini Saran Ketum IGI

0
1760

MAKASSAR, IGI – Banyaknya kasus yang menimpa guru terhadap siswa, baik itu tindak kekerasan terhadap siswa atau pun siswa terhadap guru, menjadi salah satu tugas tersendiri bagi Ikatan Guru Indonesia dalam mengahadapi permasalah tersebut.

Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim, mengungkapkan bahwa Perlindungan pertama yang harus dilakukan adalah pencegahan lewat peningkatan kompetensi guru. Salah satunya guru harus di upgrade untuk meningkatkan kemampuan itu.

“Pencegahan itu gurunya harus di upgrade, terutama kompetensi kepribadiannya, kompetensi sosialnya, bagaimana mereka menangani siswa dengan baik, menangani siswa yang bermasalah. Mereka-mereka yang melakukan tindak kekerasan ini kan mayoritas siswa yang bermasalah, orang tuanya juga kadang bermasalah,”terang Ramli Rahim saat menjadi narasumber di program Kompas TV, Kamis (23/11/2017), dalam rangka memperinganti Hari Guru Nasioanl 2017.

Ramli mencontohkan beberapa kasus kejadian kekerasan terhadap guru, seperti kejadian yang menimpa guru di salah satu sekolah menengah kejuruan di Makassar beberapa siswa dan ayahnya memukuli guru. Contoh lainnya, ketika guru memanggil wali murid kesekolah, siswa tersebut langsung mengajak teman-temannya melakukan tindakan pengeroyokan terhadap guru.

Menghadapi permasalahan seperti ini, Ramli Rahim mengatakan bahwa guru-guru harus adaptif, guru-guru harus mau berubah dengan situasi yang juga terus berubah-ubah, jangan sampai siswanya sudah jauh kedepan gurunya tertinggal dibelakang.

“Guru kurang adaptif juga bukan tidak bagus, guru-guru yang konserpatif sudah banyak yang melalui itu dan pensiun,”terangnya.

Dihadapan Dirjen GTK Sri Renani Pantjastuti dan Sekjen PB PGRI M. Quadrat Nugraha, Ramli menjelasakan bahwa, guru didaerah sangat ingin berubah, hanya saja media untuk itu kurang. Makanya salah satu usulan IGI ialah P4TK itu disebar agar pemerataan pelatihan dapat dirasakan setiap guru di semua provinsi.

“Saya malah berpikir P4TK dan LPMP harusnya di utuhkan, supaya pelatihan-pelatihan untuk guru itu tersebar di setiap provinsi dan penjamin mutunya tak perlu terlalu banyak. Nah, ini yang kita dorong untuk bisa menghindari terjadinya kekerasan terhadap guru atau guru melakukan kekerasan, ini dua-duanya bisa terjadi,”ungkapnya.

Putra Maros ini berharap agar setiap stakeholder dapat memahami dunia pendidikan yang begitu sulit. Tapi masalah-masalah di lapangan juga harus dimengerti oleh pihak lain, misalnya Kepolisian, kejaksaan, Pengadilan, semestinya bisa mengerti seperti apa guru itu.

“Contohnya, Dokter jika tidak melakukan tindakan, tidak bisa menyembuhkan orang, resiko kematian dan sebagainya bisa terjadi, sama di dunia pendidikan kalau mereka tidak bisa melakukan itu, mereka akan kesulitan. Misalnya sedikit terapi ke siswa, kalau tidak melakukan itu siswanya tidak akan berubah, memang siswa memerlukan pendekatan dan perlakuan yang berbeda-beda,”jelasnya

“Makanya kami juga meminta orang tua dapat memahami, Pihak kepolisian memahami, kejaksaan memahami, pengadilan bisa memahami dan semua orang bisa memahami dunia pendidikan yang tidak mudah,”tambahnya.

Tapi kalaupun sudah terjadi, IGI akan berusaha dampingi. “Dibanyak tempat teman-teman IGI mendampingi mereka membantu mereka, kalau harus sampai pengadilan kita sampai di pengadilan,”tegasnya.

Berikut video pernyataan Ketum IGI di Kompas TV beberapa waktu lalu:

https://youtu.be/xKrUCzapPb0

Comments

comments