Catatan Pertemuan dengan Gubernur: Sebuah Perjuangan

0
1968
Sekjen IGI, Mampuono, turut ambil bagian dalam deklarasi masyarakat anti hoax di Semarang

( Sesi Menemu Baling, menulis dengan mulut membaca dengan telinga, www.igi.or.id/download, selepas subuh. Sampangan, 9 Desember 2017)

Saya tidak tahu apakah yang akan saya sampaikan ini tentang perjuangan bagaimana cara menghadirkan gubernur pada acara deklarasi Gerakan Masyarakat Semarang Anti Hoax yang IGI terlibat di dalamnya, atau sebaliknya, tentang perjuangan bagaimana cara untuk bisa menemui gubernur itu sendiri, atau bahkan tentang perjuangan mulia bagaimana mengentaskan saudara-saudara sebangsa dan setanah air dari keterpurukan pengelolaan informasi yang rentan terhadap perpecah belahan. Yang jelas, bisa sampai di tempat kediaman Gubernur Jawa Tengah yang bernama Puri Gedeh, bertemu dengan gubernur, dan kemudian pada pagi harinya bersama-sama mendeklarasikan sebuah gerakan pencerahan adalah “sesuatu”. Perjuangan memberikan pencerahan terhadap kemampuan masyarakat dalam mencerna dan memilah informasi sehingga dihasilkan kesadaran untuk hanya menyebarkan hal-hal yang baik dan membuang hal-hal yang buruk adalah sebuah keberhasilan tersendiri. Keberhasilan dalam rangka berjuang untuk masyarakat Semarang dan sekitarnya sehingga nantinya terjadi perubahan menuju ke arah terbentuknya budaya masyarakat yang santun, kondusif, solid, dan tidak mudah diresahkan apalagi dipecah belah oleh informasi yang tidak jelas.

Berdampingan dengan Gubernur Ganjar

Sebenarnya saya sudah pernah sekali bertemu dan berbicara secara pribadi dengan gubernur Ganjar Pranowo. Kejadiannya pada saat rapat koordinasi penjaminan mutu pendidikan Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh LPMP Jawa Tengah di hotel Patra Jasa Semarang satu tahun yang lalu. Walaupun kesempatannya singkat sekali namun itu pengalaman langka yang mungkin tak semua guru memilikinya. Waktu itu saya bersama dengan teman-teman Ikatan Guru Indonesia (IGI) akan menyelenggarakan deklarasi Jawa Tengah sebagai Provinsi Literasi. Kegiatan itu diikuti dengan sebuah seminar internasional dan pelantikan pengurus pusat ikatan guru Indonesia di LPMP Jawa Tengah. Gubernur sempat mengatakan positif akan datang menghadiri kegiatan tersebut, tetapi pada saat yang sama ternyata presiden datang ke Jawa Tengah dan Gubernur harus turut serta untuk mengunjungi beberapa kota dari pagi sampai sore. Gubernur menyatakan akan menyempatkan diri datang ke kegiatan pada siang hari, tetapi ternyata memang bukan rejeki kita semua, rejeki gubernur dan rejeki IGI, sehingga acara acara yang diikuti oleh berbagai bangsa tersebut berlangsung tanpa kehadiran gubernur.

Undangan lisan dan WA yang saya terima dari mas Farid, ketua kegiatan deklarasi masyarakat Semarang anti hoax berbunyi bahwa saya diminta untuk berkumpul di depan Puri gedeh sebelum jam empat sore. Rencananya Gubernur akan menemui tim pada tepat jam 16.00 WIB, maka saya segera meluncur ke TKP sekitar jam setengah empat dari rumah. Hanya diperlukan kurang dari 10 menit untuk mencapai tempat tersebut dari rumah. Maka sampailah saya di depan gerbang Puri Gedeh pada jam empat kurang seperempat. Saya menunggu beberapa lama tetapi saya tidak melihat siapapun di sekitar itu yang saya kenal. Saya hanya melihat seorang anak muda sedang mengobrol dengan tukang gojek dan sama sekali tidak memperhatikan kehadiran saya. Maka saya segera menuju pos penjagaan dan menanyakan tentang kehadiran teman-teman yang sudah bersepakat untuk berkumpul di situ. Jawabannya adalah ada satu organisasi namanya Mafindo yang rencananya bertemu pada jam 04.00 sore tetapi diundur menjadi jam 18.00 30. Saya masih asing dengan nama organisasi tersebut tetapi saya menduga sepertinya organisasi tersebut maksud kedatangannya sama dengan tim panitia kegiatan deklarasi anti hoax yang mengundang saya. Saya pun mengatakan bahwa mungkin memang temen-temen di dalam Mafindo itulah yang mengundang saya. Lalu mereka menunjuk pada sosok anak muda yang sedang berbincang-bincang dengan tukang gojek dan mereka katakan bahwa anak muda itu berasal dari Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia)..

Saya pun mendekati mereka dan menanyakan apakah benar anak muda tersebut kenal dengan mas Farid dan akan bersama-sama menghadap gubernur. Ternyata anak muda tersebut bernama panggilan Fey yang sebelumnya diminta untuk bareng-bareng saya menuju ke kantor gubernur. Saya tidak menduga bahwa Fey adalah nama laki-laki. Bayangan saya itu nama perempuan sehingga ketika saya diminta untuk menjemput spat cenderung menghindar karena takut kalau terjadi fitnah. Kecuali jika kita berada di satu kendaraan bersama-sama dengan yang lain atau karena kondisi darurat.

Hahaha ada-ada saja. Tenyata menurut cerita yang empunya nama, namanya sudah berkali-kali membuat orang-orang salah sangka. Mereka pikir dia adalah seorang gadis muda yang cantik jelita. Ternyata begitu muncul, yang mereka lihat justru 180° berkebalikan dengan apa yang sudah mereka duga.

Karena waktu menunggu masih terlalu lama akhirnya kami memutuskan untuk menuju ke salah satu Resto Padang terdekat untuk memenuhi hajat hidup Mas Fey yang sejak siang perutnya belum terisi sama sekali. Hitung-hitung sambil menghabiskan waktu dua setengah jam ke depan. Dari obrolan kami, saya tahu bahwa Mas Fey ini sosok anak muda yang karakter. Pengalamannya bergelut dengan media dan jurnalistik membuatnya matang dalam menakar kesahihan berita. Dia berkeinginan kuat agar penyebaran berita-berita hoax yang sudah sangat keterlaluan pada akhir-akhir ini segera dihentikan karena pertaruhannya sudah sampai pada bahaya yang mengancam keutuhan bangsa.

Satria Dharma, pendiri IGI, melaunching gerakan anti hoax di Surabaya

Selepas makan siang pada jam lima sore itu kami diundang untuk bertemu dengan tim di sebuah cafe di Jalan Kyai Saleh. Kamipun segera meluncur ke sana. Namun sesampai di jalan Kyai Saleh belum sempat kita menemukan lokasi yang dimaksud tiba-tiba ada panggilan untuk menuju ke arah atas dan bertemu disebuah cafe yang lumayan besar di daerah Jalan Sumbing.

Sambil menemani makan siang Mas warid yang dilakukan menjelang magrib, kami berdiskusi tentang run down kegiatan ketika menghadap gubernur. Tampak mas Farid sambil makan dan diskusi terus-menerus secara bergantian menggunakan kedua smartphonenya untuk berkomunikasi dengan panitia panitia yang lain. Saya maklum karena dia sedang melakukan sebuah “Mission Impossible”. Bagaimana tidak, karena hanya dalam waktu kurang dari satu minggu dia harus memimpin penyelenggaraan sebuah event yang harus menghadirkan sejumlah besar komunitas dan orang-orang terpenting di Jawa Tengah dan Semarang. Tidak semua orang bisa melakukan hal-hal besar seperti yang telah dia lakukan.

Suasana di rumah gubernur

Pukul 18.00 lebih sedikit tim segera meluncur ke Puri gedeh. Namun sesampai di sana tim mendapat informasi bahwa gubernur ingin bertemu dengan tim lebih lama sehingga waktunya terpaksa diundur. Apalagi pada jam tersebut Gubernur harus jagong Manten. Kita diminta menunggu sampai jam 07.00 lebih untuk bisa bertemu dengan gubernur. Kami memutuskan untuk menunggu di dalam gasibu di luar bangunan sambil berdiskusi banyak hal tentang kegiatan besoknya. Tanpa terasa waktu berjalan sampai hampir jam jam 21.00 ketika gubernur baru sampai kembali ke rumah kediamannya.

Kami cukup lega walaupun sudah menunggu lumayan lama. Akhirnya keinginan untuk segera bertemu dengan gubernur segera terwujud. Kami pun bersiap-siap. Tetapi beberapa saat kemudian ada pemberitahuan bahwa gubernur juga sedang di tunggu oleh rombongan tamu dari Jakarta yang sudah menunggu tidak kalah lamanya dengan kita. Akhirnya kita memutuskan untuk menunggu giliran bertemu dengan gubernur setelah rombongan tamu yang isinya orang terkenal tersebut.

Sekira satu jam kemudian tim segera diminta untuk berpindah dari gasibo menuju ke dalam bangunan. Tim dipersilahkan untuk menunggu di pendopo yang lumayan luas dan nyaman untuk digunakan ngobrol dan bersantai. Sekitar jam 23.00 akhirnya kita dipersilahkan untuk bertemu dengan Gubernur Ganjar pranowo, sang Lurah Jawa Tengah. Gubernur menerima kami dengan sangat terbuka dan keramahtamahan khas Jawa Tengah. Terlihat bahwa walaupun setiap hari Gubernur memiliki acara yang sangat padat tetapi beliau tetap segar bugar. Mungkin karena gubernur suka berolahraga raga Dengan ditemani istrinya yang sudah memakai seragam anti hoax kita diterima dan diajak ngobrol cukup lama.

Dalam obrolan malam itu bahkan Gubernur sempat curhat tentang kejadian terbaru di Kabupaten Pati. Isinya tentang seorang PLT Bupati yang menunda-nunda pelantikan terhadap pejabat-pejabat baru yang ada di sana. Selain itu Gubernur mengatakan bahwa pengaruh informasi hoax memang membuat banyak orang kepingin hoek alias muntah. Berkali-kali Gubernur mendapat makian, hujatan, kecaman dan berbagai informasi yang sebenarnya hoax dan mengandung fitnah tetapi tidak pernah sekalipun ada yang dipermasalahkan oleh secara hukum oleh Gubernur. Barangkali begitulah tantangan untuk bisa menjadi seorang besar seperti Gubernur Jawa Tengah. Beliau yang tidak ingin memenjarakan rakyatnya hanya gara-gara ketidaktahuan tentang pengelolaan informasi sehingga ujung-ujungnya adalah hoax yang disebarluaskan. Keinginan besarnya adalah bagaimana mengedukasi dan menaikkan tingkat literasi masyarakat.

Apa yang disampaikan oleh Gubernur tentang literasi sangat sejalan dengan apa yang sudah dilakukan oleh IGI selama ini. Saya juga sempat menyampaikan bahwa keprihatinan terhadap rendahnya literasi dan keinginan untuk menggenjot tingkat literasi masyarakat membuat saya menciptakan aplikasi mobile free yang bernama Menemu Baling (menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga) yang bisa didownload di www.igi.or.id/download. Setelah ini, IGI diharapkan banyak terlibat pada edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan literasi sehingga persebaran berita hoax bisa lebih terkendali.

Jika masyarakat literate atau melek informasi, mereka bisa memilih dan memilah berita yang bisa dipertanggungjawabkan untuk disebarluaskan. Untuk berjuang agar masyarakat menjadi lebih literate dan didukung sebanyak mungkin pihak, salah satunya adalah dengan secara bersama-sama mendeklarasikan masyarakat Semarang anti hoax saat berlangsung CFD (Car Free Day) pada tanggal 8 Januari 2017 pukul 06.00-09.00 WIB di Jalan Pahlawan, tepatnya di depan kantor Gubernur Jawa Tengah. Kegiatan akan diikuti oleh 35 komunitas non partisan yang murni berjuang untuk Semarang, Jateng, dan Indonesia yang lebih baik.  Kami mrangkul semua pihak, menghindari kubu-kubuan, dan menolak mereka yang partisan dalam even ini.

Deklarasi masyarakat Semarang tolak hoax

Sungguh semua ini adalah sebuah perjuangan yang baru kita mulai dan belum segera berakhir. Perjuangan yang secara berkesinambungan harus selalu ditindaklanjuti dengan perjuangan- perjuangan yang lain. Selamat berjuang dan berdeklarasi masyarakat anti hoax untuk semua tim dan 35 komunitas netral yang terlibat. Semoga ke depan tidak ada lagi saling sebar hoax yang berbeda pada perpecahan yang akan menghantam dan membinasakan negeri yang kita cintai ini. Amin
MRT
Sekjen IGI
#menulislah5menit#

Comments

comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini